19 - List Tersangka

379 19 63
                                    

ALWAYS dan Arvin telah berhasil mengantongi nama-nama para siswa, yang diduga menjadi calon tersangka atas kasus pencurian baru di sekolahnya. Kini, mereka berdua telah berada di ruang siaran untuk mengumumkan nama-nama tersebut, yang akan dikumpulkannya di ruang OSIS, guna untuk diselidiki lebih lanjut oleh pak Sany. Dengan senyum semringah yang terhias di wajahnya, Awes menatap kembali kertas itu yang ada di genggamannya.

"Wes, jangan senyam-senyum gitu. Ayo cepetan panggilin mereka satu-satu," titah Arvin yang merasa jengah melihat sahabatnya itu hanya berdiam diri di depan mikrofon, seraya tersenyum seorang diri.

Awes menyenggih. "Iya. Iya." Ia pun menyalakan mikrofon di depannya, lalu bersiap untuk memanggil nama-nama tersebut.

"Tunggu!" sahut seseorang tiba-tiba.

Keduanya tercengung. Lalu, menoleh ke arah sumber suara yang berasal dari belakang tubuh mereka. Dan bersamaan dengan itu, kedua manik mata mereka membulat ketika mendapati Pak Gay yang sudah berdiri di sana.

Tanpa dipersilakan, Pak Gay masuk ke ruangan dan menghampiri mereka. "Kalian nggak perlu melakukan itu. Karena kasus ini sudah saya ambil alih," tuturnya tegas dengan membuka telapak tangan kanannya yang dijulurkan ke arah Awes.

Seakan tak percaya dengan kehadiran Pak Gay membuat keduanya hanya bisa terbengong dan mematung di tempat. Pun, mereka berusaha mencerna kata demi kata yang telah diucapkan oleh gurunya itu. Mereka tidak salah dengar, kan?

"Kenapa kamu bengong saja? Apa kamu nggak dengar yang saya katakan tadi?" Dengan tangan kanan yang masih mengambang di udara, Pak Gay berhasil membuyarkan lamunan Awes.

"Ah, i-iya, Pak. Maaf. Ini kertasnya." Awes pun memberikan kertas yang berisi nama-nama calon tersangkanya kepada Pak Gay.

Pak Gay bergegas mengambil kertas itu dan di masukkan ke dalam saku kemejanya. Setelah itu, Pak Gay pun keluar dan meninggalkan anak didiknya yang masih membeku di tempat.

••••

Arvin menulis ulang nama-nama siswa yang menjadi calon tersangka di selembar kertas, dan tak henti menatapnya. Sedangkan Awes, pandangannya menerawang, menatap kosong jauh ke depan. Ruang OSIS pada siang hari ini terasa begitu sepi. Hanya ada keduanya saja. Itu karena penyidikan yang akan mereka lakukan terhadap siswa-siwi tersebut dibatalkan.

Kini mereka hanya bisa pasrah jika kasus ini diambil alih oleh pak Gay. Namun, mereka merasa ada keanehan serta kejanggalan di sini. Pak Gayandra. Ya, seakan lelaki tua itu tengah menutupi sesuatu. Pasalnya, ini kali pertama pak Gay mau menangani kasus pencurian yang tengah terjadi akhir-akhir ini. Di mana biasanya, pak Gay selalu menutup mata dan telinganya akan kasus-kasus yang telah menimpa SMU Pelangi ini.

"Lisa, Yoga, Raja dan Gavin," gumam Awes sembari masih menatap kosong ke arah depannya.

Arvin yang mendengarnya pun langsung menolehkan kepalanya ke arah Awes yang berada di samping kanannya. "Gue rasa pak Gay lagi melindungi salah satu dari keempat nama-nama itu, Wes. Tapi siapa?" Arvin pada akhirnya mulai angkat suara, dengan menumpahkan semua yang telah mengganggu pikirannya sejak tadi.

Awes pun turut menolehkan kepalanya ke arah Arvin. Ia setuju dengan pernyataan Arvin barusan. Karena sedari tadi hal itu pula yang tengah menganggu pikirannya. "Gavin?" tebaknya.

Arvin menggelengkan kepalanya tak yakin. "Lisa, Raja dan Gavin, gue rasa mereka nggak akan mau melakukan hal itu. Karena mereka semua sudah pasti mengedepankan reputasinya sebagai siswa nomor satu di sekolah ini. Juga untuk apa mereka mencuri barang yang nggak penting kayak gitu? Mereka itu orang-orang kaya, Wes," terang Arvin panjang lebar.

WOLF (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang