MINE. 1

301K 2.7K 48
                                    

Bianca mengelap peluh yang membanjiri seluruh tubuhnya berulang kali. meskipun tubuhnya masih tetap di hentakan dengan keras oleh laki-laki yang berada tepat di atas tubuhnya.

Ia meremas sprei dan menutup mulutnya rapat-rapat untuk mengeluarkan desahannya supaya tidak terdengar keluar kamar.

"Mmmmhhh......"

Bianca meremas kencang lengan laki-laki itu dan menarik cepat kepalanya kemudian melumat bibirnya kasar untuk meredam teriakannya akibat pelepasan yang menerjang tubuhnya.

"Ahhh...hhh......" Dengan terengah-engah bianca melemaskan tubuhnya dengan masih tehentak-hentak kuat.

Ia menatap sayu penuh cinta pada laki-laki yang masih memompa dengan kencang di atasnya.

"Arghhh...." Teriak tertahan laki-laki itu melepaskan semua cairannya di dalam tubuh bianca. bianca tersenyum dan memeluk erat tubuh laki-laki itu dan mencium bibirnya sekilas.

"Tidur di sini, Vin...?." Tanya bianca setelah laki-laki itu beristirahat sebentar di atas tubuhnya.

"Tidak sayang. aku harus kembali ke kamar ibumu. dia sudah terlalu curiga terhadap sikapku selama ini." Ucap alvin melepaskan penyatuan tubuhnya.

Bianca mengerut tidak suka
dan duduk diatas kasur, ia menarik selimut untuk menutupi tubuh polosnya.

"Lagi. kapan kamu tidur di sini lagi?" Tanya bianca tidak suka.

"Nanti. sekarang istirahat lah." Ucap alvin mencium kening bianca dan keluar dari kamar.

Bianca meremas selimutnya kencang dan berdecih tidak suka.

-------------------

"Sayang kamu tidak sarapan...?"

Bianca terus berjalan melewati meja makan tanpa menatap ibunya ."Tidak..." ucapnya singkat, kemudian berlalu keluar rumah.

Ia masuk kedalam mobil dan berjalan meninggalkan halaman rumahnya.

"Al..aku bingung dengan bianca akhir-akhir ini. semenjak dia kembali ke rumah, sikapnya padaku semakin dingin saja. aku benar-benar bingung harus ngapain lagi supaya bianca bisa kembali seperti dulu." Ucap Ria lemas. ibunya bianca.

Alvin menghentikan kegiatannya yang sedang mengoles roti dengan slei. "Mungkin dia sedang banyak masalah. biarkan saja dulu!" Ucapnya. kemudian kembali mengolesi slei ke rotinya.

Ria mengangguk. "Mungkin...dan mudah-mudahan memang seperti itu." ucapnya sendiri tidak yakin.

------------

Bianca menatap gundukan tanah hijau dihadapannya dengan sedih. tidak bisakah ia tidak datang saja ketempat ini dari pada harus mersa sakit hati.

Leovin devward.

Ia menaruh bunga lily cantik diatas makam baru itu dengan mata yang sudah kembali memanas.

"Hai.... apa kabar kamu hari ini?"
Bianca menarik nafas dan membuang nya kasar berulang kali dari tadi. ia langsung menghapus titik bening di sudut matanya yang mungkin akan segera jatuh mengenai pipinya.

"Maaf. Mungkin setelah ini aku tidak akan sering mengunjungi kamu. jangan marah ya. " Ucapnya mengelus lembut batu nisan hitam legam yang masih baru itu.

"Ada saatnya suatu saat nanti ayahmu lah yang harus datang kesini dan sesering mungkin menjengukmu. Aku sudah tidak bisa berlama-lama lagi di sini. Akupun harus bisa hidup tanpa dia sekarang. jadi aku mohon. mengertilah jika mulai dari besok dan seterusnya aku akan jarang menemuimu. " Bianca membiarkan air mata nya jatuh kali ini.

"Aku akan pergi sekarang. tetaplah baik-baik walaupun aku jauh darimu. " Bianca mengelus sekali lagi batu nisan itu dengan penuh kasih sebelum beranjak bangun dan pergi meninggalkan area pemakaman.

Drttt...drtt....

"Iya...Dey. ini lagi di jalan..." Ucap bianca di ponselnya.

"....."

"Gue masih nyetir. bentar lagi gue nyampe."

".......?"

Bianca terkekeh dan menggelengkan kepala.

"Ok. gue matiin dulu ya. Udah nyampe basement ini. bye.."

Bianca menutup panggilannya dan membelokkan mobilnya di dalam gedung parkir. ia mematikan mesin dan mencabut kuncinya kemudian keluar dari mobi.

Ia berjalan dengan terburu-buru dan sedikit berlari saat melihat pintu lift akan segera tertutup.

"Ehhh.. tunggu...tunggu...."

Bianca menghentikan lift dengan tas nya. setelah pintu lift kembali terbuka ia langsung masuk kedalam lift tanpa meminta maaf pada seseorang yang sudah terlebih dahulu berada di dalam lift itu.

"Sial... awas saja si deya kalo bohong soal kedatangan direktur baru itu. gue remek jadi kripik sampe garing dia." Bisik bianca kesal. ia merapihkan rambutnya sebelum keluar dan setengah berlari saat sudah sampai di lantai 32.

Pria yang berada di dalam lift yang sama dengan bianca tersenyum miring melihat kelakuan bianca.

"Sudah telat. tapi masih bisa mengumpat untuk orang lain. "Ucap pria itu menggelengkan kepalanya. ia juga ikut keluar dari dalam lift dan berjalan santai keluar dengan memasukan tangan nya kedalam kantung celana.




***************




enibahri
21-10-19

MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang