MNHD 7

3.9K 133 2
                                    

"Rafael, kamu harus cepat sembuh, Daddy kesepian tanpa kamu...." Liam tampak mengusap rambut kepala putranya yang baru saja tertidur setelah minum obat dan ia bacakan dongeng. Terlihat jelas dimatanya tampak kesedihan yang mendalam. Ini adalah kali kedua bagi Liam menggunakan kakinya ke tempat ini. Tempat yang membuatnya merasakan trauma dan takut akan suatu 'KEHILANGAN '.

Kehilangan Bella membuat Liam takut dan benci akan Rumah sakit. Rumah sakit seharusnya tempat untuk menyelamatkan dan menyembuhkan orang. Tapi kenapa, Rumah sakit justru membuat Bella-nya pergi? Kenapa mereka tidak berusaha menyelamatkan Bella waktu itu!.

Jika seandainya didunia ini ada benda untuk bisa mengembalikan waktu. Maka Liam hanya ingin bisa menghabiskan waktunya lebih banyak lagi dengan Bella. Membuat lebih banyak kenangan manis dengan wanita itu....

Tapi, semua itu kini memang hanya tapi...

Sayang waktu yang sudah berlalu tidak akan pernah bisa diputar kembali

Begitu pula dengan orang yang sudah pergi, tak mungkin akan kembali.

♡♡♡♡

Nabilla sudah sampai di kontrakan baru mereka. DI sebuah kontrakan sederhana yang letaknya ada di pinggiran kota , yang Nabilla bayar dengan menggunakan uang tabungannya

" Ibu tidak masalah kan kalau sekarang kita tinggal di rumah ini?" tanya Nabilla

"Ibu, tidak masalah mau tinggal di mana asal ada kamu " sebuah pelukan hangat yang di dapatkan Nabilla dari ibunya. Nabilla juga membantu ibunya membersihkan Rumah dan memasak makanan untuk makan malam mereka berdua. Di rumah baru mereka yang sederhana.

Kalau boleh jujur hidup seperti inilah yang Nabilla inginkan. Berdua bersama dengan ibunya. Melakukan apa yang mereka inginkan berdua. Tanpa harus memikirkan hal ini dan itu. Tapi hal yang paling penting bagi Nabilla dia tidak perlu melihat ibunya sudah payah mencari uang. Karena sekarang Nabilla yang akan bekerja sedangkan ibunya hanya di rumah, hal yang tidak pernah bisa Nabilla lakukan ketika tinggal di rumah mewah itu.

"mulai Senin besok Nabilla sudah mulai masuk kerja, jadi ibu tidak perlu kerja. Semua kebutuhan rumah Nabilla yang akan mencukupinya" ucap Nabilla setelah mereka selesai makan malam. Di mana menu makan malam mereka kali ini telur ceplok dan juga kecap manis sebagai pelengkap.

Sedangkan dilain tempat, Liam tampak harus menebalkan telinganya untuk terus mendengarkan semua amarah Sinta yang terus saja menyalahkannya karena tidak mau membantu membujuk Nabilla agar tidak keluar dari rumah.

Liam kira setelah kepergian Nabilla ketenangannya akan kembali, tapi justru kebalikannya. Bayangkan saja sejak.30 menit yang lalu sejak Liam baru saja membuka pintu rumah. Liam sudah di sambut dengan wajah murung mamanya. Untuk masalah wajah murung mamanya Liam sudah biasa. Tapi untuk ocehannya yang tidak berhenti sejak Liam sampai. Sungguh membuat Liam jengah

" Mama bisa berhenti tidak! Aku pulang itu hanya sebentar, tapi liat bahkan sejak tadi kau tidak membiarkan aku untuk bisa istirahat!" ucap Liam dengan nada tinggi membuat Sinta cukup kaget saat di bentak oleh Liam..

"Tapi..."

"Mama!" ucap Liam dingin dengan tatapan mata dingin. Lalu kembali mengambil jasanya kemudian pergi begitu saja. Niat Liam untuk istirahat dan mengambil beberapa pekerjaannya tampak harus ia urungkan. Suasananya sudah benar-benar berantakan

"Mah, sudah sabar "Jerry mencoba menenangkan istrinya

"Sabar, sabar, bagaimana aku bisa sabar gara-gara anakmu itu, Nabilla keluar dari rumah ini." Ucap sinta dengan nada marah

"Sampai kapan kamu mau seperti ini? Kita tidak akan bisa membawa Nabilla kembali. Yang ada Liam justru akan makin sulit untuk bisa kita dekat dengan Nabilla. Begitu juga Nabilla dia pasti akan makin menjaga jarak dengan Liam dan juga kita" Jerry terus berusaha menenangkan istrinya dengan cara mengusap punggungnya serta mengajaknya duduk agar lebih tenang. Sambil terus mengatakan kata 'Sabar'

Menangkan amarah seorang istri bukan hal yang mudah. Beberapa kali Jerry justru kena amarah istrinya

"Pa, aku Cuma mau membuat Liam itu sadar kalau ia juga berhak bahagia. Wanita di dunia ini bukan hanya Bella. Menyadarkan anak itu kalau kepergian Bella bukan berarti akhir dari segalanya. "

"Liam bisa bilang, dia tidak butuh istri, tapi dia itu sebenarnya butuh seseorang yang bisa ia percaya, bisa menjadi temanya, bisa menjadi seseorang yang bisa mendengarkan semua keluhannya. Aku itu kasihan pada putra kita. Ia sudah terlalu lama terjebak dalam rasa bersalah dan penyesalan...."

"Aku tahu, aku juga memikirkan hal yang sama, tapi kita juga tidak bisa memaksa Liam untuk ikut apa mau kita, semakin Liam dipaksa, justru Liam akan semakin memberontak" Jerry setuju dengan apa yang dikatakan sinta. Liam sudah cukup menghukum dirinya sendiri akibat kematian Bella.

Hari Jerry juga merasakan kesedihan dan juga luka yang Liam rasakan. Hampir setiap minggu Liam tidak pernah absen untuk mengunjungi makam Bella, walau hanya sekedar meletakan bunga di atas pusaranya. Atau hanya sekedar membersihkan makannya.

Bukan hanya sampai di situ . Liam bahkan sering sekali memperkenalkan sosok Bella melalui foto-foto yang Liam miliki. Liam terus mengingatkan kalau ibu yang melahirkan Rafael adalah Bella, bukan Nabilla. Liam bahkan seakan sering mengingatkan Rafael untuk memanggil Nabilla dengan sebutan Bibi buka mommy. Karena usia Rafael yang masih kecil jadi terkadang Rafael sering salah memanggil Nabilla dengan sebutan mommy.

☆☆☆☆

Sesampainya di rumah sakit Liam sempat bertemu dengan dokter yang menangani Rafael. Dokter itu memberitahu kepada Liam kalau Rafael akan bisa pulang beberapa hari ke depan.

Rasanya mendengar apa yang dikatakan dokter membuat Liam senang, setidaknya ia bisa kembali memeluk putranya dan juga pergi sari tempat ini sebelah mungkin. Karena semakin lama Liam di sini ia merelakan nafasnya terasa begitu sesak bahkan sangat sulit untuk bisa sekedar bernafas.

Me and hot Daddy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang