Nabilla benar banar merasa begitu gugup, dia bahkan bisa mendengar detak jantungnya yang begitu kencang saat ini. Karena saking gugupnya seluruh tubuh Nabilla sampai mengeluarkan keringat dingin. Tidak sampai di situ saja, karena terlalu gugup dan takut sekarang ini Nabilla perutnya tiba-tiba merasa mulas dan ingin ke belakang.
Tapi, sayangnya Nabilla tidak bisa pergi dari tempat ini. Jangankan untuk pergi, hanya untuk menggeser tubuhnya 1 cm saja Nabilla benar-benar tidak bisa. Rasanya seluruh tubuhnya saat ini terpaku pada pusat bumi, yang membuatnya tidak bisa berkutik sedikit pun
Tatapan tajam pria itu, Nabilla tahu betul apa arti dari tatapan itu. Tatapan benci yang teramat dalam.
"Tu... tuan muda...." Jangankan untuk bicara banyak. Mengeluarkan 2 kalimat itu saja Nabilla harus mengeluarkan usaha yang sangat besar, bahkan sekarang Nabilla mulai merasakan semuanya seakan berputar dengan cepat ketika kedua matanya menangkap pergerakan Liam yang tampak berjalan mendekat padanya.
Suara langkah sepatu pantofel yang bersentuhan dengan lantai bisa Nabilla dengar dengan begitu jelas.
Dan kini ketika pria itu tepat berdiri di depannya, yang hanya menyisakan beberapa langkah saja diantara mereka.
"Berikan jadwalku " ucapnya dengan nada dingin. Nabilla yang masih dalam fase di mana dia benar-benar terkejut bahkan belum bisa menormalkan pendengarannya. Tapi pandangannya tertuju pada tangan Liam yang mengarah padanya
" Berikan jadwalku...." Nabilla baru sadar ketika Liam kembali mengulang ucapannya. Dengan cepat Nabilla memberikan buku agenda yang biasanya ia bawa untuk mencatat jadwal pimpinan yang sebelumnya. Sebelum kursi pimpinan tersebut diambil alih oleh Liam.
"Pergi..."untuk hal ini Nabilla tidak perlu menunggu perintah dua kali dari Liam, dengan langkah cepat Nabilla langsung meninggalkan ruangan CEO barunya tersebut.
Masih dengan wajah pucat pasi seakan seperti baru saja melihat hantu. Sikap Nabilla yang seperti ketakutan tersebut membuat beberapa rekan kerjanya jadi saling berbisik-bisik
"Apa kau, sakit ?" Tanya salah satu rekan kerja Nabilla
"Aku, aku baik-baik saja " jawab Nabilla cepat. Secepat ia kembali ke tempat duduknya. Dan begitu duduk Nabilla langsung mengambil botol air minum yang ada di dalam tas kerjanya, Nabilla minum sampai tenggorokannya benar-benar merasa basah.
Lalu mengembuskan nafas berat untuk melepaskan semua rasa ketegangan yang sekan membelit dirinya sejak tadi.
Namun Nabilla masih belum percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Ya, Nabilla akui beberapa hari terakhir ini ada dedas desus yang beredar di tempat kerjanya. Tentang akan adanya pergantian pimpinan baru. Dikarenakan salah satu pemegang saham menjual sahamnya pada orang ketiga. Tapi Nabilla tidak pernah berpikir atau menyangka kalau yang membeli saham itu adalah mantan majikannya. Yang sekaligus ingin Nabilla hindari, tapi siapa sangka 2 bulan kemudian, di saat Nabilla mulai merasa hidupnya benar-benar lepas dari bayangannya. Mulai menikmati hidup yang rasanya benar-benar seperti hidup yang Nabilla impikan.
Tapi, siapa sangka semua itu hanya bertahan 2 bulan saja. Karena mulai saat ini dan hati-hati berikutnya Nabilla akan terus melihat dia, di setiap pagi sampai sore, mulai dari hari Senin sampai dengan Jumat.
Liam, kenapa harus pria itu, dari sekian banyak orang kaya dan pebisnis dinegara ini yang harus membeli saham di mana Nabilla berkrja. Rasanya Nabilla ingin mengundurkan diri dari tempatnya bekerja sekarang, tapi..
Tiba-tiba mengundurkan diri itu bukan perkara yang mudah, apa lagi Nabilla masih dalam masa percobaan selama untuk menjadi karyawan tetap selama 2 tahun. Sedangkan Nabilla baru menjalankannya selama 2 bulan. Kalau tiba-tiba berhenti Nabilla belum tentu mendapatkan pekerjaan baru secepat mungkin. Dan lagi pastinya akan ada denda yang harus dibayarkan Nabilla ketika ia berhenti secara tiba-tiba bukan karena di pecat, pasti tidak akan dapat uang pesangon.
Apa lagi jaman sekarang mencari pekerjaan bulan hal yang mudah. Jadi mulai sekarang mau tidak mau, suka tidak suka Nabilla harus tetap bertahan di sini, tapi yang lebih penting dari semua itu ia harus tetap bersikap profesional, supaya tidak menimbulkan kecurigaan di mata orang lain. Kalau sebenarnya mereka saling kenal....
Nabilla yang pikirannya tengah melanglang buana entah ke mana. Membuat Nabilla tidak mendengar telepon di mejanya yang terus berbunyi sejak beberapa waktu lalu, telepon yang berasal dari ruangan ceo baru mereka.
Sedangkan salah rekan kerja Nabilla yang kebetulan mejanya tidak terlalu jauh dengan Nabilla. Dan teman Nabilla itu, adalah Aris. Aris merupakan pegawai yang sudah cukup lama bekerja di perusahaan ini. Sekitar 2 tahunan Aris sudah bekerja di tempat ini. tampak mencoba menyadarkan Nabilla dengan cara memanggil nama Nabilla.
“Bel...” dia memanggil Nabilla dengan suara seperti orang berbisik. Yang tentu saja tidak berhasil. Sedangkan telepon di mejanya Nabilla yang tadi sudah diam kini kembali berbunyi, dan dari tempat yang sama, dengan yang menghubungi Nabilla sebelumnya
“Billa...” Aris kembali memanggil nama Nabilla lagi, tapi kali ini di dibarengi dengan satu gulungan kertas yang juga ikut Aris sertakan ketika memanggil nama Nabilla
“ Nabilla....” wajah lega tampak di wajah aris ketika akhirnya berhasil membuat Nabilla sadar dari lamunannya. Sedangkan Nabilla tampak menatap aris dengan mimik wajah bingung kenapa tiba-tiba Aris melemparkan kertas padanya.
“telepon di mana kamu bunyi" ucap Aris membuat Nabilla mengalihkan pandangannya pada telepon yang ada di atas meja, yang tidak berbunyi lagi seperti apa yang aris katakan.
“Tadi bunyi terus tapi kamu enggak dengar, paling sebentar lagi akan kedengaran Lagi” belum ada 20 detik Aris selesai bicara, telepon yang ada di atas meja Nabilla kembali berbunyi. Yang tentu saja masih dari sumber yang sama.
Nabilla tampak pucat ketika hendak mengajar panggilan tersebut, membuat aris sedikit memusingkan matanya ketika melihat Nabila yang tampak gugup ketika hanya mengikat dengan telepon.
“Baik pak, saya akan segera ke sana" Nabilla menutup dengan cukup kasar telepon tersebut
“Kamu, baik-baik saja?” tanya Aris yang menang sejak tadi bingung memperhatikan sikap Nabilla sejak awal tadi keluar dari ruang ceo baru mereka. Dan sekarang itu terjadi lagi, membuat Aris menjadi penasaran dengan apa yang terjadi. Sampai Nabilla tampak begitu gugup dan takut.
“ Aku ke ruangan bos dulu, kakak" pamit Nabilla yang meninggalkan mejanya sambil membawa buku dan juga bolpoin ditangannya
“Apa mungkin CEO baru itu galak?” pikir Aris untuk sesaat. Tapi kemudian wanita itu kembali fokus pada komputer yang ada di depannya dan kembali mengetik, meneruskan pekerjaannya yang sempat tertunda
Sial!, rasa gugup dan takut serta perasaan tak berdaya karena terlalu tertekan oleh aura gelap nan dingin yang di timbulkan oleh Liam, membuat Nabilla layaknya seekor kelinci yang siap di terima habis oleh singa yang sedang kelaparan.
Apa lagi Liam yang terus saja diam dan tidak bicara apa pun, sedangkan pria itu meminta Nabilla untuk masuk ke ruangannya untuk membicarakan sesuatu, tapi lihatlah sekarang!.
Pria itu hanya diam sambil memandang Nabilla dengan tatapan mata tajamnya, dan anehnya Nabilla hanya bisa tertunduk sambil meremas buku dan bolpoin yang ia bawa .
“Aku, mau.....”
KAMU SEDANG MEMBACA
Me and hot Daddy
RomanceCerita yang mengisahkan tentang Lima Degruts seorang hot Daddy. Yang di usianya yang baru menginjak usia 31 tahun. Lima sangat dikatakan sukses dalam segi karier dan bisnis. Tapi kesuksesan dalam dunia bisnis seakan berbanding terbalik dengan kisah...