Akhirnya, setelah beberapa daya dan upaya ia kerahkan. Ken bisa bebas dari penjara putih ini.
Sungguh, ia benar-benar tak menyukai semua alat yang berada di sana. Apapun itu.
Ketika semua baju dan barang-barang pribadi miliknya dibereskan, entah darimana dirinya merindukan sosok gadis manis sahabatnya.
Ya, siapa lagi kalau bukan Naya.
Sempat terfikir olehnya, apakah Naya marah seminggu ini tak ada kabar darinya? Apa Naya memikirkannya?
"Bun, besok Ken langsung sekolah yah."
*****
HINGGA saat ini, Naya masih tak mengerti. Mengapa hari senin selalu menjadi hari terseram bagi sebagian manusia. Padahal, menurutnya tak ada yang berbeda. Hari-harinya masih sama.
Bedanya, ia merindukan manusia aneh yang entah berada dimana saat ini. Jangan tanya mengapa Naya tak mencari. Percuma. Ia tahu sifat asli si kembar bila tak ingin di ganggu.
Dan bedanya, seminggu ini ia tak dijahili saat sedang makan baso dikantin, tak diantar jemput bila ayah sibuk, dan tak dibeli 'kan es jeruk bila ia merajuk.
"Nay!" Sentak Icha tiba-tiba.
*****
KENkira, hari ini akan berbeda dari satu Minggu yang lalu. Ternyata masih sama. Masih dengan tatapan melas bunda, obat-obatan yang semakin banyak, dan overprotektif nya Kevin.
"Lu ngapa sih dikamar gua mulu. Pergi kek sana. Risih banget gua liat muka lu mulu." Ken kesal, Ia tak mengerti pikiran manusia-manusia ini. Mengapa sebegitu over nya pada ia. Seolah-olah besok ia akan mati.
"Bacot lu. Makan aja buru. Abis itu minum obatnya."
"Asal gak ada suntikan. Ok, gua abisin semuanya."
"Ada lah. Ngaco lo." Sungguh. Kevin rasanya ingin cepat-cepat keluar dari kamar bernuansa biru gelap ini. Ia tak tahan melihat Ken yang semakin kurus kering. Apa separah itu?
"Apa yang harus gua lakuin buat lu, Ken?" Batin Kevin memandang Ken yang fokus pada makanannya. Berusaha sekuatnya untuk menelan apa yang ia kunyah.
"Gak usah ngeliatin gua kek gitu. Naksir gua tonjok lu," ujar Ken tiba-tiba. Mengejutkan Kevin yang tak mengetahui Ken sadar akan tatapannya.
Tanpa menjawab, Ken menggeser ke depan piring yang masih tersedia menu makanan Ken pagi ini. Menandakan ia telah selesai sarapan.
"Udah!"
"Loh? Baru dua suap main udah-udahan aja lu. Abisin lah."
Mendadak seorang Kevin yang begitu acuh tak acuh pada Ken sebegitu perduli nya. Hingga makanpun ia perhatikan.
"Gak. Gua kenyang."
Menghela napas, Kevin memilih mengalah. "Yaudah, minum obatnya ini." Ia sadar bukan saatnya untuk berdebat dengan adiknya yang sekeras batu.
"Bukain lah, masa gua yang harus buka satu-satu obat sebanyak itu," suruh Ken kesal.
"Manja banget jadi orang." Meski menggerutu, Kevin tetap melakukan apa yang Ken minta. Entah mengapa, Jiwa seorang kakak muncul begitu saja. Meski gengsinya masih begitu besar.
Setelah seluruh obat dan suntikan ia berikan pada Ken, perlahan tapi pasti Ken mulai mengantuk dan membaringkan tubuhnya sendiri.
Sepuluh menit kemudian, ia merasa Ken sudah terlelap. Dengan gerakan penuh hati-hati, Kevin membereskan peralatan makan dan bergegas bangkit. Namun, sebelum lelaki itu bangkit dari king size milik Ken. Pergelangan tangannya tiba-tiba digenggam dengan mata terpejam.
"Jangan pergi, aku butuh kamu saat ini."
Jlebbb
Hanya sepatah kata yang mungkin tak disadari Ken namun begitu ia dengar jelas. Apa se berarti itu ia di kehidupan adik kembarnya?
*****
Part Ter singkat, wkwk.
Gimana?
Ya, gimana yaaaaaa. Lagi pen singkat-singkat siii.
Abisnya doi balesnya singkat. Kan bete😌
Eeeee, boong. Kan gaada doi. 🤣
Ahelah curhat mulu gua.
Yaudah, see you next chapter zheyeng.
Iluvyu
(Sssttt, kalo kamu tekan ⭐ + Comment. Hati aku buat kamu deh, awkwk)
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.