Distrutto

2.6K 169 5
                                        

"Not judges cover books, please."

-Leonard Aditama-

*****

LELAKI dengan label nama ternakal dan sulit diatur. Ibarat api, amarah yang selalu membakar dada dan jiwanya.

Dahulu, ia bukanlah lelaki nakal yang kerjaannya minum, rokok, kebut-kebutan dan bermain. Ia anak pintar dengan satu teman lelaki yang selalu ia bangga-banggakan. Dahulu.

Semua berubah karena kejadian itu, karena pengkhianatan yang tak Leon duga sama sekali.

Malam ini, seorang remaja dengan kaos hitam dan kemeja kotak-kotak pergi berniat mengajak kekasihnya kencan secara mendadak, tanpa ia beritahu sebelumnya.

Semua berjalan sesuai rencana, mulai ia pamit pada ibunya, berkendara sedan miliknya dan menaati segala rambu lalulintas yang ada. Sebelum, semua itu terjadi. Sebelum ia melihat dengan mata kepala sendiri, bahwa kekasihnya berboncengan dengan sahabatnya sendiri. Sahabat yang menjadi kebanggaannya.

"Bangsat!"

*****

"Untuk apa datang kalau tak berniat singgah?" Ucap Naya begitu melihat Ken bersandar di depan pintu kelasnya. Sebenarnya, ia juga terkejut. Tiba-tiba ada Ken di depan kelasnya.

Mendengar itu, Ken yang sedang merogoh saku celana menegakkan tubuh seketika. Berharap Naya tak melihat apa yang sedang ia lakukan.

"Hanya sekedar berdiri saja pusing."

Terlalu sibuk dengan pikirannya, Ken tak menanggapi ucapan Naya sebelum ini. Sungguh, ia sibuk meredakan pusing yang tiba-tiba meradang dengan berusaha keras tak memegang kepalanya yang berdenyut sakit.

"Ish." Naya merajuk karena ia melihat Ken diam saja. Meski ia melihat jelas Ken begitu pucat. Apa dia sakit?

"Maaf, Naya." Hanya dua kata. Dua kata yang menggantung sebelum Ken pergi begitu saja. Meninggalkan seribu satu pertanyaan yang mengganjal hati seorang Naya.

Ada apa?

Seperti biasa, Naya tak mengerti jalan pikiran Ken yang selalu misterius. Tanpa berniat mengejar atau meminta penjelasan. Ia berlalu masuk kelasnya kembali, merenung dan menerka-nerka seorang diri.

Dibalik Ken yang tiba-tiba ada di sekolah, sebenernya tidak diperbolehkan bunda dan Kevin. Secara ia masih begitu lemah, masih membutuhkan pengawasan. Dan dari kejauhan Kevin mengawasi setiap tindakan dan gerakan Ken takut ia tiba-tiba pingsan.

Dan benar saja, Kevin melihat Ken merogoh sakunya. Ia yakin Ken mencari obat pereda nyeri, terlihat jelas Ken begitu menahan sakit. Berusaha keras agar lawan bicaranya tak melihat betapa tersiksanya ia saat ini.

"Manusia bodoh," gumam Kevin kesal.

Obat yang Ken cari ada pada dirinya. Ia tak mengerti, mengapa manusia cerdas kebanggaan sekolah seperti Ken bisa juga lupa, Astaga. Fatal akibatnya.

*****

DILAIN tempat, Bu Dini melihat dari kejauhan. Lama tak melihat anak bangor. Siapa lagi kalau bukan Kevin. Sekolah tentram tanpa perusuh, tapi tetap saja bukan tentram sepenuhnya. Karena, entah darimana. hilangnya Kevin justru menimbulkan anak-anak nakal lainnya.

Distrutto (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang