"Mengeluhlah, tapi jangan menyerah."
*****
SETELAH Ken kembali dari sekolah setengah harinya. Ia ingin berbagi cerita dengan bunda-nya. Namun, sakit yang ia rasa masih belum hilang juga.
Baru beberapa hari ia keluar dan terlepas dari berbagai alat bantu benar-benar membuatnya tersiksa. Apa harus setiap hari ia menggunakan mereka? Lemah.
Tanpa sadar, Bunda memperhatikan Ken dari balik jendela rumah itu. "Ken, sudah pulang?" Tanya Bunda berusaha membuat fokus Ken kembali.
Ken tersentak, "eh, Bunda."
Ia masih berusaha mengembalikan fokusnya. Yang akhirnya membuat tubuhnya ambruk menyentuh dinginnya lantai.
"Ken!" Teriak Bunda
Ia masih mendengar teriakan sang Bunda, tapi matanya terlalu berat untuk ia buka. Atau sekedar berucap, "aku baik-baik saja Bunda."
Lagi-lagi ia membuat hati orang yang melahirkannya kecewa. Sakit karena tingkahnya yang bandel dan sifatnya yang batu.
"Maaf, Bunda." Lirihnya sebelum gelap menarik paksa kesadarannya.
*****
Lain hal dengan Kevin. Kini ia sedang menjadi pasien sandraan atas geramnya guru killer sekolah.
"Kemana aja kamu dan Ken selama ini, Kevin?"
"Dirumah."
"Kamu pikir kewajiban kamu rebahan? Jangan mentang-mentang keluarga kamu donatur terbesar di sini. Mau saya laporkan ibu kamu?" Cercanya
"Silahkan."
Konsentrasi Kevin terbelah. Ia memikirkan bagaimana keadaan adiknya. Apakah ia sudah dirumah? Atau justru tak sadarkan diri dijalan?
Astaga, ia harus secepatnya sampai rumah dan memastikan nya.
Kevin bangkit. "Mau kemana kamu?" Tanya Bu dini
"Pulang. Ibu masih kangen sama saya sampe nahan-nahan begini?" Canda Kevin namun justru membuat guru yang sedang naik pikat itu tambah kesal.
"Dengarkan, Ibu Kevin." Nada bicara sang guru langsung berubah.
Dan itu membuat Kevin mengurungkan niatnya.
Selang 15 menit. Kevin menyesal mengurungkan niatnya. Ia justru yang kini dibuat kesal.
Tanpa sepatah katapun ia pergi begitu saja. Meninggalkan guru yang terkenal killer disekolahnya.
******
Kevin tak berfikir Ken akan collapse lagi. Hanya karena kecerobohannya.
"Lagi-lagi salah gua, bangsat lu Kevin," maki-maki Kevin sembari terus melajukan Audy hitamnya menuju rumah sakit tempat Ken dirawat.
Tadi, setelah ia meninggalkan ruang BK, tiba-tiba bundanya telepon dan mengatakan Ken pingsan di depan rumah. Ada perasaan lega namun juga takut. Lega karena ia tak kuasa menahan sakit tepat di halaman rumah mereka. Dan takut Ken tak sanggup lagi. Ia takut Ken tersiksa lagi.

KAMU SEDANG MEMBACA
Distrutto (COMPLETED)
Acak(New cover) "Sometimes following your heart means breaking someone else's."