Distrutto

1.2K 92 0
                                    

"Eh."

Spontan Ken yang mendengar suara itu mencoba mengontrol diri sebaik mungkin agar tidak terlihat kesakitan. Sembari menutup hidup dan mulutnya agar tidak terlihat pucat.

Membalikkan badan dan melihat siapa yang memergokinya seorang diri di toilet cafe.

"Kenapa, Bang?" Tanya seorang lelaki melihat beberapa obat berserakan dilantai. Ia pun membantu Ken membereskannya tanpa mendengar jawaban Ken atas pertanyaannya.

"Lu baik-baik aja? Perlu gua bantu?"

Lima menit berlalu Ken sama sekali belum menjawab pertanyaan orang asing yang ada di depannya. Hal itu membuat lelaki yang ada di depan Ken mungkin ia takut padanya.

"Oh, iya. Gua Brama." Sembari mengulurkan tangan ia mengajak Ken berkenalan, ia aneh mengapa Brama tiba-tiba se care ini pada orang asing.

Tanpa mengulurkan tangan, Ken menjawab Brama, "Ken." Sedetik kemudian Ken masuk ke dalam salah satu bilik yang tersedia.

"Eh tunggu, obat lu." Tanpa menatap mata Brama Ken mengambil obatnya dari tangan Brama.

"Thanks."

"Aneh." Tak mau ambil pusing, Brama juga memasuki salah satu bilik kamar mandi, ia sudah tidak tahan rasanya.

*****

Dilain tempat, Naya masih gelisah sebab Ken tak kunjung kembali.

"Ish, mana sii tuh ada Dakjal. Lama bener, tidur dulu kali." Naya tak bisa makan dengan tenang ia takut harus membayar seluruh makanan yang ada di meja.

Tak lama, netra nya menangkap langkah Ken dari jauh menghampirinya, "Huftt. Akhirnya."

"Eh, sori ya lama."

"Ngapain aja? Pingsan dulu di toilet?" Tanya Naya sewot tanpa memperhatikan raut wajah Ken ia kembali fokus pada makanannya yang sudah dingin.

"Hemm." Ken berdehem mencoba bersikap biasa saja.

"Tadi sakit perut," ujar Ken sembari cengengesan.

"He'elehhh."

****

Dilain tempat, Kevin yang berjalan perlahan memasuki gedung tua bertingkat itu mencoba waspada. Takut-takut anak buah mereka berbuat diluar nalar.

Tring...

Suara notifikasi handphone nya membuat Kevin sedikit terkejut.

Segera ia membuka pesan yang masuk, sudah ia duga pasti dia.

Gavin : naik ke lantai 3

Tanpa basa-basi, Gavin memberinya pesan untuk segera menemuinya. Netranya mengedar itu artinya Gavin mengetahui ia sudah berada di lokasi.

Gavin : gak usah kaget, gua tau apapun yang Lo lakuin.

"Brengsek."

Muak, tanpa ragu Kevin menaiki tangga demi tangga yang tercipta tanpa pengaman. Gedung yang baru setengah pengerjaan namun sudah ditinggalkan, mungkin biaya tidak ada. Terbengkalai tanpa ada orang yang mau bertanggung jawab. Kevin yakin tempat ini menjadi tempat gelap para remaja-remaja bosan hidup.

Sesampainya di tempat mereka membuat janji, seperti pikirannya. Tempatnya sepi, ia pasti sudah dijebak.

Beberapa menit kemudian terdengar langkah kaki yang menghampiri dari belakang beserta kayu yang sebentar lagi melayang dan mengenai kepalanya, dengan sigap ia menangkis dan merebutnya.

Distrutto (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang