Sebagian orang tak menyadari bahwa mereka hidup dengan meminjam waktu dari kematian, entah hari ini atau lusa kematian akan berada di samping mereka. Merenggut kebahagiaan atau bahagia atas kematian itu sendiri.
Bukan hanya satu atau dua yang memiliki pemikiran mengakhiri hidup karena merasa hidupnya begitu berat. Tapi, kau tahu? banyak diluar sana yang berjuang melawan penyakitnya yang secara akal sehat percuma. bahkan menyerah adalah jalan terbaik untuk segala rasa sakit.
Mencoba mendapatkan kekuatan dari sekitar, dan berjuang sekali lagi.
Sekali lagi yang terus berlanjut.
Mereka bahkan tak mengetahui hasil apa yang akan di dapat. yang mereka tahu, mereka ingin hidup lebih lama. Melepas rasa sakit yang menyiksa dan membelenggu, mengikatnya dengan erat hingga rasanya begitu sesak tak mampu bernafas.
"Maaf, anda siapanya pasien?" Perawat yang ber name tag Clara bertanya pada seorang wanita dan pria yang tadi mengantarkan Ken dalam keadaan tidak sadarkan diri.
"Kami temannya, suster. Tadi saat diluar dia tiba-tiba pingsan. makanya kita bawa ke sini," Jawab seorang lelaki.
"Oh, gitu. ya sudah, kalian boleh pulang."
"Loh? memangnya ada yang menjaga pasien?" Naya yang tak mengerti situasinya pun kebingungan. Rumah sakit macam apa yang menyuruh walinya pulang, setidaknya sampai Kevin atau Bunda datang menggantikan.
"Pasien sudah jadi tanggungjawab, Anda bisa meninggalkannya. saat ini pasien tidak dapat ditemui."
"Bagaimana kondisinya?" Naya tak menghiraukan usiran halus yang dilakukan perawat di depannya.
"Untuk saat ini pasien koma."
Matanya terbelalak, "Apa? Koma?" Detik berikutnya tubuhnya ambruk, lemas tak berdaya. namun dengan segera Brama menopang badan Naya agar tak jatuh menyentuh lantai.
"Anda tak apa-apa?" Tanya perawat panik. "perlu saya periksa?" sambungnya.
Ia tak menjawabnya. Sibuk oleh pemikiran nya sendiri. Merutuki kebodohannya selama ini.
Naya masih tak percaya, Ia kira Ken hanya demam atau sakit biasa. Tadi setelah ia mengikuti secara diam-diam kepergian Ken, secara tiba-tiba tubuhnya ambruk di depan Naya. untung saja Brama, sepupu Naya sedang berada di sekitaran tempatnya berada.
Matanya berkaca-kaca, mencoba menampik kenyataan pahit yang mungkin akan ia dengar. Merasa dirinya bodoh tak mengetahui dan tak menyadari sahabat kecilnya yang sedang sakit.
"Separah apa penyakitnya?"
"Maaf, kami tidak bisa memberitahunya. Pasien sendiri yang berpesan pada saya untuk tidak memberitahu siapapun," Jelasnya. "Saya permisi dulu."
"T-tapi, tunggu," Seru Naya berusaha mengejar langkah cepat sang perawat seolah menghindar dari runtutan pertanyaan yang akan Naya ajukan padanya, namun ditahan Brama.
"Sudah, Naya. lebih baik kau hubungi Kevin dan katakan keadaannya. ini bukan urusan kamu, nanti kalau sudah waktunya kamu pasti akan mengetahuinya," Jelasnya panjang lebar.
******
"Dimana walinya? sejak tadi aku tak melihatnya?" tanya nya pada perawat Clara. "Ada yang ingin aku bicarakan dengan wali," sambungnya berbalik menatap tubuh rapuh yang lebih banyak alat-alat menempel ditubuhnya. Membantu untuk bertahan hidup.
"Apa sudah tidak ada harapan untuknya?" Tanya Clara berusaha mengorek informasi pribadi.
Dokter itu menatap Clara lekat, seolah mencari 'ada apa dengan perawat ini?'
![](https://img.wattpad.com/cover/185477251-288-k895906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distrutto (COMPLETED)
Random(New cover) "Sometimes following your heart means breaking someone else's."