Aku tahu kamu kuat!
*****
Lagi-lagi disaat Kevin menemani Ken terlelap, ia harus terbangun dan melihat adiknya tersiksa.
"Ke..vin," panggil Ken terbata. Rasanya tenggorokan Ken ada segumpal batu yang ingin keluar. Satu detik kemudian, Kevin yang baru terlelap lima belas menit yang lalu harus terjaga dengan tiba-tiba.
Dengan tertatih, Kevin berjalan menuju brankar tempat Ken berbaring. "Ada apa?"
"Mau muntah," bisik Ken sambil menutup mulutnya. Meski tak jelas, tapi dari gerakan tangan Ken yang menutup mulut ia mengerti apa yang diinginkan Ken. Alhasil, ia yang masih sadar harus membuka mata lebar-lebar. Tanpa membuang waktu, Kevin berlari dan mengambil ember yang ada di wc.
Dan lagi, ia melihat Ken memuntahkan isi perut dengan darah yang membuat segalanya menjadi merah. Ia masih terkejut. Kevin tak terbiasa. Sungguh.
"Gue panggil dokter." Begitu Ken selesai dan membaringkan tubuh lemasnya, Kevin ingin berlari dan memanggil dokter. Tapi tertahan oleh Ken yang menarik tangannya tanpa tenaga, bahkan hanya dengan sekali sentak genggaman itu akan terlerai begitu saja.
"Gak...usah. temenin gue aja di..sini." Ken ingin berbicara dengan tegar. Tapi tenggorokannya masih saja sakit. Rasanya, memuntahkan itu semua tak ada efek apapun akan sakit di kepalanya.
Seluruh tubuhnya sakit.
"Lo yakin nggak usah gue panggilin dokter?"
Ken hanya sanggup mengangguk tanda ia yakin. Tanpa melepaskan genggaman tangannya pada Kevin, Ken terlelap lagi dengan kerutan di dahi. Sungguh, bukan maksud mengganggu tidur lelap sang Kakak tapi gejolak di perutnya memaksa untuk keluar.
Melihat itu, rasanya Kevin ingin marah pada siapapun yang membuat adiknya seperti ini. Ia ingin berkelahi dengan apapun. Tapi bukan waktunya. Ia harus menjaga adiknya. Saat ini atau bahkan selamanya?
*****
"Bagaimana hasilnya?"
"Sebenernya berat. Tapi aku harus bilang ini sama kamu sebagai ibunya bukan sebagai sahabat aku," jawab dokter Kiran sahabat sekaligus dokter spesialis yang menangani Ken.
Belum apa-apa saja, Bunda ingin menangis lagi. Ia takut. Takut kejadian sepuluh tahun yang lalu terulang kembali. Dimana ayahnya meninggal karena hal itu. Dan suaminya sedang bertugas di luar negeri. Ia tak tega mengabarkan kabar buruk ini.
"Sebelumnya, apa keluarga punya riwayat penyakit?"
"Tidak."
"Kakeknya? Atau keluarga yang----"
"Ki, ayolah. Langsung aja."
"Ken .... Thalasemia."
Hanya itu. Hanya satu kata yang menjadi ketakutannya. Hanya satu kata yang membuat dunianya hancur. Hanya itu. Itu yang menjadi ketakutan Bunda sedari tadi. Dan terjadi.
Seketika, dunianya hancur. Harapannya musnah. Tangisnya tak terbendung lagi.
Mengapa?
![](https://img.wattpad.com/cover/185477251-288-k895906.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Distrutto (COMPLETED)
Casuale(New cover) "Sometimes following your heart means breaking someone else's."