"Baiklah, Bapak akan bacakan nama siswa yang harus mengulang tes kemarin."
Semua dada berdebar-debar ketika Pak Sawito membuka buku daftar nilainya. Tes memperagakan beberapa teknik dalam permainan sepak bola yang dilaksanakan kemarin ada beberapa siswa yang tidak lulus tes. Alhasil nilai mereka di bawah rata-rata dan harus mengulang lagi demi mendapatkan nilai minimal.
"Rara.." Rara berdecak mendengar namanya di sebut. Waktu itu dia membolos jadi tidak mengikuti tes.
"Nurul.."
"Rahma.."
Ada tiga nama anak yang diharuskan mengulang dan itu adalah anak perempuan semua. Rara, Nurul, dan Rahma berdiri membentuk barisan sendiri.
Pak Sawito kembali bersuara.
"Dan saya minta untuk anak yang namanya saya bacakan, harap melatih tiga siswi ini. kalau berhasil melatih tiga siswi in dengan baik Bapak akan memberikan bonus yang besar tentunya."
"Egy Maulana Fikri."
"Bagas Adi."
"dan Hanif Sjahbandi."
"anj*r,gblk. Kenapa gue harus ngulang, " omel Rara.
Seluruh siswa bubar, hanya menyisakan enam anak dan pak Sawito.
"oke bapak akan bagi kalian mengajar siapa dan diajar siapa. Pertama, Egy kamu mengajar Nurul. Kedua, Bagas kamu ngajar Rahma. Dan Hanif kamu ngajarin Rara. Semua tergantung kalian, bapak minta hasilnya maksimal. Bapak tinggal dulu" Pak Sawito meninggalkan ke enam orang murid itu.
"Rul, setelah pulang sekolah gue minta lo dateng ke GOR deket sekolahan. Awas kalo lo gak dateng" ancam Egy.
"Gas, sekarang aja di perpus. Gue ambil buku dulu di Kelas" Rahma menghampiri Bagas.
"sekarang gimana mau lo? Kalo lo gak mau nolong gue terserah. Gue gak papa kok, lagian lo kan maunya ngajar Nurul bukan gue" Rara terus nyerocos.
"DIEM. Sekarang ikut gue" Hanif menarik tangan Rara.
"ambil buku lo. Tulis poin poin yang gue ucapin nanti" Hanif mengambil tasnya dan duduk di sebelah Rara. Untuk memberi pengarahan sedikit sebelum mereka mempraktekkannya.
Di tempat lain.
"Rahma, gue minta lo serius. Biar gue juga dapet bonus dari pak Sawito" ucap Bagas agak kesal. Karena dia berpikiran bahwa dia akan mengajar Rara.
"iya Gas" balas Rahma.
"gue ada ekstra di GOR. Lo temenin gue, dan nanti lo praktek disana Juga" ucap Hanif yang merapikan buku buku nya.
"eh Nif. Gimana sih, gue masih ngerjain soal nih. Tinggal bentar lagi"omel Rara.
"kalo lo mau ikut ayok. Kalo enggak yaudah, tapi jangan ngarep gue bakal ngajarin lo nanti" Hanif meraih tasnya dan berjalan keluar kelas.
"dasar Hanif" dengan rasa kesal, Rara berlari menyusul Hanif.
Selama berjalan beriringan Hanif hanya diam, begitupun Rara. Keduanya tenggelam dalam pikiran masing-masing. Rara tidak tahu harus merasa bagaimana. Tapi yang jelas, Rara bahagia karna itu tandanya dia dan Hanif akan bersama-sama untuk berlatih.
"lo tau bokap gue sakit?" Rara mencoba bertanya.
"Enggak, gue baru tahu lo ngomong tadi." jawab Hanif cepat dan padat.
Rara tertawa sumbang. Menertawakan dirinya sendiri. "Dasar gue bego, gue sempat mikir lo datang waktu itu."
Tiba-tiba Hanif menundukkan kepalanya.
Rara berpindah tempat, menjadi di depan Hanif mencegat tubuh cowok itu.
Tatapannya menajam, sama seperti saat dia menatap seluruh teman-temannya.
"Denger! Gue. Mau. Lo. Datang ke rumah sakit nanti malam! Gue gak bisa ikut lo ekstra! Terserah nanti lo mau ngajarin gue lagi atau enggak! "
Tangannya beranjak mencengkeram kerah seragam Hanif dan menariknya mendekat.
"Ayah nyuruh lo datang. Awas lo gak datang! " kemudian, Rara menghempaskan Hanif begitu saja lalu pergi meninggalkan Hanif yang masih mematung di tempat. Berusaha menyerap apa yang baru saja dikatakan Rara.
"Tapi intinya, mendengar ada kata 'Ayah Rara' Hanif tidak akan pernah menemui lelaki pemabuk itu. Tidak akan pernah.
Ea ea, gantung deh:v
Story by separuh yxxnvrwlkaln dan aku sendiri
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]
FanficWanita yang tidak memiliki rasa takut. Sedikit psycho tapi masih dalam kadar normal. Dan kini terjebak cinta dengan sahabat lamanya sendiri? Lalu apa yang membuat dia jatuh cinta? Hingga akhirnya dia menjadi benci bahkan dalam level sangat benci kep...