prolog

290 20 26
                                    

"GUE SAYANG SAMA LO!" teriak seorang cewek dari tempat duduknya. Seketika kegiatan di kantin yang biasanya ramai penuh suara itu hening karena teriakan cewek itu. Semua orang kompak melirik seorang cowok yang kini berdiri dengan tangannya yang mengepal.

"HANIF, GUE MAU LO JADI PACAR GUE!" teriak cewek itu lagi.

Cowok yang bernama hanif itu memasang mata tajam seperti ada kilatan di lirikanya. Hanif lalu pergi tanpa berkata apa-apa dan kegiatan di kantin itu kembali normal.

Rara menggebrak meja di hadapannya hingga membuat semua teman-temannya kaget. "Sialan! Kurang apa sih gue?!"

Semuanya diam takut untuk berbicara, Rara sebenarnya hanya siswi biasa namun di takuti oleh sebagian besar siswa di sekolahnya karena suatu insiden. Di mana saat geng dari SMA lain menyerangnya seorang diri Rara mampu mengalahkan semuanya, sejak itulah tidak ada yang berani bermacam-macam dengan Rara dan sejak itu juga Rara di jadikan seperti seorang ratu dan menjadu ketua geng cewek di sekolahnya.

"Sebelumnya maaf, Kak. Tapi setahu aku Kak Hanif lagi naksir sama cewek kelas XII IPA 2." Satu orang anggota geng Rara berdiri dan mendekati Rara, namanya Tiyas.

"Siapa?!" tanya Rara tidak sabaran.

"Namanya Nurul, Kak," ucap Tiyas hati-hati.

Rara langsung berdiri dengan spontan, ia melangkah pergi dan diikuti oleh semua teman-temannya. Rara tidak pernah membayar makanannya sendiri selalu saja salah satu dari temannya yang membayarkan makanannya, Rara sudah kelas XII teman-temannya tidak hanya dari kelas XII saja melainkan dari kelas X dan kelas XI semua siswa juga takut dengan teman-teman Rara karena di anggap sama menyeramkannya dengan Rara. Rara tidak pernah tersenyum, karena baginya senyum hanya membuang-buang waktu jika ia tersenyum selama satu detik maka satu detik berikututnya senyuman itu sudah berubah di gantikan oleh sesuatu yang menyedihkan.

"Yang mana?" tanya Rara, ia sudah berada di depan kelas Nurul.

Tiyas sedikit berjinjit untuk menelusuri keberadaan Nurul, "yang itu, Kak," tunjuk Tiyas. Tak lama Rara mengetahui si Nurul, Hanif datang dengan membawa sekantung makanan yang di berikan kepada Nurul.

Rara mengepal merasakan dadanya tiba-tiba memanas, ia berbalik badan dan menemukan Bagas dan teman-temannya sudah berada di depannya.

Bagas menyeringai, "mau sampai kapanpun, lo nggak akan bisa dapetin Hanif. Lo bukan tipenya," kata Bagas penuh tekanan.

Rara menaikkan dagunya dengan berani, ia menjadi satu-satunya cewek yang berani melakukan hal itu kepada seorang Bagas. "Sama kayak lo! Sampai kapan pun, lo nggak akan bisa dapetin gue. Lo bukan tipe gue," balas Rara.

Rara pergi begitu saja meninggalkan bagas dan teman temannya. Jika ia adalah pemimpin geng cewek maka Bagas adalah pemimpin geng cowok, kedudukannya sama-sama di takuti oleh seluruh siswa.

______

Meskipun Rara adalah ketua geng, dia bahkan tidak mengendarai motor atau mobil ke sekolah, rumahnya dekat hanya memasuki satu gang dan dia sudah sampai oleh karena itu Rara selalu berjalan kaki. Aneh memang, seorang Rara yang di takuti semua siswa berjalan kaki, tapi hal itu bukan masalah bagi Rara. Reputasinya di sekolah tidak akan mengubah apapun.

"Hanif!" teriaknya, cowok yang berjalan mendahuluinya tidak menoleh sama sekali meskipun telinganya mendengar dengan baik teriakan Rara.

Rara berlari sampai langkahnya sejajar dengan Hanif, Rara berhenti namun Hanif malah berjalan dengan cepat menjauhi Rara. "GUE SAYANG SAMA LO!" teriak Rara dari tempatnya. Hanif tidak akan berubah, ia akan tetap membisu entah sampai kapan ia bisa.

Akhirnya Rara menyerah, cewek itu membiarkan Hanif pergi.

Sesampainya di rumahnya, aroma keras dari rokok menyeruak sampai di rongga bibirnya. Rara tidak kaget, ia sudah terlalu biasa untuk bisa kaget dengan kegiatan di dalam rumahnya.

Rara menyaksikan semua pandangan orang-orang mabuk dengan mulut meracau tidak jelas meliriknya, ia hendak kembali melangkah namun ayahnya tiba-tiba berdiri. "Dari mana kamu? Kenapa baru pulang?"

Rara mengernyit lalu ia menjawab, "sekolah," jawabnya. Rara tahu ayahnya dalam keadaan mabuk maka dari itu Rara tetap menjawab sekenanya saja.

"Sekolah? Ngapain kamu sekolah! Kenapa nggak kerjaa!!!" teriak ayah Rara. Ayah Rara menjatuhkan satu botol bir di tangannya hingga pecah ke lantai bertekel di rumahnya. Rara langsung pergi tanpa berpikir panjang, jangan kira ayah Rara gila dia tidak gila, dia hanya dalam keadaan mabuk saja sehingga otaknya tidak mampu berpikir jernih, mungkin jika kalian berpikiran seperti itu kalian akan betah saja menjadi Rara karna Rara sama sekali tida perduli.

Rara berganti baju, tanpa makan ia mengayuh sepedanya menuju sebuah resto besar, Rara menyelinap masuk ke dalam ke dapur tepatnya, semua tengah sibuk melakukan tugasnya masing-masing, Rara langsung mengambil tempat menggantikan seseorang yang mencuci piring, ia kembali bekerja, mencuci piring di restoran itu sampai tutup sekitar jam sepuluh malam.

"Rara!" suara seseorang mengagetkan Rara, Rara menjatuhkan piringnya ke dalam air kembali. Matanya melotot saat menyadari siapa yang sudah datang menemukan keberadaannya di tempat itu.

"Lo..."

Assalamualaikum
Prolog by yxxnvrwlkaln aku nglanjutin ceritanya.
Makasih.
Wassalamualaikum 🎈

𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang