Hanif sudah dipindah ke ruang rawat biasa.
"permisi mbak,ini makan siangnya" ucap perawat yang mengantar jatah makanan.
"oh iya mbak makasih ya" balas Rara.
Untungnya Rara memiliki baju ganti di tas nya. Jadi dia bisa ganti gak pake seragam lagi.
"Nif,lo mau makan?" tanya Rara.
"nggak usah Ra. Nanti aja" ucap Hanif. Tapi perut Hanif nggak bisa bohong.
"tukan. Lo laper? Nggak usah malu,kalo lo mau apa bilang aja" ucap Rara mengambil makanan.
"biar gue makan sendiri aja Ra" Hanif berusaha mengambil sendok dan mangkuk dari tangan Rara,namun tangannya masih sangat lemah.
"udah gue suapin aja. Nih" Rara menyodorkan sendok ke mulut Hanif.
"sorry Ra gue ngrepotin lo"
"udah santai aja Nif. Gue gak ngerasa direpotin" Rara menyodorkan sendok lagi.
"Hanif" teriak seseorang yang masuk.
"cie cie,ehm. Kayaknya ada yang berbunga bunga nih" ternyata David yang datang menjenguk bersama teman lainnya.
"lo sih Vid,main masuk aja. Ganggu kan?" omel Shandra.
"ya sorry"
"paan sih lo? Gue cuma nyuapin Hanif,tangannya masih lemes" omel Rara.
"o.... Lemes" jawab David,Shandra,Egy dan Zia bersamaan.
"yaudah nih lo suapin" Rara memberi mangkok ke Egy.
"yaelah Ra,lo pakek ngambek. Mana bisa gue nguapin" Egy berusaha menyuapi Hanif walau tangannya sedikit kaku.
"gimana keadaan lo Nif?" tanya Zia.
"alhamdulillah membaik Zi. Btw,makasih ya udah dateng. Maaf nih ngrepotin kalian"
"iye gak papa kali Nif. Kayak ama siapa" lanjut David.
"eh,bokap nyokap lo kemana Nif?" tanya Shandra.
"kayaknya pulang. Soalnya tadi nggak pamit"
"jadi lo disini cuma sama Rara?" David ikut nimbrung.
"Papa nitipin gue ke Rara" lanjut Hanif.
"buset,main titip titip aja" receh David.
Disaat riuh teman Hanif dan Rara di dalam kamar,terdengar juga suara riuh di luar. Entah siapa yang bertengkar,yang jelas itu real pertengkaran.
"siapa tuh berantem?" tanya Egy nengok ke arah luar.
"gak tau,rame banget" sahut Zia.
Rara terdiam, mendengarkan ocehan demi ocehan diluar. "gue kayak kenal suaranya,gak asing" batin Rara.
Rara pun berjalan keluar mencari sumber suara itu.
"ayah?" ucap Rara seketika membuat mereka terdiam.
"Rara?" shock Wirawan,ayah Rara.
"ayah kenapa kesini? Kenapa ayah bertengkar sama mama nya Hanif?"
"ini anakku yang jadi tulang punggungku,dia merasakan pahitnya hidup karena dia" Wirawan menunjuk jelas ke arah Sarah.
"tunggu tunggu, maksud kalian apa?" Rara masih bingung.
"sebelumnya om minta maaf. Sebenarnya om udah tau kamu itu siapa dan silsilah keluarga kamu gimana" ucap Ajie.
"ayah sudah memberi keringanan,tapi mereka tetap tidak mau. Kamu ingat saat ayah sakit dan ayah meminta Hanif datang tapi Hanif tetap saja tidak mau datang, sebenarnya...." ucapan Wirawan terpotong.
"kita selesaikan di rumah saja. Hanif ada temennya" ucap Ajie.
Mereka pun menuju rumah Ajie alias rumah Hanif. Dan menuntaskan masalah ini.
"gimana yah? Om? Tante? Apa maksud semua ini?" tanya Rara.
"mamanya Hanif jahat ke kita,dia buat kebahagiaan kita hancur. Dia menghancurkan keluarga kita" ucap Wirawan menggebu gebu.
"om minta maaf,tapi memang itu yang sebenarnya. Dia nggak pernah kapok menghancurkan sekian keluarga demi kebahagiaannya. Dia yang membuat ayah kamu menjadi pemabuk," Ajie ikut menjelaskan.
"tapi kenapa tante nglakuin semua hal itu om? Apa salah ayah saya?" Rara masih lembut.
"dia gila harta. Dia selalu menghancurkan keluarga yang menjadi saingan bisnis om,padahal om tidak meminta itu. Dia takut om bangkrut dan keinginannya tidak terpenuhi"
"apa Hanif tau soal ini?" tanya Rara lagi.
"jelas tau,dia berusaha menghindar dari kamu karena dia takut jika semua masalah ini sudah terbongkar kamu akan membenci dia" lanjut Ajie.
"tapi kenapa tante nglakuin hal ini?"
"papa nya Hanif juga salah kok. Kenapa kamu cuma nyalahin satu orang?" jawab Sarah.
"aku nggak minta kamu untuk melakukan itu. Aku udah bilang kalau rezeki itu udah ada yang ngatur" lanjut Ajie.
Perdebatan semakin sengit hingga membuat Rara sudah mencapai batas sabar.
"stop om,tante. Masalah keluarga,kalian selesaikan sendiri secara pribadi. Saya rasa masalah ini sudah selesai,toh ayah saya juga sudah berubah. Dan saya minta maaf,saya tidak bisa menemui dan menjaga Hanif lagi" Rara keluar disusul ayahnya.
"Ra,maafin ayah. Ayah udah bohongin kamu selama ini,ayah harap kam...."
"yah,gak papa. Rara gak marah kok sama ayah,mau ayah gimanapun ayah tetep ayah kandungnya Rara. Yang Rara gak bisa terima,kenapa Hanif gak jujur aja sama Rara,kenapa Hanif pakek ngomong benci sama aku? Itu kesalahan fatal Hanif" Rara meluapkan emosinya.
"ini semua bukan salah Hanif. Ayah harap kamu gak dendam sama Hanif,keadaan dia juga belum pulih akibat kecelakaan itu Ra,"
"nggak yah,Rara udah terlanjur benci sama Hanif. Ayah gak usah sebut nama dia lagi di depan Rara ya"
-------
Satu minggu kemudian.
Setelah proses pemulihan selesai,hari ini Hanif sudah diperbolehkan masuk sekolah.
"Ra,hari ini Hanif udah masuk loh. Gak kangen nih" ledek Shandra.
"iya Ra,sambut napa" sahut David.
"lo diem atau gue pukul lo?" ucap Rara sewot.
"kenapa lo sewot Ra?biasanya masalah Hanif lo excited banget" Zia ikut gabung.
"Zia,Shandra,David. Gak usah sebut nama itu lagi di telinga gue,gue benci sama dia dan gue gak mau denger nama dia lagi" jelas sekali ucapan Rara membuat teman temannya shock.
"ada yang aneh dari Rara. Gak biasanya dia kayak gini,gue harus cari tau" batin David.
"udah biarin Rara sendiri dulu. Kayaknya dia ada masalah setelah seminggu lalu dia ngeliat ayahnya sama orang tua nya Hanif bertengkar" jelas Egy.
"iya juga sih. Yaudah deh,kita berdo'a aja buat mereka" lanjut Zia.
Rara pergi ke taman. Tempat paling nyaman yang ada di sekolahan ini.
"kenapa semua masalah ini ada di hidup gue?" guman Rara disertai isakan tangis.
"gue BENCI HIDUP,GUE PENGEN MATI AJA" Rara sudah tak ter kontrol.
Assalamualaikum
Hampir puncak guys,karena aku pengen bikin sequel aja. Jadi cerita ini hampir tamat.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]
FanficWanita yang tidak memiliki rasa takut. Sedikit psycho tapi masih dalam kadar normal. Dan kini terjebak cinta dengan sahabat lamanya sendiri? Lalu apa yang membuat dia jatuh cinta? Hingga akhirnya dia menjadi benci bahkan dalam level sangat benci kep...