Rara sedari tadi nampak duduk di balkon dengan secangkir teh di sisinya. Dia memandangi langit yang saat itu menurunkan hujan ringan. Zia yang masih berada di atas kasur menyadari bahwa Rara sudah tidak ada di sisinya. "Rara?" Bingung Zia.
"Kenapa?" Sahut Rara. Zia melompat dari kasur dan menuju balkon. "Lo udah sehat,Ra? Lo udah baikan?"
"Udah, gak usah khawatir. Gue gak papa" Rara menyeruput teh nya. Zia menghela nafas lega.
Rara kembali termenung, dan sesekali melirik layar handphone nya.
Ting....
David M
*Ra, Hanif mo ketemu lo nihRara masih menatap layar hp nya. "Siapa,Ra?" Zia mengintip dari belakang. Rara pun menyodorkan hpnya ke Zia,lalu Zia membaca nya.
"Kayaknya emang lo harus obrolin ini berdua sama Hanif deh,Ra. Biar nggak ada kesalahpahaman lagi"
"Nggak perlu, mau gue ketemu sama Hanif mau gue nggak ketemu sama Hanif, semua sama aja" Rara beranjak ke meja belajar. Dia menaruh teh serta hpnya, dan segera menuju ke kamar mandi.
Skip sampai siang hari.
"Ra, jalan yok. Masak weekend gini nggak jalan," ajak Zia.
"Jalan aja sendiri, gue males" Rara membaringkan tubuhnya ke kasur. "Yaelah, lo tega?" Zia masih berusaha membujuk Rara. "Gue nggak mau,Zi. Gue males" Zia akhirnya menyerah dan memilih meninggalkan Rara. "Yaudah gue jalan ya, lo mau nitip apa?"
"Ga ada" singkat Rara.
"Yah, gagal deh ajakin Rara keluar. Aduh, gimana nih" Zia segera mengambil handphone nya lalu menelfon David. "Halo,Vid---" Zia mengobrol beberapa saat dengan David via telepon. "Sorry ya, Vid. Gue gak bisa bantu lo"
Rara menatap tajam layar handphone nya, hingga terasa perih di mata nya. Dia menjatuhkan badannya ke kasur dan menatap langit-langit kamar nya. "Kenapa harus Hanif sih?" Ucapnya.
Ting.......
087313451***
*Cowok kayak Hanif patut lo cinta? Dia banyak bohong ke lo Ra selama ini. Tanya ke dia, berapa banyak kebohongan nya"Apa maksudnya?" Rara membaca chat itu berkali kali.
Tiarara91
*Siapa lo?
*Apa maksud lo?087313451***
*Gk perlu tau gw siapa,"Apa sih maksud nih orang," Rara terdiam. Dia sebenarnya sangat ingin bertemu dengan Hanif dan menanyakan soal ini, tapi keputusan Rara sudah bulat. Dia tidak akan bicara lagi dengan Hanif.
"Rara nggak ikut?" Tanya Egy serius. "Nggak, gue nggak berhasil ngajakin Rara hangout. Padahal gue nggak ada singgung singgung tentang kalian" jelas Zia. "Gak papa, lain kali nggak usah repot-repot. Gue tau Rara kecewa banget sama gue" Hanif menghela nafasnya panjang.
"Gue tau Rara itu pemaaf kok,Nif. Dia bakal maafin lo, dia masih butuh waktu" Zia menenangkan Hanif yang terlihat putus asa. "Nggak di maafin pun gue rela,Zi"
David merangkul Hanif.
Keesokan harinya.
Di sekolah."Maksudnya apa?!" Tanya Rara dengan nada lumayan tinggi. Lelaki di depannya menatap layar ponsel itu serius. "Siapa dia?"
"Gue gak peduli dia siapa, anak mana"
"Rara beneran marah ke gue" Batin laki laki itu.
"Nif, apasih yang lo sembunyi in lagi dari gue? Setelah masalah kemaren?" Rara semakin mendekat kan diri nya Hanif.
"Gue minta maaf,Ra. Gue tau gue salah"
"Kenapa lo nggak jujur aja sih, Nif? Lo adalah orang yang paling gue percaya selama ini, tapi kenapa lo tega bohongin gue dengan berbagai masalah yang ada?"
"Gue benci,Nif sama lo. Gue nggak tau lagi harus gimana, gue juga nggak tau bisa maafin lo kapan" Rara berlari meninggalkan Hanif. Sedangkan Hanif menunduk dan menetes kan satu air matanya.
"Rara, Hanif berantem" ucap seorang siswi. Tanpa pikir panjang, Rara langsung menghampiri mereka.
Sudah banyak orang berkerumun disana, tapi Rara belum mengetahui kondisi Hanif karena tertutupi oleh kerumunan itu.
"STOP!!!" Teriak Rara.
Kini pandangan semua orang berpindah ke Rara. "LO KECEWA, NGGAK GINI CARANYA" Teriak Rara lagi.
"Siapa lo? Berani beraninya dateng kesini" tanya Rara kepada laki laki yang menjadi teman duel Hanif.
"Gue Gio, orang yang nge chat lo kemaren" jawabnya.
"Jadi lo yang kirim pesan itu? Siapa nya Hanif lo?"
"Gue sepupu dia, tapi gue benci banget sama dia"
"Kenapa lo benci sama dia?"
"Lo bod*h,Ra. Lo berkali kali dibohongin sama dia, dan lo nggak benci sama dia? Lo nggak kecewa sama dia?"
"Rasa benci dan kecewa nggak harus diperlihatkan. Nggak harus dibalas dengan cara kotor kayak gini Disini lo yang bod*h, dateng bawa anak buah buat habisin Hanif"
"Yang benci siapa, yang ngabisin siapa"
Gio tidak bisa berkutik begitupun anak buahnya. Rara langsung menarik tangan Hanif pergi dari sana.
Hai,wkwk
Gimana? Ada beberapa part lagi nih. Part spesial buat yang rindu sama masa muda Hanif dan Rara,hehe. Masih ada beberapa cerita kecil yang belum reader ketahui nih. So, tetep stay di lapak Angkasa biru ya. Hehe.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]
Fiksi PenggemarWanita yang tidak memiliki rasa takut. Sedikit psycho tapi masih dalam kadar normal. Dan kini terjebak cinta dengan sahabat lamanya sendiri? Lalu apa yang membuat dia jatuh cinta? Hingga akhirnya dia menjadi benci bahkan dalam level sangat benci kep...