Waktu pulang sekolah datang begitu cepat. Hingga akhirnya seluruh murid di SMA Bina Muda pulang.
Bagas sudah berada di tempat yang ditentukan Rara tadi.
Beberapa saat Bagas menunggu akhirnya Rara datang.
"gue pikir lo gak dateng" ucap Rara saat tiba.
"kapanpun lo mau ketemu, sebisa mungkin gue dateng Ra. Ada apa? " tanya Bagas to the poin.
"gue cuma mau nanya, kenapa lo masih peduli sama gue dan keluarga gue? Gue kan udah bilang kalo gue gak butuh bantuan lo. Lo tau kan konsekuensi nya kalo bokap lo tau lo masih sering bantuin gue? "
"tunggu, bantu apa Ra? Gue gak ngerti deh" Bagas bingung dengan apa yang diucapkan Rara.
"lo kan yang bayar biaya rawat ayah gue? Iya kan? "
"biaya rawat? Gue gak bayar biaya rawat ayah lo. Setelah gue dateng dan lo usir gue mentah mentah, gue sama sekali gak pernah dateng kesana lagi" jelas Bagas.
"terus siapa kalo bukan lo Gas? Dan siapa juga yang dibilang suster cowok nungguin di depan kamar, dan surat kemaren? "
"gue gak tau Ra. Yang jelas itu semua bukan gue" Bagas dan Rara terdiam sejenak.
"terus siapa yang nunggu di depan pintu, ngasih surat dan bayar biaya rawat ayah gue. Kalo itu bukan Bagas? " batin Rara.
Tanpa kata Rara langsung pergi meninggalkan Bagas.
"eh Ra. Padahal gue baru mau bilang coba tanyain ke Hanif" teriak Bagas namun tak di dengar Rara.
Rara berjalan melewati gang gang, menujuke rumahnya dengan perasaan campur aduk.
"terus siapa kalo bukan Bagas? Cowok yang berusaha dapetin gue kan cuma dia doang. Apa mungkin Hanif? Ah tapi mustahil buat itu" batin Rara.
"Rara kamu udah pulang? " ucap Ayahnya.
"udah yah, ayah gak minum minuman lagi kan?"
"enggak Ra"
"awas ya kalo ayah minum lagi, Rara gak bakal ngurusin ayah lagi. Ayah udah makan? "
"udah, kamu makan gih"
"iya yah nanti. Rara mau ganti baju dulu"
Semenjak masuk rumah sakit itu, ayah Rara berhenti meneguk minuman ber alkohol.
"yah, Rara pamit dulu. Rara mau ke resto" pamit Rara.
"yaudah hati hati"
Rara berjalan menuju restoran tempat kerjanya.
"eh Ra, lo baru dateng. Itu piring nya di belakang banyak banget," ucap salah satu rekan kerja Rara.
"iya mbak"
Rara segera menuju ke tempat cuci piring, dan dia mulai mencuci.
"Ra....!" Bagas datang tepat di belakang Rara.
Rara berbalik badan, dan wajahnya tepat di depan dada Bagas. "kenapa lo dateng kesini? Gue gak mau ayah lo tau dan gue di pecat dari sini" .
"gue mau lo jadi pacar gue sekarang. Kalo lo mau nungguin Hanif terus, kapan lo gak jomblo lagi Ra? Mikir dong" ucap Bagas.
"mikir? Lo suruh gue mikir? Seharusnya yang harus mikir itu lo Gas. Mending lo pergi dari sini, sebelum karyawan lain liat" Rara menyuruh Bagas pergi.
"eh mas Bagas, tumben kesini. Ada apa ya? " ucap Yuni salah satu karyawan disana.
"mbak Yuni? Ini mbak, saya disuruh liat hasil cuci nya Rara gimana. Beneran bersih apa enggak"
"oalah, saya kira ngapain"
"yaudah kalo gitu Ra, cucian kamu bersih. Saya permisi dulu, mau liat hasil lainnya" Bagas pergi meninggalkan Rara dan mba Yuni.
"Ra, inget surat dari papa nya mas Bagas kemaren"
"iya mbak, dia kesini cuma liatin hasil kerjaku kok. Gak ada niatan lain" jawab Rara.
"bagus deh"
Malam datang, dan saat nya Rara balik.
"yaudah mbak aku balik duluan ya. Takut ayahku nungguin" pamit Rara.
"iya Ra hati hati" jawab Yuni.
-----
Keesokan harinya."oke anak anak, jadi untuk tugas couple dance kalian hari ini akan ibu nilai. Jadi silahkan kalian siap siap ya, ibu tunggu di ruang kesenian" ucap bu Dian.
"Ra, good luck ya. Gue jalan dulu" ucap Zia.
"iya Zi, " balas Rara yang masih duduk di bangku nya.
Seluruh murid sudah keluar, menuju ke ruang kesenian. Hanya menyisakan Hanif dan Rara disana.
"Ra, kenapa lo masih disini? " tanya Hanif cuek.
"gimana gue mau ke ruang kesenian coba? Kita kan belum siap siap" sewot Rara.
"kostum? Gue udah bawain tadi. Nih, " Hanif memberikan baju ke Rara.
"tumben lo perhatian ke gue? Biasanya bodo amat"
"lo satu kelompok sama gue. Ya gak mungkin gue biarin gitu aja, ini juga menyangkut nilai gue" balas Hanif.
"yaudah, yok jalan. Masih bisa jalan kan? " ucap Hanif.
"euh, lo sarapan apa sih Nif? Nyebelin banget" batin Rara.
Mereka berjalan beriringan, namun tak ada suara dari kedua mulutnya.
"oke semua sudah hadir? " absen bu Dian.
"SUDAH BUU...! " ucap seluruh murid.
"ibu akan panggil siapa yg tampil duluan"
"dan yang tampil duluan adalah.... "
See you next paragraf😍
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]
FanficWanita yang tidak memiliki rasa takut. Sedikit psycho tapi masih dalam kadar normal. Dan kini terjebak cinta dengan sahabat lamanya sendiri? Lalu apa yang membuat dia jatuh cinta? Hingga akhirnya dia menjadi benci bahkan dalam level sangat benci kep...