promise

117 20 0
                                    

Hari ini nilai tes ulang Rara, Rahma dan Nurul keluar.

"oke untuk kalian bertiga. Kalian sudah lolos tes ulang. Dan bapak minta, kalo ada tes nanti jangan sampai ada yang diulang lagi. Rara, serius sekolahnya. Nurul dan Rahma kalian juga" ucap pak Sawito.

"Nif,nanti malem lo jangan lupa dateng, ayah udah nungguin lo" ucap Rara.

Tak ada jawaban dari Hanif. Malah Hanif mengejar Nurul yang berjalan di depan.

"dasar lo punya mulut gak sih Nif. Gitu aja gak dijawab"

"Gas, makasih ya lo udah ngajarin gue" ucap Rahma.

"iya sama sama" Bagas berlari mengejar Rara.

"Ra, selamat ya lolos tes nya" ucap Bagas.

"iya makasih. Mending lo pergi deh Gas" Rara hanya menjawab seperlunya.

"Ra, tapi. Lo gak dihargi sama Hanif. Lo..... " Bagas terdiam sekejap. "gue tau Hanif gak ngehargain gue, gue tau Hanif cuek ke gue. Tapi yang jelas cinta gue gak akan pernah ilang buat Hanif" Rara berjalan meninggalkan Bagas.

"sampek kapanpun gue selalu ada buat lo Ra" batin Bagas.

Sebenarnya masih ada jam pelajaran hari ini, tapi setelah pengumuman tadi Rara pergi begitu saja tanpa meminta izin.

"eh Rara kemana? " Egy memasuki kelas.

"bukannya kumpul tadi? "

"iya kumpul. Tapi gue mampir toilet tadi" jelas Egy.

"lah gak tau. Nif, lo tadi tau Rara gak? " tanya Zia ke Hanif.

"enggak" singkat Hanif.

"eh, bukannya bokap nya Rara sakit ya? Jangan jangan dia ke rumah sakit? " Shandra mengingatkan.

"oh iya. Gimana kalo kita jenguk mereka? " ajak Egy.

"ayok sih. Nif, Rul. Lo mau ikut? " tanya Zia kepada Nurul dan Hanif yang duduk di depan Zia.

"gue ada perlu. Nurul aja yang ikut" Hanif beranjak dari bangku nya.

"gue juga gak ikut. Males" ucap Nurul santai.

Merekapun segera menuju ke rumah sakit dimana ayah Rara di rawat.

"Rara" Zia melihat Rara sedang berada di depan kamar rawat ayahnya. Duduk termenung entah apa yang ia pikirkan.

"Zia? Egy? Shandra? " shock Rara.

"kalian ada disini? Ngapain kalian? Bukannya hari ini waktunya bu guru killer itu? "

"gue mau jengukin bokap lo Ra. Masa gak boleh? " Egy menjelaskan.

"ya boleh lah. Yaudah lo masuk duluan aja, gue mau nunggu orang"

"yaudah" Zia membuka pintu dan segera masuk.

"masak lo gak mau nemuin ayah gue sih Nif? Kejam banget lo" batin Rara.

Beberapa menit berlalu, Zia dkk keluar dari kamar dan berpamitan ke Rara.

"yaudah Ra, kita balik dulu ya. Semoga cepet sembuh" pamit Egy.

"iya, makasih lo udah mau jengukin bokap gue" balik Rara.

Jam menunjukkan pukul 22.00 wib. Dan Hanif belum menampakkan batang hidungnya.

"gila Hanif bener bener gak mau nemuin ayah. Sebenernya ada apa sih? Sampek sampek Hanif gak mau nemuin ayah" raut wajah Rara berubah menjadi merah.

Rara masuk ke kamar ayahnya. Dengan raut muka kesal.

"pasti Hanif gak dateng" ucap ayah Rara.

"gue gak akan lupain kejadian ini Nif" batin Rara.

"udahlah yah, gausah di pikirin. Mending ayah istirahat aja" Rara merapikan selimut ayahnya.

Tak berselang lama, Rara sudah tertidur pulas di sebelah ayahnya dengan posisi duduk.

"andai kamu tau apa masalah ayah. Pasti kamu benci sama Hanif" ucap ayah Rara yang terbangun.

------

Keesokan harinya.

Rara berjalan santai melewati koridor sekolah yang beberapa sudutnya diisi siswa siswi.

Rara sampai di depan kelas dan sudah menemui bu Dian, guru seni budaya yang ada disampingnya.

"lah bu? Udah masuk ya? Perasaan ini masih pagi dah? " bingung Rara.

"ibu ada acara. Jadi kalian ibu kasih tugas, cepet masuk" suruh Bu Dian kepada Rara.

Rara pun masuk ke dalam kelas dan segera duduk.

"assalamualaikum wr. wb. Selamat pagi anak anak"

"WAALAIKUMSALAM WARAHMATULLAHI WABARALATU. PAGI..... BU" teriak seluruh murid di kelas.

"hari ini waktunya ibu kan. Kebetulan ibu ada acara jadi kalian ibu kasih tugas. Tugasnya, kalian harus merancang dance couple... " belum selesai bu Dian menjelaskan.

"lah, kok dance couple bu? " teriak Shandra.

"udah, gak ada alasan apapun. Ibu sudah bagi kelompoknya, setiap kelompok ada dua orang satu cewek dan satu cowok. Dan ini pembagiannya" bu Dian menempelkan selembar kertas ke papan tulis.

"yaudah, kalo gitu ibu tinggal dulu. Minggu depan harus selesai" bu Dian meninggalkan kelas.

Shandra maju ke depan. Biasa dia emang selalu kepo.

"what gue sama David? OMG HELLOOOO" teriak Shandra melihat dia di pasangkan dengan David.

"udah udah. Gue, Rara, Egy sama siapa Shan? " teriak Zia.

"Zia sama Bagas. Egy sama Nurul dan Rara sama Hanif" balas Shandra.

"kenapa gue harus sama Hanif. Padahal gue berharap gak dipasangin sama dia" batin Rara kesal.

"mungkin dengan cara ini kita bisa baikan Ra" batin Hanif.

"buat yang laen liat sendiri yaa... Gue mau ke ruang seni dulu" ucap Shandra.

Seluruh murid pergi ke ruang seni.

"Ra, kenapa muka lo gak seneng gitu? Padahal lo kan sama Hanif?" heran Zia.

"gak papa kok" singkat Rara.

"gue pengen kita menang" Hanif menarik tangan Rara dan membawanya ke sudut lain ruang seni.

"yaudah, kita latian aja" jawab Rara.

Hanif masih terpaku, menatap tajam arah sorot mata Rara. Sedangkan Rara sama sekali tak menatap Hanif, mungkin Rara kecewa karena Hanif tidak hadir tadi malam.

"Ra.... " ucap Hanif.

Eaea
Naggung ya? Wkwk
Tunggu part selanjutnya. Jangan lupa tinggalin jejak yes(vote/comment) see you.

𝙰𝚗𝚐𝚔𝚊𝚜𝚊 𝙱𝚒𝚛𝚞[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang