EOS 07 : KEMBALI BERTATAP MUKA

2.2K 112 12
                                    

Jangan nangis dihadapan gue. Tahan air mata lo. Gue gak sanggup lihat itu. Apalagi kalau alasan lo nangis itu gue.

-Gana Saputra.

07. KEMBALI BERTATAP MUKA


Devi sudah keluar dari persembunyiannya. Setelah merasa aman, dia segera keluar dari tempat sumpek itu.

Devi sedang merapihkan kasurnya, dari pada dia tidak ada pekerjaan. Lebih baik dia beres-beres kamar.

Devi merapihkan banyak yang ada di kasurnya. Dan menaruhnya sesuai tempatnya.

Cklek.

Lagi-lagi pintu kamar Devi kembali terbuka. Ntahlah siapa yang datang, yang pasti posisinya kali ini dia sedang membelakangi pintu. Tak lama, pintu itu terdengar tertutup. Dan terkunci dari dalam.

Devi sudah ketakutan kali ini. Bagaimana jika itu mamahnya atau siapapun itu, yang sudah mengetahui bahwa dirinya sudah meninggal? Bagaimana ini! Habis sudah riwayatnya. Shit! Lupa kunci pintu lagi!

Dengan seribu nyalinya. Devi membalikan tubuhnya. Dan ya! Dia langsung bertatapan dengan orang itu. Dengan jarak yang begitu dekat. Devi hanya mampu menelan salivanya.

“Ga-gana?” Devi sudah ketakutan. Dia berusaha pergi dari jarak itu. Tapi dengan sigap tangan Gana langsung mencekal tangannya. Dan lagi-lagi tatapan keduanya kembali bertemu. Tolong jangan gini,nGan. Lo jangan buat gue nangis dihadapan lo.

Setelah sekian lama dia pergi dari kehidupan Gana. Sekarang dirinya malah dihadapkan langsung dengan mata itu. Demi apapun Devi tidak pernah mau bertatapan seperti ini. Ini hanya akan membuat dirinya menangis. Entah lah, rasanya jika berhadapan seperti ini dengan Gana, rasanya dia ingin menangis, dan mengingat semua yang pernah mereka lalui.

“Jelasin.” satu kata yang berhasil lolos dari mulut Gana. Devi mengerti apa maksud dari kata itu.

Devi menggeleng kuat. Dan dia berhasil menahan air matanya. “Gak ada yang perlu gue jelasin.”

“Nggak ada?” Gana mengangkat sebelah alisnya. “Terus maksud lo, selama ini lo pergi dari gue, lo tinggalin gue. Bahkan lo bohongin gue. Terus itu semua nggak perlu dijelasin?”

Devi melepaskan cekalan itu. “Siapa lo? Sampai harus gue jelasin tentang semua itu?”

“Gue?” Gana menunjuk dirinya. “Cowok lo.”

Cowok gue? Yakin lo?” Devi mengangkat sebelah alisnya. “Apa lo lupa, waktu lo mutusin gue, dan lebih milih Diva? Lo lupa sama semua itu? Apa lo amnesia buat nginget semua itu? Apa perlu gue jelasin lagi? Biar lo inget?” mata Devi mulai berkaca-kaca. Dia kalah dengan Gana.

Jangan nangis dihadapan gue. Tahan air mata lo. Gue gak sanggup lihat itu. Apalagi kalau alasan lo nangis itu gue. Batin Gana. Sudah lah. Dia tidak siap melanjutkan semua ini, dia tidak mau melihat Devi menangis. Dengan sigap Gana manarik Devi kedalam pelukannya. Dan Devi tidak menolak atau menerima itu. Dia malah semakin menjadi-jadi menangis di dada bidang Gana.

“Terusin tangisan lo. Sampai benar-benar selesai.” Gana semakin mengeratkan pelukannya.

“Lo jahat, Gan!” Devi memukul dada Gana keras. “Lo jahat!” Devi mengucapkan semua kata-kata itu disela tangisannya.

“Lo lebih jahat, Dev. Lo ninggalin gue. Lo ngebohongin gue.” Gana juga kali ini menangis. Menangis dalam keadaan memeluk gadis yang dia cintai selama ini. “Gue kira, gue nggak akan pernah ketemu lo lagi. Karena lo udah meninggal. Sumpah demi apapun. Ini semua berasa mimpi. Mimpi gue bener-bener meluk lo kali ini.”

“Gue kangen.” ujar Gana.

“Gue juga.” jawab Devi yang membuat Gana melongo. Devi tidak membencinya berarti kan?

Devi melepaskan pelukan Gana. Dia memperlihatkan mata sembabnya kepada Gana. Dan lagi-lagi dia meneteskan air mata. “Maafin gue, Gan. Gue udah ngebohong. Jujur, kebohongan gue semata-mata cuma karena gue pengin ngasih pelajaran aja sama kalian.”

Gana menghapus air mata gadisnya itu dengan tangannya. “Lo udah cukup kan, ngehukum gue?” Gana berusaha memastikan. “Kalau lo belum puas. Silahkan hukum gue, semau lo. Mau lo, tampar gue, caci maki gue, mukulin gue, atau ngebunuh gue sekalipun. Gue ikhlas, Dev. Tapi, tolong jangan hukum gue dengan cara lo pergi dari kehidupan gue. Itu kelemahan gue, Dev.” Gana lagi-lagi memeluk Devi.

Demi apapun, gue nggak nyangka, kalau gue akan nyiksa lo kayak gini, Gan.

Gana melepaskan pelukannya. Dia memegang kedua bahu Devi. “Lo harus tau satu hal, Dev. Gue dulu lebih milih Diva dari pada lo, itu karena terpaksa. Bukan kemauan gue sendiri. Mana mungkin gue mau ngelepas teman kecil gue cuma buat orang lain? Mana mungkin, Dev?” Gana memegang bahu Devi, sedikit mengeratkan pegangannya dari yang sebelumnya. “Malah gue udah janji sama diri gue sendiri. Semenjak pertama kali gue ketemu sama lo, waktu kita kecil. Gue janji cuma gue yang akan jadi teman hidup lo. Cuma gue yang akan jadi cinta lo. Cuma gue yang akan nemenin lo dalam keadaan apapun. Dan gue bakal berusaha buat menjadikan lo, sebagai teman hidup gue.”

Ntah apa yang dipikirkan Devi, sampai-sampai dirinya meneteskan air mata mendengar ucapan Gana tadi.

Kepala Devi tiba-tiba merasa pening. Entah kenapa. Dia memegang kepalanya.

“Dev? Lo kenapa?” tanya Gana khawatir.

Devi hanya menggeleng.

“Dev bangun. Devi bangun!” Gana menepuk pipi Devi, yang kepalanya sudah berada diatas tangannya. Devi pingsan seketika. Dan jatuh ke tangan Gana.

“Dev bangun. Gue gak mau lo kenapa-napa.”

Ya Tuhan, jangan buat aku kembali kehilangan gadis ku.

***

Kritik dan sarannya readers-!

END OF STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang