EOS 12 : SI PENELPON

2K 101 3
                                    

Ngeliat lo di pagi hari, sadar disaat lo adalah manusia pertama yang gue liat ketika bangun, It's my happiness, Dev. Gue berharap moment seperti ini bisa terus gue rasakan.

-Gana Saputra.

12. SI PENELPON

Malam telah berlalu, mentari mengantikan sinar rembulan. Gana yang sudah terbangun dari tidurnya merasakan ada tangan yang berada di atas kepalanya. Ntah tangan siapa.

Gana mengucek matanya, hanya sekedar mengumpulkan nyawanya. Dia melihat ke arah samping, betapa terkejutnya dia ketika melihat Devi sudah berada dihadapannya. Sedikit kaget, banyak bahagianya.

Wajah yang tenang itu, wajah cantik itu, sangat dia rindukan. Seketika Gana mengingat moment indah ketika mereka masih bersama dulu, tapi tidak lama, dia langsung tersadar dari kenangan masa lalunya itu. Gue masih berharap, kalau masa lalu itu masih bisa jadi masa depan.

Padahal Gana yang semalam berniat untuk menunggu Devi pulang, tapi malah dia yang ketiduran duluan.

“Jam berapa lo pulang, Dev?” ucapnya dengan nada rendah hampir tidak terdengar.

Gana bangkit dari posisinya. Dia menarik rambut Devi yang menutupi wajah Devi, menariknya dan menyelipkannya kebelakang telinga Devi.

Good morning,” Gana mengelus rambut Devi. Ada keinginan di diri Gana untuk membangunkan Devi. Tapi, melihat wajah Devi yang begitu lelah, dia jadi mengurungkan niatnya.

“Udah bangun lo?” suara itu memecahkan konsentrasi Gana. Siapa lagi kalau bukan David.

Gana mengangguk. “Mata gue udah melek.

“Bagus bagus. Kalau merem mulu, takutnya kebablasan. Koid lo nanti.”

“Anjir!”

“Bawa Devi ke kamarnya. Kasian dia semaleman ngebelain nemenin lo tidur.”

“Kenapa bisa gitu?”

“Kata dia kasian, soalnya cara lo tidur udah kayak orang pinggiran aja.” David langsung tertawa setelah mengucapkan semua itu. Padahal Devi tidak mengucapkan apa-apa semalam. Dasar!

Gana berdecih, malas sekali meladeni humor receh David pagi-pagi seperti ini.

“Dev, kakak lo kenapa sih? Kok kayaknya semakin dia mau nikah, bukannya makin waras, lah ini nambah stres.” Gana menatap Devi. Tetap saja Devi tidak mendengar. Masih pulas dengan tidurnya.

“Kuping gue masih dua woy! Sehat lagi!” teriak David, yang mendengar suara Gana yang menjelek-jelekkannya dirinya.

Gana menatap David. “Kuping lo sehat? Yakin? Emang tadi gue bilang apaan ke Devi?” Gana mengangkat sebelah alisnya. Suaranya sudah kecil tapi tetap saja David bisa mendengarnya.

“Hm—itu...” David menggaruk tengkuknya. Kebingungan. Dia sebenarnya tahu Gana berbicara apa tadi, cuma ya itu lupa tepatnya dia mendengar samar-samar.

“Itu yang dibilang sehat?” Gana berusaha meremehkan. “Bawa ke DOKTER THT Sono. Biar di periksa. Gini nih, akibat sering ngobatin orang, sampe lupa ngobatin diri sendiri.”

“Enak aja lu!”

Gana tidak memperdulikan David lagi. Dia hanya memfokuskan fokusnya kepada Devi.

Gana dengan penuh perasaan, mengangkat Devi dengan gaya bridal style. Gana sebisa mungkin tidak membangunkan Devi, meskipun kali ini Devi berada di atas tangannya.

END OF STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang