EOS 09 : KENYATAAN PAHIT

2.1K 114 1
                                    

Kenyataan ini mungkin terdengar menyakitkan buat gue. Tapi, gue lebih bahagia disaat lo berani jujur, meskipun itu menyakitkan.

-Nicholas Adventiano

09. KENYATAAN PAHIT

“Lo mau ngomong apa?” tanya Devi disaat dirinya dan Nichol sudah duduk di bangku taman.

Nichol menoleh, menatap Devi sebentar. “Banyak.”

“Kenapa lo pas mau balik ke Indonesia, lo nggak ngasih kabar sama sekali?” Nichol menatap Devi penuh tanya.

“Gue buru-buru. Kak David aja ngasih tau gue ngedadak. Sehari sebelum keberangkatan dia baru ngasih tahu. Pas gue mau ngabarin lo, handphone lo nggak aktif. Gue mau nyari lo aja nggak bisa, soalnya keberangkatan gue udah tinggal satu jam lagi,” jelas Devi.

“Maafin gue, disitu gue lagi males banget buka handphone.” jawab Nichol. Nichol selalu minta maaf kepada dirinya, meskipun itu hanya kesalahn kecil. Tapi, jika ke orang lain, kata maaf dari mulutnya itu akan berubah menjadi mahal. “Untungnya gue tahu alamat rumah lo yang disini, dan untungnya juga gue belum lupa bahasa Indonesia, jadi enak deh bisa tanya-tanya.” lanjutnya.

“Masa lo lupa? Lo juga dulu tinggal disini kali,” benar kata Devi. Nichol memang asli orang Indonesia. Tapi, semenjak dia SMP kakeknya menyekolahkan dirinya di London, sampai saat ini.

Nichol hanya nyengir kuda. “Ya, seenggaknya masih paham.”

“Oh iya. Gue pengin nanya hal yang nggak kalah pentingnya.” Devi menatap Nichol penasaran. “Siapa cowok tadi, yang ngaku-ngaku kalau lo itu pacarnya?” cowok yang dimaksud Nichol adalah Gana. Emang itu kenyataanya.

Devi rasa, kali ini waktu yang tepat untuk dirinya terbuka akan masalah dia dan Gana. Devi menarik nafasnya dalam. “Dia emang pacar gue,”

Nichol sangat terkejut ketika mendengar pernyataan itu. “Lo se-rius? Sejak kapan?”

Devi mengangguk. “SMA,” mungkin kenyataan ini akan terdengar menyakitkan buat lo chol.

“Kenapa lo nggak pernah cerita sama gue?”

“Maafin gue karena selama ini gue udah bohongin lo, dan nutupin semuanya. Tapi seperti yang lo tahu, kalau gue pergi ke London sewaktu itu, cuma buat nyusun rencana gue. Salah satunya adalah buat dia.”

“Pernah putus?”

Devi mengangguk. “Gak lama sebelum gue pergi ke London, itu udah putus. Tapi, nyambung lagi kok,”

Cukup. Sudah cukup pernyataan ini. Nichol tidak akan bertanya lagi. “Dev, terus gimana dengan gue?” Nichol menatap sendu ke arah Devi. “Gue bisa berubah karena lo, Dev. Apa gue harus ngelepas lo semudah ini? Nggak, kan, Dev? Gue nggak akan bisa.”

Devi tahu, apa yang dirasakan Nichol. Dia cukup paham dengan keadaan Nichol. “Lo masih bisa kayak biasanya sama gue,” Devi berusaha meyakinkan Nichol, bahwa meskipun dia sudah mempunyai kekasih, bukan berarti Nichol harus menjauh darinya. Dia tidak suka hal itu.

“Gimana dengan cowok lo?” ada rasa sakit disaat Nichol mengucapkan dua kata terakhir yang berhasil keluar dari mulutnya.

“Biar gue urus.”

***

Kritik dan sarannya readers-!

END OF STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang