EOS 05 : AZKIA BOROS

2.2K 109 0
                                    

"Salah satu prestasi Kia ya pemborosan ini."

-Devi Cahya Kusuma

05. AZKIA BOROS

"Dev, nonton yuk!" ajak Azkia, dan menarik Devi untuk berjalan mengikutinya, ke bioskop.

Devi yang ditarik begitu saja hanya bisa pasrah.

"Lo mau nonton apa? Horor? Apa yang-" celoteh Azkia diberhentikan oleh ucapan Devi.

"Gue gak mau nonton." jawab Devi dengan santainya.

Azkia melotot dibuatnya. Menyebalkan. Jika dia tidak mau nonton, terus untuk apa tadi dia diam saja ketika Azkia mengajak dan menariknya. "Terus tadi apa mak-"

"Baru gue mau jawab, lo udah narik duluan."

"Ish! Ya udah. Belanja aja." pinta Azkia.

"Belanja?"

Azkia mengangguk. "Kita beli pakaian aja. Ayok!" Azkia merengek kepada Devi.

"Ya tuhan Ki, lo buta apa gimana sih?" tanya Devi dengan heran.

Azkia menggeleng. "Ya nggak lah. Mata gue masih terbuka lebar. Alhamdulillah masih bisa liat normal." jawabnya tak terima dengan pertanyaan Devi.

"Lo mau beli pakaian lagi?" Azkia mengangguk. "Pakain lo udah ada dua lemari dikamar lo. Dan itu semua belum kepakai semua. Terus sekarang mau beli lagi gitu?"

Azkia memang memiliki banyak pakaian. Azkia paling senang berbelanja pakaian, dari pada sepatu atau semacamnya. Makeup pun, dia kadang-kadang beli, dia lebih mementingkan pakaian dari apapun. Pakaiannya sampai dua lemari, semua pakaian itu harganya bukan main, tapi hanya beberapa saja yang dipakai, sisanya di simpan saja oleh Azkia.

"Kayak nggak tau gue aja lo," kekehnya.

"Bukan gitu, tapi yang ada aja belum dipakai, ini mau beli lagi? Pemborosan Ki," Devi mencoba membuat sadar Azkia.

"Tapi kan ini pakai duit gue," Azkia mulai mengoleksi pakaian semenjak dirinya bekerja, sewaktu sekolah dia tidak pernah meminta dibelikan pakaian banyak-banyak. Tapi, jika mamahnya menawarkan Azkia ingin apa pasti Azkia selalu menjawab ingin pakaian.

"Justru itu, pakai duit lo. Harusnya lo sayang dong sama duit lo sendiri. Bukan malah ngehambur-hamburin kayak gini,"

"Terserah gue." jawab Azkia ketus. Devi tidak menjawab lagi, dia tahu Azkia tidak jauh beda dengan dirinya. Keras kepala.

"Ayok." Azkia menarik tangan Devi untuk pergi ke lantai atas, membeli pakaian.

"Lo gak beli? Masa dari tadi cuma liatin gue aja milih-milih. Ga ngiler lo?" tanya Azkia, ketika dia melihat Devi sedari tadi hanya mengekorinya dibelakang, dan tidak membeli satu baju pun. Sedangkan dirinya sudah ada 5 baju yang dipegangnya.

"Baju gue masih cukup." Azkia hanya memutarkan bola matanya malas. Dan pergi ke kasir untuk membayar pakaiannya.

"Total semuanya, satu juta lima ratus ribu, mba," ucap penjaga kasir itu.

Dengan sigap Azkia mengeluarkan uang seperti yang disebutkan kasir itu, dan memberikannya. Devi yang melihat itu hanya menggelengkan kepalanya. Sultan.

"Kenapa lo?" tanya Azkia ketika melihat ekspresi Devi yang aneh. Dia sudah selesai membayar pakaiannya, dan pergi dari kasir itu.

Devi menggeleng.

"Abis ini, kita pulang." putus Devi.

Azkia mengernyit. "Kita kan belum makan,"

"Dirumah gue makanan banyak. Dan tinggal disantap." dirumah Devi makanan banyak, karena sedang ada acara dirumahnya. Jadi ART dirumah kakeknya di perintahkan untuk memasak makanan yang banyak dan sehat.

"Nanti kalo kak David udah balik, otomatis lo ketemu sama keluarga lo lah, mau? Kalo sekarang sih iya, rumah masih sepi cuma ada ART, soalnya yang lain kan kerumah mempelai wanita. Nanti gimana tuh kalo udah balik?" khawatir Azkia.

"Bisa diatur."

***

Kritik dan sarannya readers!!!

END OF STORY [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang