come back home

40.4K 5.5K 1.2K
                                    

Renjun tidak tahu sikap apa yang harus ia tunjukan saat mendapati Jaemin yang berdiri kaku di hadapannya. Pria itu menatapnya dengan pandangan sedih. Namun Renjun bahkan tidak bisa bertanya apa kiranya yang membuat Na Jaemin bersedih. Luka di hatinya saat ini sangat parah. Bukan lagi luka baru, namun luka-luka kecil yang sebelumnya hampir sembuh kini meradang kembali dan menyebabkan sakit hati yang lebih besar.

Renjun berusaha tersenyum kecil, namun pandangannya kosong. Dengan langkah pelan ia mendekati Na Jaemin. Langkah Renjun tepat berhenti di depan vampire muda itu. Masih dengan senyum yang sama, senyuman penuh kekecewaan.

"Kenapa disini?"

Pertanyaan itu begitu lembut dan halus. Tidak sedikitpun terselip nada sinis ataupun penuh amarah. Renjun sudah lelah, hatinya sudah menyerah. Marah hanya akan memperburuk keadaannya. Renjun bertekat untuk menerima semua luka yang akan Jaemin torehkan padanya. Ia pun tak berdaya, hak pada dirinya sendiripun ia sudah tak punya.

.
.
.

Jaemin menatap nelangsa pria yang begitu ia cintai itu. Renjun tersenyum, namun senyuman itu menyayat hati Jaemin. Ia ingin sekali merengkuh tubuh rapuhnya, namun ia tak bisa. Tidak dengan semua rasa bersalah yang ia rasakan saat ini. Jaemin kacau balau. Bukan seperti ini yang ia inginkan.

"Kenapa disini?"

Suara Renjun begitu halus, namun keputusasaan terselip disana.

"Renjun-a kumohon, aku- "

"Tidak Jaemin, tolong. Jangan sekarang. Aku- aku butuh waktu"

Tubuh Jaemin terdiam kaku. Dengan pandangan sedihnya, ia tatap Renjun yang saat ini sedang memalingkan muka. Hantaman keras itu datang lagi. Kali ini dua kali lebih kuat dari sebelumnya. Harusnya Jaemin bisa menjelaskan semua situasi ini dengan mudah, namun ia juga tahu bahwa mungkin Renjun tidak akan percaya ucapannya. Saat ini mungkin belum waktunya. Banyak sekali kemungkinan yang ia pikirkan.

Dengan hembusan nafas pasrah akhirnya Jaemin mengajak Renjun pulang kerumah mereka. Perjalanan itu begitu sunyi, tidak ada ocehan-ocehan manis Renjun yang biasanya. Rasa dingin tiba-tiba menjalar kedalam perasaan Na Jaemin. Sial, ia harus segera menjelaskan permasalahan ini. Namun waktu yang ia miliki tidak cukup banyak.

.
.
.

Yang Renjun tahu hatinya sedang tidak baik-baik saja pagi ini. Setelah dua hari yang berat ia lewati dengan sesak teramat di dadanya, kini Renjun harus kembali menelan pil pahit. Renjun tidak bisa menahan air matanya saat pagi itu Jaemin berpamitan padanya. Renjun tidak mau pura-pura bodoh. Meskipun Jaemin tidak menyatakan tujuannya, namun Renjun tahu pasti kemana pria Na itu akan pergi untuk dua hari kedepan.

'Renjun, kau hanya harus percaya padaku'

Kata-kata itulah yang terucap sebelum Jaemin meninggalkannya sendirian di rumah kecil mereka. Kini Renjun hanya mampu terduduk di sofa ruang tengah, tempat dimana ia biasanya bermanja-manja pada Jaeminnya. Ah, Renjun lupa. Sebentar lagi Jaemin bukan lagi miliknya.

Renjun masih termenung di ruang tengah yang sunyi. Di dalam benaknya ia mulai memikirkanbanyak hal. Mulai dari bagaimana ia harus menyambut Jaemin saat ia pulang, ekspresi seperti apa yang harusnya ia tunjukan, dan yang lebih ia khawatirkan adalah bagaimana keadaan hatinya nanti saat ia bertemu Jaemin nantinya.

Renjun masih terlarut dalam lamunannya saat bel rumah berbunyi. Dengan langkah gontai ia berjalan menuju pintu rumah dan membukanya. Haechan berdiri di depannya. Di belakangnya ada Jeno yang menemani. Renjun merasa tubuhnya ditarik pelan dan jatuh pada pelukan Haechan. Ia yang tadinya tidak menangis menjadi kembali merasakan desakan untuk meneteskan air mata. Namun sekuat tenaga ia tahan.

Fonte Di Vita // Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang