"Hyung, bisa menyetir tidak sih? Lamaaa"
Haechan mengeluh karena merasa Jeno menyetir terlalu lamban. Ia sudah tidak sabar untuk menemui Renjun sejak semalam Renjun menelfonnya dan berkata bahwa Jaemin kembali dengan kegagalan. Haechan yang memang dasarnya memiliki keingintahuan tinggi tidak bisa menahan diri lebih lama lagi untuk mengintrogasi sahabatnya itu.
"Sabar sayang, kalau kau terus tidak sabar kita bisa terbang" jawab Jeno dengan nada bercanda.
Haechan mendelik kesal, terbang katanya? Tidak, terima kasih. Hechan masih sayang nyawa. Pasrah menahan rasa penasarannya lebih lama, Haechan menyamankan posisinya dikursi mobil dan melipat tangan di dadanya. Jeno melirik kekasihnya sebentar dan kembali fokus pada jalanan dengan senyum kecil.
Lima belas menit mereka butuhkan untuk bisa sampai di rumah Jaemin. Haechan segera menghambur menerobos gerbang rumah dan menekan bel berkali-kali dengan rusuh. Jeno hanya berdoa semoga yang membuka pintu bukan Jaemin. Malas sekali dia harus melihat wajah kusut dan kesal Jaemin di pagi hari.
Jeno menghembuskan nafas lega karena yang membuka pintu adalah Renjun dengan tampilan bangun tidur yang berantakan, rambutnya acak-acakan dengan mata bengkak dan eumm anggap saja seluruh wajahnya bengkak, bukan hanya matanya. Juga piyama tidur yang kancingnya tidak pada tempatnya.
"Ya! Huang Renjun kau benar-benar sangat bahagia heh?"
Suara berisik dua orang di ruang tengah benar-benar mengganggu Jeno. Sebenarnya hanya Haechan yang berisik karena Renjun tidak terlalu heboh menanggapi setiap pertanyaan Haechan. Pemuda Lee itu menatap ruangan dengan mata sipitnya namun tidak mendapati teman brengseknya a.k.a Na Jaemin di manapun.
"Injun-a, dimana Jaemin?" Jeno bertanya pada Renjun.
Yang ditanya hanya menoleh sekilas dan menunjuk ke salah satu pintu di sana dan kembali mengobrol dengan Haechan. Jeno hanya menggeleng pasrah diabaikan seperti itu. Ia kemudian berjalan ke arah pintu yang ia tahu sebagai kamar Renjun. Jeno membuka pintu itu dan mendapati Jaemin tengah tidur tengkurap tanpa atasan.
Benar, si pemuda Na itu terkapar hanya dengan celana hitamnya tanpa atasan apapun alias topless. Dengan jahil Jeno menjatuhkan tubuhnya disisi ranjang dengan keras membuat tubuh tertidur Jaemin memantul diatas kasur. Si pemuda Na membuka mata menunjukan mata birunya yang indah dan langsung menyorot pada mata Jeno dengan tajam.
"Brengsek"
Umpatan dengan suara berat dan serak itu terdengar membuat Jeno tertawa.
"Wow Jaemin! Kau terlihat kacau bung"
Jeno masih menatap Jaemin yang merubah posisinya menjadi terlentang dan bergerak merenggangkan tubuhnya. Jeno menggeleng pelan melihat penampilan sahabatnya yang terbiasa seperti bangsawan kini terlihat seperti seorang pemabuk yang bau bangun dengan hangovernya. Jeno berani bertaruh jika kemarin malam adalah malam yang cukup panjang untuk Jaemin. Yah, Jeno agak sedikit maklum juga karena Jaemin pasti menahan diri terlalu lama.
"Dimana Renjun?" Jaemin bertanya saat tidak mendapati pria mungilnya di dalam kamar dan malah mendapati tubub bongsor Jeno disampingnya.
"Diluar, bersama Haechan" Jeno menjawab sekenanya.
"Well, Jaemin-a bagaimana kau bisa terlepas dari posisimu?" Tambah Jeno.
Jeno merubah posisinya menjadi duduk dan memandang si muda Na yang saat ini tengah berusaha bangkit dari tidurnya untuk mencari kaosnya yang tergeletak di bawah ranjang.
"Tidak banyak, hanya cukup berkompromi dan semuanya selesei"
Jaemin berdiri setelah selesei mengenkaan kaos pendeknya dan memutar pinggangnya untuk merenggangkan tubuh yang terasa pegal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fonte Di Vita // Jaemren ✔
FanficDijual orangtuanya sebagai sumber makanan makhluk yang disebut vampire, Renjun mendapat keberuntungan dibalik kemalangannya. Menjadi 'makanan' Jaemin adalah keberuntungan bagi Renjun. Jaemin x Renjun B x B Renmin/Jaemren