being an adult

47.3K 6.4K 1.5K
                                    

Musim semi adalah musim yang paling di sukai Renjun. Cuaca sangat cerah, bunga-bunga bermekaran, banyak warnah yang bisa ia pandang dan yang pasti musim semi tahun ini Renjun memasuki usia kedewasaannya. Di usianya yang ke 20, Renjun kini berada di akhir tahun keduanya di universitas. Tentunya Renjun berada di universitas yang sama dengan Jaemin, pemiliknya. Ia bahkan berusaha sangat keras untuk bisa masuk ke departemen yang sama dengan Jaemin. Intinya ia tidak mau jauh-jauh dari Jaemin bahkan saat ia sudah dewasa.

Setahun harus terpisah dengan Jaemin dan hanya bisa bertemu dengan pria Na itu dirumah membuat Renjun sempat uring-uringan setiap hari. Apalagi ketika Haechan terus-terusan mencekokinya dengan cerita dunia perkuliahan dan juga gadis-gadis cantik disana. Renjun bahkan hampir menangis saat Haechan berkata Jaemin bisa saja tertarik dengan salah satu gadis cantik yang ditemuinya di universitas yang sudah pasti lebih anggun dan dewasa dari Renjun.

Berakhir dengan Renjun, yang pada saat itu memang masih gampang terpengaruhi, mewanti-wanti Jaemin setiap pagi untuk tidak tertarik dengan siapapun di kampusnya. Ia bahkan dengan menggebu-gebu berkata bahwa ia akan berubah lebih dewasa dan tidak kekanak-kanakan lagi agar Jaemin tidak mencari makanan lain. Padahal Jaemin bahkan tidak pernah tertarik dengan gadis. Dan lagi, memang apa hubungannya makanan dan keanggunan? Dasar anak-anak.

.
.
.

Renjun di usianya yang ke 20 bukan lagi remaja tanggung dengan badan mungil, wajah kekanakan dan juga tingkah konyolnya. Tinggi badan Renjun masih sama, tapi pria itu terlihat lebih dewasa, anggun, dan cantik. Satu hal yang tidak berubah dan masih sama, senyum manisnya yang terkesan polos dan mampu mempesona pasang mata yang menatapnya.

Renjun bukan lagi anak-anak yang akan membuti Jaemin saat meminta sesuatu. Ia juga tidak lagi mudah menangis hanya karena tidak mau ditinggalkan oleh Jaemin. Renjun bahkan sudah bisa memasak untuk dirinya sendiri. Pemuda Huang itu memang benar-benar tumbuh dewasa. Dan semakin dewasa dirinya, semakin banyak yang terjerat dalam pesonanya. Hal itulah satu-satunya yang Jaemin benci dari kedewasaan Renjun.

Semasa SMA semua orang tahu Renjun milik Jaemin. Tidak ada yang berani mendekati Renjun, baik secara romantis ataupun hanya keakraban sesama teman yang berlebihan, karena takut dengan Jaemin yang akan menatap mereka dalam diam namun dengan aura kejam dan oandangan tajam. Tapi di universitas tidak ada yang benar-benar tahu siapa pemilik pemuda Huang itu. Ada banyak manusia dengan terang-terangan mencoba mendekati Renjun dan jangan lupakan beberapa vampire nekat yang menantang Jaemin. Bukan untuk merebut posisinya sebagai calon pendamping penguasa tapi untuk mengambil Renjun darinya.

Fakta bahwa dunia perkuliahan adalah tempat belajar bagi banyak vampire dari dunia luar yang bisa saja lebih kuat darinya, membuat Jaemin harus bersabar selama 1 tahun lebih untuk menegaskan bahwa ia lah pemilik dari Huang Renjun. Dan tidak ada satupun yang boleh mengusiknya.

.
.
.

Jaemin sedang membaca bukunya di perpustakaan fakultasnya saat tiba-tiba seseorang duduk merapat padanya. Jaemin tidak menoleh sedikitpun meskipun orang tersebut mengusap-usapkan pipinya di lengannya seperti seekor kucing. Tidak perlu menebak, Jaemin sudah tahu itu Renjun. Tidak ada yang benar-benar berani mendekatinya seperti Renjun.

"Jaemin"

Suara Renjun yang lebih rendah dari suaranya 4 tahun lalu adalah favorite Jaemin. Dengan halus ia meletakan bukunya dan menoleh pada makhluk kecil disampingnya. Menatap penuh tanya saat si kecil memamerkan senyum manisnya. Pasti ada sesuatu.

"Jaemin, boleh aku pulang terlambat malam ini?"

Renjun masih saja tidak sopan padanya. Ia masih menolak memanggilnya dengan 'hyung' karena ia pikir itu membuat mereka tidak dekat. Jaemin menggeleng sebagai jawaban. Ia tidak akan mengizinkan prianya ini pulang terlambat tanpa dirinya. Apalagi jika kepulangannya yanv terlambat itu untuk berkumpul dengan orang-orang yang sudah jelas berusaha mendekatinya secara terang-terangan.

Fonte Di Vita // Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang