we meet for the first time

101K 9.8K 3.1K
                                    

Seorang pemuda terlihat duduk di lantai kamar yang sempit. Pemuda tersebut memandang kebawah tempat kakinya memijak. Kamar yang nampak redup karena kurangnya pencahayaan dan juga keadaan yang cukup bisa dikatakan kumuh membuat pemuda tersebut nampak menyedihkan dan suram.

Pemuda itu tertawa kecil ditengah kesunyian ruangan sempit tersebut.

"Kenapa aku harus bersedih? Bukankah itu bagus jika mereka menjualku? Setidaknya aku bisa hidup berkecukupan"

Pemuda dengan tubuh mungil dan kurus itu menggumam pelan. Ia memang tertawa tapi bagian dalam dirinya menangis putus asa. Ia merasa sakit hati sekali ketika keluarganya sendiri menjual dirinya pada bangsa vampire. Setidak-berharga itukah dirinya untuk keluarganya?

Renjun, nama pemuda yang sedang duduk terpuruk di dalam kamar sempit yang gelap dan kotor, dijual oleh keluarganya sendiri sebagai sumber makanan bagi kaum vampire.

Di dunia yang Renjun tinggali saat ini adalah dunia dimana manusia dan beberapa makhluk lain hidup berdampingan. Dulunya dunia ini penuh dengan berbagai makhluk selain manusia. Namun karena keserakahan manusia yang selalu ingin menguasai segalanya musnahlah mereka satu persatu hingga tersisa yang terkuat yaitu bangsa penghisap darah atau yang dikenal dengan bangsa vampire. Selain kuat, bangsa vampire juga cukup cerdas untuk memahami keserakahan manusia. Hingga setidaknya lebih dari satu abad yang lalu manusia dan makhluk penghisap darah tersebut saling melakukan perjanjian dan berusaha hidup berdampingan dan saling menguntungkan.

Kaum vampire yang pada dasarnya adalah kasta tertinggi tetap hidup sebagai kaum bangsawan. Sementara manusia membaur dan mulai membentuk kasta mereka sendiri. Akan tetapi kedua makhluk hidup itu tetap berusaha hidup dengan saling menghormati dan tidak saling mengusik hingga masa ini.

Karena efek dari perjanjian pada masa dahulu kaum vampire dilarang meminum darah dari manusia tanpa izin dan perjanjian resmi dengan sang manusia. Sementara kaum manusia tidak diperbolehkan mempergunakan hal-hal yang menjadi pantangan dan mampu menyakiti kaum vampire. Hal ini tentu membuat hubungan kedua kaum yang berbeda tersebut menjadi lebih damai dan aman.

Akan tetapi sebuah peraturan baru tentunya akan menimbulkan budaya baru di masyarakat. Di masa ini timbulah budaya jual beli manusia yang di legalkan. Kaum vampire rela membayar dengan harga tinggi kepada manusia yang mau dan mampu menjadi inang atau sumber makanan bagi kaum vampire. Dan tentunya mulai muncul orangtua yang memperjual-belikan anak mereka atau orang-orang yang menjual saudara mereka sendiri.

Seperti nasib Renjun yang dijual oleh keluarganya kepada salah satu keluarga vampire yang cukup memiliki nama dan kedudukan. Tentunya keluarga vampire tersebut menawarkan harta dan uang yang sangat melimpah yang membuat keluarganya tidak perlu berfikir dua kali untuk melepaskannya.

Renjun sebenarnya cukup sedih dan terpukul tapi ia juga sedikit bersyukur setidaknya ia bisa hidup nyaman tanpa pukulan ayahnya dan caci maki ibunya yang selalu mengeluhkan bahwasannya ia adalah pembawa sial dan sangat merepotkan.

Renjun tahu jikalau semua inang dari kaum vampire selalu hidup dengan layak. Penuh kemewahan dan serba berkecukupan. Meskipun ia harus merelakan hidupnya dengan menjadi inang untuk makhluk penghisap darah tersebut dan bahkan harus rela tidak menikah, setidaknya hidup dengan uang sudah cukup. Dan kalau-kalau ia beruntung, dirinya bisa menikahi majikannya nanti. Karena Renjun pernah mendengar bahwasannya ada beberapa vampire yang menikahi inangnya. Dan hubungan manusia dengan vampire bukanlah hubungan yang dilarang.

Itu adalah pemikiran renjun untuk menghibur hatinya yang hancur hingga ia kemudian tertidur pada dinginnya lantai tanpa alas dikamar sempitnya. Ia tidak kuat membawa dirinya sendiri naik dan membaringkan diri diranjang lusuhnya.

Fonte Di Vita // Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang