you hurt me

42.3K 5.7K 694
                                    

"Ya Na Jaemin!"

Suara berat Jeno terdengar hampir di seluruh lorong kampus yang kebetulan agak sepi tersebut. Jaemin menolehkan kepalanya pada sang kawan yang sedang berdiri jauh di belakangnya. Dapat Jaemin lihat Lee Jeno sedikit berlari untuk mendekat padanya. Jaemin hanya diam hingga kawannya tersebut berada di jarak yang cukup untuk mereka dapat bertegur sapa. Tentunya dengan Jeno yang menyapa Jaemin lebih dulu.

"Yo, Jaemin. Pagi yang cerah"

Jeno memberikan senyuman lebarnya pada Jaemin. Sementara yang disenyumi hanya terdiam dengan alis terangkat heran. Tentu saja, sekedar informasi diluar sedang hujan ringan, jelas bukan pagi yang cerah. Jeno mengubah senyumnya menjadi senyuman kikuk sebelum kemudian ia mengajak Jaemin kembali berjalan, menuju ke ruang kelas yang akan mereka hadiri.

"Jaemin-a, bagaimana kabar Renjun?"

"Kau bilang dia sempat sakit" imbuh Jeno saat mendapati tatapan tajam dari Jaemin. Jeno tahu Jaemin memang sangat posesif, tapi Jeno tidak tahu jika taraf ke-posesif-an temannya ini begitu tinggi. Oke, Jeno memang pernah berkata ingin merebut Renjun dari Jaemin tapi sekarang ia kan sudah memiliki Haechan. Sikap waspada Jaemin terhadapnya sangat tidak beralasan menurutnya.

"Sudah sembuh"

Jawaban singkat Jaemin membuat Jeno memutar bola mata malas. Semakin dewasa Jaemin, semakin membosankan dimata Jeno. Pria itu hidup cukup lama tapi skill berekspresinya masih minim sekali. Ingin sekali Jeno mengajari temannya itu cara berekspresi yang baik dan benar. Tapi Jeno mendekati Jaemin saat ini bukan untuk mengomentari ekspresi wajah pria itu, melainkan ia harus menuruti kekasihnya untuk membicarakan masalah Renjun. Jadi disinilah ia, berdehem pelan sebelum kemudian berucap dengan agak gugup.

"Syukurlah kalau begitu. Sebelumnya aku minta maaf karena mungkin aku terdengar mencampuri urusanmu. Tapi Jaemin, tidakkah kau ingin melepas posisi mu saat ini?"

Sial, Jeno merasa jantungnya berdegup sangat kencang. Bukan degupan yang menyenangkan, namun degupan karena waspada apabila temannya ini merasa tersinggung dan menyerangnya. Andaikan saja ia sedikit lebih kuat dari Jaemin, dia tidak akan terlihat setegang ini sekarang.

"Apa maksudmu?"

Jaemin menoleh kearahnya, dengan pandangan yang begitu tajam menusuk netranya. Jika saja bukan karena ancaman Haechan, Jeno tidak akan mau membahayakan dirinya dengan mengusik vampire bernama Jaemin ini. Jeno menghembuskan nafasnya dengan berat, ia mencoba membuang pemikiran tentang Jaemin akan menghantamnya karena merasa terusik.

"Jaeminnie, kau tahu Renjun menyukaimu. Tidak maksudku jatuh cinta padamu. Dan aku yakin kaupun juga begitu. Tapi dengan kau terus mempertahankan posisimu sebagai kandidat penguasa, tidakkah kau berfikir Renjun akan terluka?"

Jeno mengamati ekspresi Jaemin. Pria itu nampak terdiam dengan rahang yang mengeras. Nampaknya perkataan Jeno cukup memberinya sedikit mengena di hati Jaemin.

"Maksudku, kau tahu saat kau harus menikahi keturunan penguasa kau tidak bisa berdampingan secara romantis dengan Renjun. Kalian hanya boleh berhubungan sebagai tuan dan inangnya. Dan Renjun tahu hal itu-"

Jeno menambahi dan nampaknya ucapannya membuat Jaemin sedikit tersinggung karena saat ini pria Na itu menghentikan langkahnya. Dengan sekali sentak Jaemin menarik kerah baju Jeno. Tatapan dingin dan tajam Jaemin masih di sana, menghunus tepat pada netra coklat gelap milik Jeno.

"Jeno-ya, kau teman dekatku satu-satunya. Aku menghargaimu, tapi bukan berarti aku akan menoleransi kelancanganmu. Aku harap kau tidak ikut campur pada urusanku lagi"

Setelah berkata begitu, Jaemin menghempaskan kerah baju Jeno dan berjalan meninggalkannya. Jeno membetulkan bajunya yang agak kusut dan menatap Jaemin. Dihembuskannya sekali lagi nafas yang tertahan di dadanya sebelum kemudian berucap dengan nada dingin. Agaknya ia juga mulai kesal dengan sang sahabat yang ia anggap tidak punya pendirian itu.

Fonte Di Vita // Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang