we are getting closer

57.1K 8.1K 1.4K
                                    

Hampir dua minggu Renjun tinggal di rumah keluarga Na. Memberi makan Jaemin, anak tunggal dari keluarga ini, adalah kegiatan rutinnya selama ia tinggal di rumah ini. Renjun merasa bosan setengah mati pada awalnya tapi bersyukurlah dirinya karena hari ini ia mendapat kegiatan baru.

Hari ini adalah tahun ajaran baru dan Renjun akan dikirim ke sekolah untuk menuntut ilmu. Renjun menyambut dengan bahagia hari pertamanya sebagai siswa sekolah menengah atas. Setelah lulus sekolah menengah pertama dan mendapat liburannya, orang tua Renjun sudah menekankan berkali-kali bahwa Renjun tidak akan meneruskan sekolahnya dan harus bekerja. Sedikit banyak Renjun jadi merasa bersyukur dijual oleh orangtuanya. Setidaknya ia tidak harus bekerja ditempat yang Renjun sangat yakin adalah tempat hiburan malam. Orang tuanya bisa menjadi kejam untuk uang. Buktinya ia dijual seperti bahan makanan.

Renjun duduk di kursi belakang mobil mewah keluarga Na untuk berangkat ke sekolahnya. Disampingnya ada Jaemin yang ternyata 1 tingkat diatasnya. Umur pria ini ternyata baru 17 tahun. Renjun kira Jaemin sudah berumur 20 tahunan karena penampilannya yang cenderung dewasa.

Renjun menatap Jaemin sesekali untuk memastikan apa yang ia lakukan. Jaemin terlalu pendiam, tidak asik dan Renjun tidak suka. Selama ini dia hanya berkunjung ke kamar Renjun untuk makan setelah itu kembali lagi ke kamarnya sendiri. Satu-satunya hal yang Jaemin lakukan setelah makan adalah berterimakasih. Renjun jengah sendiri mendengarnya.

"Jaemin"

Renjun membuka suara. Anak dengan tubuh mungil ini memilih tidak menambahi embel-embel "hyung" atau "ssi" karena menurutnya hal tersebut akan semakin membuat mereka canggung. Bersyukurlah Jaemin tidak tersinggung dengan hal tersebut.

"Hm" jaemin bergumam sebagai jawaban.

"Bagaimana sekolah kita?"

Renjun bertanya bukan karena ingin tahu, tapi dia benci suasana sunyi yang canggung. Ingin berteriak keras rasanya.

"Tidak ada yang spesial. Sama dengan sekolah biasanya"

Renjun berterimakasih sekali meskipun Jaemin terlihat dingin tapi anak itu tidak pernah mengabaikannya. Setidaknya jawaban singkat Jaemin lumayan menghibur kebosanannya.

"Apa kau punya banyak teman?"

Renjun antusias menanti jawaban Jaemin. Dia penasaran dengan hal ini. Dan fakta bahwa Jaemin menjawab pertanyaannya yang sebelumnya membuat ia gatal ingin bertanya lagi.

"Tidak juga, hanya ada beberapa orang"

"Ahh sudah kuduga"

Renjun mendesah kecewa. Sudah pasti! mana mungkin orang seperti Jaemin punya banyak teman. Renjun mengangguk-anggukan kepalanya menyetujui pemikirannya sendiri.

Jaemin menatapnya dengan alis terangkat tanda bahwa ia bertanya apa maksud dari perkataan Renjun. Renjun yang menyadari hanya tersenyum lebar kemudian mengalihkan tatapannya dari tatapan Jaemin.

 Renjun yang menyadari hanya tersenyum lebar kemudian mengalihkan tatapannya dari tatapan Jaemin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Renjun tersenyum lega menatap keluar jendela mobil karena Jaemin tidak bertanya lebih lanjut. Yang Renjun tidak tahu adalah Jaemin masih menatapnya dengan pandangan terkesan atau bahkan terpukau akan senyuman lebarnya.

♤♤♤

Jaemin dan Renjun sampai di sekolah. Renjun menganga takjub saat pertama kali menginjakan kakinya di sekolah barunya. Renjun tahu ia pasti dikirim ke sekolah elit tapi ia tidak menyangka akan se-elit dan seberkelas ini.

Jaemin dan Renjun mengikuti upacara pembukaan tahun ajaran baru. Sekolah ini nampaknya campuran dari kaum vampire dan manusia. Ia yakin manusia yang bersekolah disini hanya anak-anak bangsawan, anak pengusaha kaya raya dan inang istimewa dari beberapa vampire yang pastinya juga bersekolah disini.

Setelah mengikuti acara pembukaan Renjun berjalan bersama beberapa siswa mencari mencari kelas mereka setelah sebelumnya mangambil tas yang mereka letakan di loker. Renjun duduk di salah satu kursi yang berada di tengah ruangan. Tak berapa lama ada seseorang menghampirinya.

"Hai, boleh aku duduk disini?"

Renjun menatapnya terkejut beberapa saat sebelum menganggukan kepalanya dan mempersilahkan anak tersebut duduk dikursi di sampingnya.

"Namaku Haechan, namamu?"

Anak tersebut mengulurkan tangan padanya. Renjun menyambut uluran tangannya dan menjabatnya.

"Renjun, Huang Renjun" jawab Renjun pelan.

"Baik Renjunnie. Sekarang kita teman"

Suara ceria dari anak yang baru dikenalnya membuat ia terkejut. Namun setelahnya ia tersenyum manis dan mengangguk semangat. Menyenangkan sekali ia bisa dengan mudah mendapatkan teman.

♤♤♤

Dikelas lain, tepatnya kelas yang berada di lantai 2 yang dikhususkan untuk siswa tahun kedua, Jaemin sedang duduk dengan anggun dan tenang. Didepan pria tampan tersebut terdapat pria tampan lainnya yang duduk menghadap padanya.

"Jadi kau memiliki sumber kehidupan baru? Seperti apa dia?"

Pria di depan Jaemin bertanya dengan antusias. Ia begitu tertarik dengan apapun yang ada di kehidupan temannya yang satu ini.

"Manusia, lemah....."

Jawaban Jaemin membuat alis Jeno, pria yang duduk didepan jaemin, terangkat naik tanda ia bingung.

"... dan manis"

Jeda beberapa saat sebelum terdengar tawa Jeno yang menggelegar serta beberapa bunyi meja yang dipukul.

"Kau serius Jaemin kan?"

Pertanyaan Jeno meluncur disela-sela tawanya. Jaemin menatapnya datar. Dia tidak merasa salah bicara atau apapun. Temannya ini sangat berlebihan.

"Yah, Jaemin-a ini pertama kalinya kau memuji seseorang. Ah sial perutku"

Jaemin tetap menatap datar Jeno yang sibuk mengatur nafas karena terlalu banyak tertawa. Namun beberapa saat ekspresi Jaemin berubah menjadi sebuah senyum kecil yang terlihat menawan. Beberapa orang yang ada dikelas tersebut yang secara tidak sengaja melihat senyum Jaemin memekik pelan. Jujur saja Jaemin memang tampan tapi dengan tersenyum pria tersebut berkali lipat berubah jadi sangat tampan.

"Oii Jaemin berhenti tersenyum. Kau hampir membunuh orang"

Suara Jeno mengintrupsinya. Jaemin mengedarkan pandangannya kesekitar kelas dan mendapati beberapa orang menatapnya kagum. Jaemin merubah kembali ekspresinya menjadi dingin dan mendengarkan ocehan jeno yang meminta mengenalkan sumber kehidupannya padanya, yang tentu saja Jaemin tolak mentah-mentah dalam hati.

TBC♡♡

Oke jadi disini aku gak pake budaya perbedaan umur manusia dan vampire yang biasa ditemukan di cerita legenda ya. Aku bikin sistem umur, kelahiran dan kematian manusia dan vampire sama. Tapi mungkin aku bikin perbedaan dimana vampire gak rentan penyakit kek manusia biar ada perbedaan yang sedikit masuk akal. Ehe. Maafin kalo banyak salah. Ana penulis baru. Please support yaa. Thank you♡

Fonte Di Vita // Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang