Fajar menyingsing di timur. Cahaya pagi yang cerah mengintip dari sela-sela gorden yang tidak tertutup rapat. Renjun sedang tengkurap dengan selimut menutup seluruh tubuhnya. Tubuh itu nampak diam sebelumnya namun 5 detik kemudian tangan dan kakinya bergerak tidak beraturan. Dan jangan lupakan pekikan-pekikan kecil yang anak laki-laki itu buat.
Renjun membalikan badannya dan membuka selimut. Ia diam beberapa saat dan melihat bayangan dirinya mencium pipi Jaemin. Laki-laki 16 tahun tersebut kembali bergerak abstrak dan memaki 'bodoh' berkali-kali.
"Kenapa aku melakukan ituuuu?!!" Perkataan penuh tekanan itu meluncur dari bibir tipisnya.
Ia merutuki dirinya sendiri yang dengan lancang mencium pipi Jaemin. Berkali-kali dipikir pun jelas itu bukan tindakan terpuji. Entah setan apa yang merasuki Renjun tadi malam, yang jelas ia sangat malu.
Mungkin karena Jaemin memperlakukan Renjun dengan lembut dan kadang-kadang agak intim jadi Renjun merasa terlalu nyaman. Tapi bukan berarti ia bisa mencium Jaemin kan?! Jerit Renjun dalam hati.
Renjun tersentak saat ia mendengar pintu kamarnya diketuk. Ia cukup terheran Jaemin mengetuk pintu kamarnya karena biasanya ia akan langsung masuk lewat pintu penghubung. Wajah Renjun berubah memerah karena menyadari bahwa ia harus berhadapan dengan Jaemin.
Renjun menarik selimutnya. Menyelimuti seluruh tubuhnya dan bahkan hampir menutup seluruh wajahnya. Ia berjalan kearah pintu, dan benar saja Jaemin sudah berdiri di depannya dengan penampilan rapi. Pria itu selalu tampan setiap Renjun memperhatikannya.
Nampak ekspresi Jaemin kebingungan dan terheran dengan penampilan pria yang lebih mungil darinya. Renjun sendiri bergerak-gerak salah tingkah karena tatapan Jaemin.
"Ada apa?" Suara Renjun terdengar sedikit bergetar. Anak itu berusaha menahan kegugupan yang ia rasakan.
"Aku akan pergi keluar"
Renjun menatap Jaemin dari atas sampai kebawah dan kembali keatas lagi.
"Kemana?"
Bukannya menjawab Jaemin malah menatap Renjun semakin bingung. Apa aku harus memberitahumu?. Mungkin begitulah kata-kata yang tersirat dari ekspresi Jaemin.
Renjun merengut kecil namun kemudian mengangguk pelan, mengizinkan Jaemin pergi. Jaemin meninggalkan Renjun setelah sebelumnya mengusak pelan kepala Renjun yang terbungkus selimut.
♤
Renjun menatap TV besar didepannya dengan pandangan jengah. Dia tidak pernah sebosan ini sebelumnya. Mungkin karena akhir pekan minggu lalu ia masih bisa membantu nyonya Na merawat kebunnya. Sekarang ia sendirian karena Jaemin pergi keluar. Sebenarnya Renjun agak kesal karena Jaemin meninggalkannya. Tapi setelahnya ia sadar, memangnya siapa dirinya hingga Jaemin harus membawanya kemana-mana.
Renjun semakin merengut menatap acara komedi yang sedang tayang didepannya. Tidak lucu. Batinnya menghardik acara tersebut, melampiaskan kekesalannya.
Renjun mulai berfikir kemana kiranya Jaemin pergi. Apa pria itu sedang berkencan? Atau hanya pergi bermain bersama Jeno hyung?. Banyak pertanyaan muncul dibenak Renjun. Tapi kemudian ia memukul kepalanya sendiri. Merutuki kebodohannya dan keingintahuannya tentang Jaemin. Mau pria itu berkencan kan bukan urusannya.
Renjun tidak tahu kenapa, tapi memikirkan Jaemin sedang berkencan membuat Renjun merasa sedih. Ia berasumsi mungkin karena selama ini Jaemin selalu memanjakannya, jadi memikirkan pria itu memiliki kekasih membuat ia sedikit tidak rela.
Renjun mencoba menyadarkan dirinya sendiri bahwa Jaemin laki-laki dan dia pasti punya pacar. Biarpun Jaemin seorang Gay jelas dia tidak akan tertarik pada Renjun. Begitu pikirnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fonte Di Vita // Jaemren ✔
FanficDijual orangtuanya sebagai sumber makanan makhluk yang disebut vampire, Renjun mendapat keberuntungan dibalik kemalangannya. Menjadi 'makanan' Jaemin adalah keberuntungan bagi Renjun. Jaemin x Renjun B x B Renmin/Jaemren