Shin-seonsaeng sudah meninggalkan kelas beberapa menit yang lalu, namun aku masih betah berada di kelas menekuni buku tebal mengenai hukum perdata. Buku wajib bagi mahasiswi jurusan hukum sepertiku.
Aku masih serius membaca ketika tiba-tiba di hadapanku terhidang sekotak susu pisang. Tanpa mendongak aku sudah tahu siapa yang meletakannya di hadapanku.
"Jin Ae-ya, nanti sore aku ada pertandingan basket" katanya.
"Keuraeseo?" Tanyaku masih tanpa melihatnya.
"Ck" dia meletakan dua tangannya di pipiku, memaksaku menatapnya.
"Sebaiknya kau datang. Ani.. kamu harus datang" katanya sambil tersenyum.
"Siro" balasku sambil tersenyum. Sengaja ingin mengejeknya.
"Benarkah? Jika kau tidak datang, lihat saja.. aku akan mengobrak-abrik apartemen mu" dia tersenyum evil lalu beranjak meninggalkan kelasku.
"Hyaa Choi Hyun Ki" teriaku frustasi membayangkan apa yang akan dia lakukan di apartemen ku. Dia memang tau kode rumahku. Meskipun aku menggantinya, dia akan selalu tau. Kami terlalu mengenal satu sama lain hingga hafal dan bisa menebak apapun satu sama lain.
Kami memang sudah berteman selama 21 tahun. Kami berteman begitu kami lahir, karena kami tetangga dan orang tua kami sangat dekat. Jangan berpikir yang tidak-tidak, kami hanya berteman. Benar-benar teman. Tidak ada rasa berdebar ketika kami melakukan skin ship. Aku yakin dia juga tidak merasakan apapun padaku. Lagipula dia adalah playboy sejak kecil dan aku tidak mungkin terjebak dalam pesonanya lagi. Meskipun harus aku akui, Hyun Ki adalah laki-laki yang sempurna.
Dia tinggi, tampan, bertubuh atletis, pintar, atlit untuk segala jenis olahraga, dan dia juga berasal dari keluarga kaya dan terpandang. Wajar jika banyak wanita yang bersedia antri untuk menjadi kekasihnya meskipun image nya sebagai playboy sudah terkenal.
Dulu aku juga pernah merasakan sesuatu padanya. Duluu sekali, ketika kami kecil. Mungkin karena kami selalu bersama dan dia selalu ada untukku. Tapi sekarang perasaan itu sudah tidak ada lagi.
__________________________________________Dan disinilah aku sekarang. Duduk di tribun lapangan basket outdoor Seoul National University kami yang besar. Tim basket kampus kami memang terkenal. Dan Hyun Ki merupakan salah satu Ace nya. Sejujurnya aku tidak menyukai basket, tapi aku sudah terbiasa menemani Hyun Ki bermain basket sejak dulu. Apalagi jika ada pertandingan, aku wajib datang. Hyun Ki bilang aku adalah Dewi keberuntungannya. Dia akan menang jika ada aku. Pernah satu kali aku tidak datang ke pertandingannya karena menemani Eomma dan dia kalah.
Sejak saat itu aku selalu datang. Bukan karena aku ingin dia menang, tetapi aku tidak tahan dengan reaksinya jika dia kalah atau tidak mendapatkan apa yang dia inginkan. Dia akan merajuk, bertingkah seperti anak kecil, mogok makan dan mengganggu ku berhari-hari.
"Eonnie tidak perlu datang. Aku akan bersorak untuknya dan itu sudah cukup untuk Hyun Ki Oppa" aku melirik, benar dugaan ku. Dia adalah Ah Young, salah satu pacar terbaru Hyun Ki. Tentu saja selain Ah Young masih ada 2 gadis lain. Hyun Ki selalu berkencan dengan 2 atau 3 gadis sekaligus.
"Aku juga tidak suka panas-panasan di lapangan begini" jawabku acuh.
"Kalau begitu pergilah Eonnie, Hyun Ki Oppa tidak membutuhkan kehadiranmu" katanya angkuh.
"Bukan Jin Ae yang harus pergi tapi kau. Aku tidak membutuhkanmu Ah Young-ssi" tanpa kami sadari Hyun Ki ternyata berada di belakang kami.
"Oppa..." Ah Young hampir menangis.
"Gara.. pergilah, jangan menghubungi aku lagi. Kita sudah berakhir" Ah Young langsung berlari meninggalkan lapangan.
"Pabo" kataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Sky
General Fiction~Be my darling, my darling And I want you to always be by my side.. glistening diamond sky~ Cerita ini menggunakan Korea Selatan sebagai latarnya karena author terinspirasi dari bermacam Drama Korea