"Dari mana saja?"
"Astaga Hyun, kau mengagetkanku. Bisakah setidaknya kau menyalakan lampu? Supaya aku tau kau ada disini" bagaimana aku tidak terkejut, baru memasuki apartemen ku, aku sudah di sambut dengan suara Hyun Ki yang serak, khas orang yang baru bangun tidur. Sepertinya dia tidur di sofa, lampu ruang tamu dibiarkannya padam.
"Ini sudah jam 10 malam, dari mana saja kau Jin Ae-ya? Kau gadis yang masih di bawah umur, bisa saja di kegelapan malam orang mengira kau adalah wanita cantik dan menculikmu"
"Diamlah Hyun, aku sudah 21 tahun, aku bukan gadis di bawah umur dan memang benar aku cantik. Sudahlah yang penting aku pasti bisa menjaga diri. Jadi tenanglah." Jawabku enteng.
"Kenapa kau ada disini? Ini Sabtu malam, seharusnya kau berkencan kan?" Tanyaku padanya.
"Benar, hanya saja di tengah kencan Eomma menelponku, dan aku bilang aku sedang di rumahmu. Jadi setelah berkencan aku mampir kesini, kamu tau kan aku tidak suka membohongi Eomma, sekarang aku di rumahmu, jadi aku tidak bohong" jawabnya acuh.
"Aigoo.. Aigoo.. logika mu sangat tidak masuk akal. Baiklah, sekarang tidak ada alasan kau disini lagi. Pulanglah, ini sudah larut." Kataku sambil menghempaskan diri di sofa empuk miliku.
"Sebentar, aku lapar. Aku akan makan ramen sebelum pergi. Apa kam juga mau?" Tanyanya sambil beranjak menuju dapur. Aku menggeleng. Sejenak aku perhatikan dia sudah sibuk memasak ramennya.
"Hyun Ki-ya.. apa kamu mengenal Yong Ju dengan baik?" Tanyaku sambil duduk di pantry, Hyun Ki masih sibuk dengan ramennya.
"Tidak, dia baru masuk club, jadi aku baru mengenalnya beberapa bulan. Lagipula dia mahasiswa S1 kan, aku tidak terlalu akrab dengannya. Kenapa kamu bertanya tentang dia?" Hyun Ki mematikan kompor dan meletakan panci di meja pantry. Bau ramen memenuhi dapurku.
"Kami memutuskan untuk berkencan" jawabku.
"Mwo????" Mata Hyun Ki seolah akan terlepas. Dia melotot.
"Aku bersamanya seharian ini, sebenarnya beberapa hari yang lalu kami makan siang bersama di kampus. Lalu dia mengajakku ke bioskop hari ini, dan kami memutuskan untuk mulai berkencan" jelasku. Hyun Ki meletakan sumpitnya.
"Apa ini tidak terlalu cepat? Bukankah masih seminggu sejak aku memperkenalkan dia padamu?" Hyun Ki menatapku dengan serius.
"Memang benar, tapi kami bisa saling mengenal perlahan. Lagipula itu bukan kata yang pantas keluar dari bibirmu. Bukankah kau juga bisa memutuskan berkencan dengan seorang wanita pada pertemuan pertama kalian?" Aku balas menatap Hyun Ki.
"Kita berbeda, aku berkencan untuk bermain, sedangkan kau? Kau terlalu serius dalam berkencan. Apa kau sudah lupa dengan cinta pertama mu semasa SMA? Kamu terlalu serius padanya hingga menangis berhari-hari saat hubungan kalian kandas karena dia pergi ke Inggris. Mengertilah, aku hanya tidak mau kau terluka" Jawabnya panjang lebar.
"Aku tahu, kau bisa mengawasinya untuk ku." Kataku sambil mengerling.
"Ck.. aku bukan polisi. Dan aku terlalu sibuk untuk mengawasinya." Meskipun jawaban Hyun Ki seperti itu, tapi aku tau, tanpa aku minta pun Hyun Ki akan melakukannya. Jika aku adalah Dewi keberuntungannya, maka Hyun Ki adalah Dewa pelindung bagiku.
Sejak dulu tidak seorang pun yang berani menganggu ku karena Hyun Ki. Dia tidak membiarkan sembarangan Namja mendekatiku, bahkan dia tak segan melabrak Yeoja yang berani bicara buruk tentang ku. Karena itu juga, siapun Yeoja yang menjadi pacar Hyun Ki selalu berusaha dekat denganku. Hyun Ki akan segera memutuskan pacarnya jika mereka berani cemburu atau berbicara jelek tentang ku.
"Kenapa kau melihatku begitu? Mandilah kemudian tidur." Hyun Ki membuyarkan lamunanku. Aku mengangguk.
"Makanlah ramenmu lalu segeralah pulang, tak baik Namja berada di rumah Yeoja hingga selarut ini" kataku sambil berlalu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Diamond Sky
General Fiction~Be my darling, my darling And I want you to always be by my side.. glistening diamond sky~ Cerita ini menggunakan Korea Selatan sebagai latarnya karena author terinspirasi dari bermacam Drama Korea