Keesokkan harinya, Raka dan aku berangkat sekolah bersama. Raka bersikap manis kembali tidak seperti kemarin. Mungkin karena aku sudah berjanji akan tidak terlalu dekat dengan Revan, maka dia merubah sikapnya terhadapku. Aku mencoba tetap berpikir positif terhadapnya.
Jarak yang ditempuh dari rumahku menuju ke sekolah tidak terlalu jauh, hanya memakan waktu 15 menit saja. Raka selalu mendampingi langkahku saat menuju kelas. Saat berjalan di koridor, aku melihat Revan sedang berjalan ingin melewati koridor yang sama dari arah yang berbeda. Sepertinya, dia akan menegurku dengan Raka saat ini. Jantungku berdegub kencang karena takut Raka berpikir macam-macam atas diriku.
Revan melewatiku yang sedang berjalan bersama Raka. Dia menyapaku dengan Raka, aku tidak membalas sapaanya dengan menyapanya kembali. Aku hanya tersenyum ragu kepadanya dan langsung mengalihkan padanganku. Revan terlihat bingung atas sikapku kali ini. Raka langsung merangkulku sepanjang perjalanan sampai kelas.
Raka membuka pembicaraan denganku di dalam kelas. Dia mencoba melerai suasana yang kaku ini.
"Bii, nanti pulang sekolah aku ada pemotretan. Kamu mau ikut, nggak?" Tanyanya lembut.
"Wah, iya? Mau, mau," dengan semangat aku mengatakannya.
"Ya udah, nanti aku antar kamu pulang dulu buat ganti baju ya, Bii, abis itu kita langsung berangkat," ujarnya sambil memainkan rambutku.
"Iya, Raka. Kalau boleh tahu, fotonya di daerah, mana?" Tanyaku.
"Di daerah Jakarta Selatan, Bii, nggak jauh kok," dia melontarkan senyuman kepadaku.
Guru pun masuk ke dalam kelas. Akhirnya, kita semua bersiap untuk melaksanakan KBM.
****
Sepulang sekolah, aku menemani Raka untuk kegiatan pemotretannya. Sekitar pukul 19:00 WIB, seluruh kegiatan Raka telah selesai. Raka mengajakku mampir ke sebuah restoran untuk makan terlebih dahulu sebelum pulang ke rumah. Saat di perjalanan menuju restoran, pada saat di dalam mobil tiba-tiba Revan meneleponku. Sontak aku langsung terdiam, Raka melihat ke arah handphone-ku.
"Ngapain sih, dia pakai segala telepon, ganggu orang aja!" Ujarnya penuh amarah.
Raka mengambil handphone-ku dan langsung mengangkat telepon dari Revan dengan di-speaker.
Isi percakapan:
Raka
Halo, kenapa, Van? Ini gue, Raka.
Revan
Ohh, nggak apa-apa. Ini si Juno, minta tolong teleponin Sabrina, dia nanyain Sabrina. Soalnya kuota dia abis, ini juga gue lagi sama Juno, Ka.
Raka
Ohh, gitu, Sabrina lagi sama gue. Jadi tenang aja ya, bakal aman kok. Bilangin ke Juno, kalau Sabrina pulang agak malem. Terima kasih, Van.
Revan
Okay, nanti gue sampein ke Juno.
Raka
Ya udah, Van.Raka langsung mematikan telepon tersebut dan memberikan handphone-ku dengan senyum ragu.
"Ka, kamu jangan marah ya, aku takut, Ka," ujarku cemas.
Raka menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Nampaknya, dia ingin berbicara serius kepadaku. Tanganku mulai bergetar karena rasa takutku yang tinggi.
Raka membuka pembicaraan di dalam mobil denganku saat sudah menepi, "Bii, kamu kenapa sih, Bii? Semenjak aku minta kamu jauhin Revan, kamu langsung berubah," jelasnya menatap tajam.
"Aku nggak apa-apa kok, Ka, aku hanya takut sama pertengkaran lagi," aku menunduk sambil meneteskan air mata.
"Kamu ada rasa sama Revan, Bii?" Tanyanya mengangkat daguku agar aku menatapnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/197388518-288-k403954.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
SABRINA: LOVE IS A CURSE [TERBIT] | CIRCLE OF DARKNESS [AKAN TERBIT]
TerrorSipnosis: CERITA 1 Judul: Sabrina (Love is a curse) SUDAH TERBIT DI PENERBIT MENGUBAH SEMESTA @mengubahsemesta Genre: Horror, Romance, Fantasy, Mystery Semua orang pasti ingin mempunyai teman di masa hidupnya, termasuk Sabrina. Misel adalah teman pa...