Chapter 16

1.3K 52 20
                                    

Yang lagi mendung; langit
tapi kenapa matamu yang hujan.

————————————————————————

Keesokan harinya.

Cahaya matahari pagi mulai menampakkan sinarnya, menerobos sisi-sisi jendela yang terbuka dari kamar apartemen itu. Salah seorang laki-laki dengan tubuh yang terbaring di sofa yang terletak disamping jendela mulai memicingkan matanya akibat sinar matahari pagi yang diterimanya, merentangkan tangannya guna menegangkan semua otot-ototnya, lalu ia memegang perutnya.

"Anjir lah, pagi-pagi udah panggilan alam aja!" Keluhnya dan segera berlari ke wc.

Sementara laki-laki yang satunya mulai sedikit gelisah, terganggu dengan sinar matahari pagi yang cerah.

BUG!

Seseorang menimpuknya dengan bantal. "Bangun woi! Molor mulu" Omelnya layaknya ibu kost. Yang ditimpuk hanya bergumam.

"Darka banguunn, udaah pagii. Kita sarapan dulu baru ke rumah sakit, gue masak nasi goreng yah."

"Hmm.." Gumam Darka

"Raizel mana?" Tanya Sasa

"Hmm.." Gumamnya lagi

"Apasih lo, bangun kek kebo."

"Sekali lagi lo gangguin gue, gue Tarik lu jadiin guling gue."

"SINTING! BANGUN CEPET!"

"Iya iya ini bangun" Sahut Darka sambil berusaha membuka matanya.

Melihat Darka sudah mulai mengumpulkan nyawanya, Sasa ke dapur untuk memasakkan kedua sahabatnya yang menyusahkan.

"Aduh legaa" Sahut Raizel keluar dari wc sambil memegang perutnya.

"Jelek banget sih kebiasaan lo, ngebuang hajat tiap pagi" Sahut Darka menanggapi Raizel

"Artinya pencernaan gue lancer bro"

"Eh Sa, lo masak apa? Mau ngeracunin kita ya?"

"Diem, duduk dulu yang rapi gue siapin."

Layaknya anak kecil yang diperintahkan ibunya, mereka berdua langsung duduk di meja makan.

"Darka, lo cuci muka dulu jelek ada beleknya tuh"

"Gue mah ganteng tiap saat." Lalu ia segera beranjak ke wc.

Sementara itu, sasa segera menyajikan dua piring nasi goreng di atas meja makan.

"Kok dua doang? Lo gak ngitung gue? Atau lo gak ngitung Darka?" Tanya Raizel heran.

"Gue gak mau makan, males. Minum susu aja yah" Jawab Sasa

"Enak aja, Kaa liat tuh Ai gak mau makan" Teriak Raizel

"Apasih lu lapor-lapor aja"

Darka datang, "Lo ngomong apa Rai"

"Liat tuh, Ai cuma nyiapin dua piring buat kita doang. Dia gak mau makan"

"Yaudah paksa aja, ambilin dulu piring satu"

"Ngapa batu banget sih, dikatain gue gak mau makan. Gak laper! Males!"

Raizel datang membawa piring, "Kita disini tuh bertiga, yah makannya juga harus bertiga." Ucap Darka sambil membagi nasi gorengnya dan Rai untuk Sasa.

"Gue males banget, plis" Kata Sasa sambil memelas.

"Gue suapin, oke. Gak ada penolakan" Tegas Raizel.

Dalam sebuah persahabatan, gengsi itu gak perlu yang perlu adalah sikap saling peduli. Seperti persahabatan mereka bertiga, saling peduli dan saling menyayangi.

Setelah mereka sarapan, mereka kemudian mandi secara bergiliran lalu bersiap-siap ke Rumah Sakit menjenguk mama Melinda.

Sesampainya mereka di rumah sakit, awalnya Sasa masih tersenyum sepanjang jalan mereka ke Rumah Sakit, kemudian ia kembali murung.

Mereka melihat mama Melinda dari luar ruang ICU

"Itu mama, mama mengidap penyakit kanker payudara."

Tak ada sepatah kata yang keluar dari mulut Raizel dan Darka, mereka hanya mendekat ke Sasa, menguatkan sahabat mereka.

Kemudian tak sadar air mata Sasa keluar, Raizel menoleh dan segera merangkul Sasa "Gue yakin mama Melinda wanita yang kuat , jadi lo juga harus kuat."

Sasa kemudian memeluk Darka. Darka membalasnya "Udah dong nangisnya, bau"

"Kok bau?"

"Bau aja gitu kalau lo nangis, aneh."
———————————————————————-
Jangan lupa comment dan vote yah❤️
Maaf kalau ceritanya gak asik
Love you readers.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Complicated.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang