Hai, hehehehe.
Sejak kejadian semalam mulai hari ini Arga dan Diva berangkat bersama. Dira pun ikut berangkat bersama dengan kedua kakaknya itu. Selama di dekat Diva senyum Dira tak pernah luntur. Karena menurut Dira, Diva memang selalu bisa membuat dirinya tersenyum dengan apa pun yang dilakuinnya buat Dira.
Seperti pagi ini, Diva membuatkan bekal untuk Dira dengan alasan agar adik iparnya itu tidak selalu memakan makanan instan dan membeli jajanan di kantin. Memang kelihatannya bersih, tapi tidak tahu juga mereka memasaknya bagaimana. Diva adalah bunda kedua menurut Dira.
Lima belas menit mereka sampai di sekolah. Arga memarkirkan pajero milik almarhum mertuanya di parkiran sekolah. Banyak pasang mata menatap aneh ke mereka saat turun dari mobil. Apalagi ke Arga yang tersenyum dan sesekali tertawa berjalan sama Diva dan Dira.
Biasanya Arga selalu jalan dengan menatap lurus dan tanpa ekspresi kala melewati koridor sekolah. Tapi tidak untuk hari ini. Arga kali ini bukan Arga yang kemarin. Dira pun begitu. Dia tertawa lepas sambil menggenggam satu tangan Arga dan Diva. Ya, dia memang berada di tengah-tengah mereka.
Dira menyalam keduanya sebelum masuk ke kelas, lalu Arga dan Diva melanjutkan perjalanan menuju kelas mereka. Sampai di kelas Arga memberikan tasnya pada Diva karena dia ingin ke kantin menemui para sahabatnya.
"Div! Div! Lo nggak apa-apa?"
"Iya ih! Gitu banget Aurel! Lo nggak apa-apa, 'kan?"
"Tapi bener ya lo sama Arga itu per—nggak jadi deh." Ucapannya terhenti kala Monica mengisyaratkan dengan meletakkan telunjuk di depan bibirnya.
Diva pun duduk dan Monica menggenggam tangan Diva lalu tersenyum ke sahabatnya itu. "Aku akan selalu ada buat kamu, Va."
"Iya makasih ya, Nic," balas Diva.
"Sstt ... sstt Aurel tu," ucap Mira yang duduk di depan Diva dan Monica.
Aurel mendekati Diva dan Diva pun menunduk. Memang dia sudah memaafkan Aurel, namun kejadian semalam tak bisa dilupakannya begitu saja dan takut kalau berada di dekat Aurel.
"Va?" panggil Aurel lembut.
"I—iya?" Seisi kelas itu semuanya pada melihat ke arah Aurel dan Diva saat ini.
"Gue tunggu lo nanti di taman belakang, ada yang mau gue omongin," ucapnya.
"Ta—tapi—"
"Heh! Mau apa lagi lo!" sentak Arga yang baru masuk kelas melihat Aurel dekat Diva. Otomatis dia langsung berlari dan mendorong Aurel.
Mata Arga diselimuti amarah saat menatap Aurel. Aurel yang ditatap malah menunduk takut pada Arga.
"Gu—gue cuma mau ngomong sama Diva nanti, Ga," jawab Aurel.
"Penting!"
"Iya, penting. Kalau lo takut gue apa-apain Di—"
"Jelas gue takut, dan gue nggak akan biarin lo nyentuh seujung pakaian pun milik Diva! Gue nanti ikut!" jawab Arga tepat ditelinga Aurel penuh penekanan.
"I—iya, lo ikut. Oke kalo gitu, gue cabut dulu, bye, Va." Lalu Aurel meninggalkan kelas itu.
Diva menatap Arga takut karena melihat suaminya itu marah-marah seperti tadi. Arga yang mengerti dengan tatapan Diva memberikan usapan lembut di kepalanya sambil tersenyum. Guru pun masuk, mereka kemudian memulai ujian dengan tenang.
Lagi, semuanya menjadi heran atas sikap Arga ke Diva. Banyak yang menduga kalau mereka bersaudara, terlebih Diva akrab sekali dengan adiknya Arga. Tetapi ada yang beranggapan kalau mereka punya hubungan khusus. Diva dan Arga memang sepakat tetap merahasiakannya dari teman-teman sekolah. Cukup guru dan sahabat mereka saja yang mengetahuinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal (ON GOING)
Romance"Aku mencintaimu karena Allah, terima kasih karena selalu ada untukku." -Diva Tiara Terentia- "Aku bagagia bersamamu. Berjanjilah untuk selalu bersamaku, di sini, di sampingku, bidadariku." -Arga Dhama Pradipta- Arga dan Diva, mereka harus menikah m...