Diva mendengarkan Arga yang menjelaskan perihal Aurel kepada Diva. Ia bersyukur, ternyata Monica tidak menceritakan hal aneh kepada istrinya itu.
"Gue memang benar-benar tidak memiliki hubungan apa-apa dengan Aurel. Dia aja yang selalu ngejar-ngejar," ucap Arga terlihat santai.
Memang sejak kelas sepuluh Aurel menyukai Arga walaupun Arga tidak pernah menanggapinya. Arga memang terkenal cuek dengan orang terlebih itu perempuan. Bukan hanya cuek. Bahkan Arga termasuk orang yang pelit suara. Menurutnya kalau bisa dijawab singkat tapi jelas kenapa mesti ngomong panjang lebar.
"Terus kenapa tadi kamu mau aja diajak dengan dia?" Arga terdiam dan membuang pandangannya yang semula bertatapan dengan Diva. "Arga, kalau memang dia pacar kamu, it's okay. Aku sadar kok, kita juga menikah bukan karena saling cinta. Bahkan kita juga tidak saling kenal sebelumnya. Aku sadar kita hanya terjebak dengan perjodohan dan permintaan terakhir ayah aku," ucap Diva sedih.
Arga menatap Diva. Entah kenapa hatinya merasa sakit kala Diva berbicara seperti barusan. Memang dia belum sangat siap untuk menikah. Tetapi bukan berarti dia tidak ikhlas dengan ini semua. Dia sangat ikhlas, bahkan dia sudah berjanji dalam hatinya akan belajar menjadi suami yang baik untuk Diva. Bukan hanya itu, dia percaya soal cinta dan sayang pasti akan tumbuh dengan sendirinya.
Bukan apa-apa, Arga juga belum pernah mengalami jatuh cinta yang sebenarnya. Dia hanya pernah mengagumi teman SMP-nya dulu. Dia merasa gadis itu sangat cantik, pintar, lembut, dan hanya gadis itu yang mengerti dengan sikap dinginnya selain Bara, Vino, dan Bagas. Tetapi itu dulu, sebelum gadis itu pamit pergi melanjutkan sekolahnya di Kairo. Ingat, Arga hanya sebatas kagum, bukan cinta dan sayang seperti kebanyakan orang-orang rasakan.
"Dia bukan pacar Aku. Aku hanya nggak mau dia ribut di kelas. Malu," jawab Arga. "kita memang nggak saling kenal, tapi bisa kan mulai dari hari ini kita kenalan?" ucap Arga sambil mengulurkan tangannya.
Diva mengernyitkan dahinya bingung. Terlebih kosa kata Arga juga berubah. Jangan lupakan, untuk kali pertama Arga tersenyum manis untuknya.
"Aku Arga, Arga Dhama Pradipta.""Diva Tiara Terentia," ucap Diva sambil membalas uluran tangan Arga.
Mereka saling menjabat tangan dan tersenyum.Apa-apaan ini?
"Kita harus mulai semuanya benar-benar dari awal. Dari saling mengenal, dekat, sampai kita bisa menimbulkan rasa sayang dan cinta itu diantara kita, Va," ucap Arga datar, dingin, namun bisa membuat hangat pipi Diva.
"Kamu mau, 'kan?" tanya Arga.
"Iya, aku mau," ucap Diva sambil tersenyum.
"Maaf sebelumnya untuk sikap aku ke kamu dan ya cara bicara aku. Tapi mulai sekarang aku janji akan ubah itu semua." Diva diam tak menanggapi ucapan Arga.
"Aku memang begini, tapi tidak kepada orang-orang terdekat aku. Berhubung kamu istriku, aku akan membiasakan diriku ke kamu," ucapnya lagi.
Diva baru paham. Mungkin yang dimaksud Arga yaitu sifat dia yang dingin dan irit bicara. Memang sejak tinggal di rumah keluarga Arga, tepatnya sebelum pernikahan mereka kemarin, Diva tidak pernah berbicara dengan Arga.
Diva yang sangat menjaga dirinya dengan laki-laki dan Arga dengan sifatnya yang sangat cuek dengan perempuan mengakibatkan mereka seperti itu. Mereka baru berbicara tadi pagi dan saat sekarang ini. Diva telah mengetahui itu karena bunda dan adiknya Arga yang bercerita agar dirinya tidak tersinggung.
"Kalau begitu kamu mandi dan siap-siap. Kita akan pergi sebentar lagi," ucap Arga membuyarkan lamunan Diva.
"Ke—kemana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal (ON GOING)
Любовные романы"Aku mencintaimu karena Allah, terima kasih karena selalu ada untukku." -Diva Tiara Terentia- "Aku bagagia bersamamu. Berjanjilah untuk selalu bersamaku, di sini, di sampingku, bidadariku." -Arga Dhama Pradipta- Arga dan Diva, mereka harus menikah m...