Empat

1K 91 9
                                    

"Bunda!" ucap Arga memeluk leher bunda dan mengecup pipi sang bunda.

"Arga! Udah nikah masih aja manja," ucap Bunda. Arga pun langsung menggaruk tengkuknya yang tidak gatal karena malu.

Arga memang irit bicara dan terkesan dingin ke semua orang. Tetapi tidak ke orang yang melahirkannya, siapa lagi kalau tidak sang bunda. Arga termasuk orang yang sangat manja dengan bunda, berbeda dari adiknya. Adiknya walaupun perempuan tapi tidak semanja Arga kalau di rumah.

"Arga, duduk sini," pinta bunda pada Arga.

"Bentar bun, Arga letakin belanjaan ini dulu," ucap Arga.

Diva pun mengambil alih belanjaan mereka tadi. "Sini, Ga, aku aja."

"Udah, biar aku aja. Entar kamu yang susun," ucap Arga dan langsung berjalan ke arah dapur. Diva hanya menurut saja dengan suaminya itu.

Setelah Arga meletakkan belanjaan dia pun ke ruang tengah dan duduk di samping Diva.

"Ada apa, Bun? Bau-baunya serius ini," ucap Arga.

"Bunda mau nanya, kalian itu tidurnya misah ya?"

Arga dan Diva pun saling pandang. Haruskah mereka jujur? Kalau jujur akankah bunda marah? Kalau tidak jujur, bisa-bisa kualat dong karena bohong.

"Arga? Diva?"

"I—iya, Bun?" jawab mereka bersamaan.

"Kalian tidurnya misah?"

Arga dan Diva pun mengangguk lemah. Tak berani menatap bunda. Mereka hanya tertunduk lemas.

"Astaghfirullah, kenapa? Kalian sadar udah suami istri?"

Keduanya mengangguk lagi.

"Diva? Kamu takut tidur sama Arga?"

"Ha? Eng—enggak, Bun," jawab Diva pelan dan tergugup.

"Arga? Harusnya kamu ajak istri kamu untuk tidur bersama. Bukan misah seperti ini. Bunda tau  kalian ingin menjaga agar tidak melakukan 'itu' sampai kalian sama-sama siap. Tetapi bukan berarti dengan pisah tidur begini!" ucap bunda pelan tapi tetap tegas. Bunda sampai memijit pelipisnya karena terasa pusing.

Arga dan Diva terdiam dan semakin menunduk.

"Arga, lihat bunda, Nak." Arga pun mendongakkan kepalanya dan menatap bunda.

"Arga, kamu sekarang tu udah jadi suami. Tanggung jawab atas Diva, segalanya ada di kamu. Kamu kepala rumah tangga, belajar dari sekarang. Bunda tau kamu belum siap, tapi bunda yakin kalau kamu pasti bisa," ucap bunda sambil memegang tangan anak laki-lakinya ini.

"Maafin Arga, Bunda," balas Arga dan kembali menunduk.

"Diva, bunda tau pemikiran kamu lebih dewasa dari Arga. Kamu pasti bisa jadi istri yang baik buat Arga. Udah kewajiban kamu melayani Arga yang sekarang udah sah jadi suami kamu, Nak. Kalau kamu belum bisa ngasih hak dia sepenuhnya bunda mengerti. Kalian juga masih sekolah. Tapi setidaknya kalian bukan misah seperti ini. Mana ada suami istri tidurnya pisah."

Diva memeluk bunda dan bunda juga membalas pelukannya. Dalam pelukan bunda Diva meminta maaf dan akan memperbaiki yang salah.

"Udah, mumpung belum malam kali kalian beresin barang-barang untuk pindah kamar," suruh bunda.

"Iya, Bunda," jawab mereka.

Mereka pun berjalan ke dalam kamar masing-masing, tapi Arga menahan tangan Diva. "Udah, biar aku yang pindahin barang aku ke kamar kam—eh, kita. Kan master bedroom-nya yang kamu tidurin," ucap Arga.

Kekasih Halal (ON GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang