Sudah menjadi kebiasaan Diva bangun setiap jam tiga pagi untuk melaksanakan salat Tahajud dan dilanjutkan dengan salat subuh. Sebenarnya Diva sangat ingin membangunkan Arga, namun takut karena mereka juga baru tidur. Diva memutuskan untuk bangun sendiri kemudian mandi. Satu hal yang ia sukai bangun jam segini yaitu bisa menikmati sensasi sejuknya air membasahi tubuhnya.
Arga mendengar seperti ada orang yang sedang mandi. Meraba tempat tidur sampingnya, ia tak menemukan Diva. Arga mengerjapkan mata lalu duduk. Setelah sadar dia pun beranjak dari ranjang menuju kamar mandi.
Belum sempat mengetuk, pintu sudah terbuka. Matanya membulat sempurna dan tercengo akan pemandangan yang baru ia lihat selama hidup di dunia ini.
"Astaghfirullah!" teriak Diva terkejut karena mendapati Arga yang berada tepat di depan pintu. Ia kembali menutup pintu itu. Bukan mengapa, pasalnya Diva keluar hanya dengan menggunakan handuk karena lupa membawa baju gantinya.
Perasaan tadi masih tidur. Duh malu malu, ucap Diva dalam hati.
"Gimana ni? Masa di dalam aja. Mana mau salat lagi. Tapi gimana keluarnya."
Diva bermonolog sendiri sambil melihat ke arah cermin.Dengan keberanian Diva pun keluar dari kamar mandi. Mau tak mau sih, itu juga karena Diva harus mengejar waktu salat.
Arga masih mematung karena melihat Diva pertama kali tanpa jilbab di kepalanya. Bahkan ketika tidur semalam saja gadis itu masih setia mengenakannya. Satu hal yang baru diketahui Arga yaitu Diva sangat cantik. Kulitnya putih bersih, rambut cokelat kehitaman, dan memiliki tubuh yang ideal buat para perempuan. Beruntungnya Arga, Diva menutupi itu semua dari orang-orang.
Tak bisa berlama-lama di dalam kamar Arga pun memilih keluar untuk mengambil minum sekaligus menenangkan pikirannya tentang Diva tadi. Arga laki-laki normal, bahkan sangat normal. Mana mungkin tahan kalau harus berhadapan dengan keadaan seperti tadi.
Kembali ke Diva yang masih di dalam kamar mandi. Dengan takut dan malu ia membuka pintu kamar mandi kembali. Dia berjalan perlahan namun melihat tidak adanya Arga lagi di kamar. Ini kesempatan bagi Diva untuk mengambil pakaiannya dengan cepat dan kembali ke kamar mandi. Setelah rapi, Diva kembali keluar dan segera melaksanakan salatnya.
Selesai Diva salat bersamaan dengan Arga yang juga masuk ke kamar. Diva pun refleks melihat Arga dan pandangan mereka bertemu. Lama mereka bertatap lalu Diva tersadar dan menundukkan kepalanya. Sungguh benar-benar malu berhadapan dengan suaminya itu. Padahal sebenarnya tak masalah Arga mau lihat dia dalam keadaan bagaimana pun.
Perlahan Arga mendekat ke arah Diva dan membuat Diva semakin menundukkan kepalanya. Tiba-tiba Arga memeluk erat Diva. "Maafin aku, Va. Aku tadi bener-bener nggak sengaja," lirih Arga. Arga takut kalau Diva berpikiran aneh-aneh soal dirinya.
Tak ada jawaban dari Diva, Arga pun merenggangkan pelukannya dan menatap Diva. Arga terkejut kala Diva sudah mengeluarkan air mata dan itu membuatnya merasa semakin sangat bersalah.
"Va, maafin aku. Maaf, buk—"
"Diva yang minta maaf sama kamu, Mas, harusnya Diva nggak perlu menghindar karena Diva halal buat, Mas. Diva hanya terkejut, karena baru ini Diva berdekatan dengan lelaki selain almarhum papa," ucap Diva di sela tangisnya.
Arga mematung kala mendengar panggilan untuknya dari Diva yaitu 'mas'. Hatinya menghangat serta pipinya memerah.
"Ka—kamu manggil aku apa?" tanya Arga gugup.
"Ak—" Diva menggigit bibir bawahnya. Ia takut kalau Arga marah atau pun tak suka dengan panggilannya. Memang sejak menikah, Diva ingin sekali memanggil Arga seperti itu. Namun karena hubungan mereka masih berjarak, ia jadi mengurungkan niat. Setelah di pikir-pikir, ini saat yang tepat.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kekasih Halal (ON GOING)
Romansa"Aku mencintaimu karena Allah, terima kasih karena selalu ada untukku." -Diva Tiara Terentia- "Aku bagagia bersamamu. Berjanjilah untuk selalu bersamaku, di sini, di sampingku, bidadariku." -Arga Dhama Pradipta- Arga dan Diva, mereka harus menikah m...