6.Enam

111 6 1
                                    

Belva dan kedua sahabatnya kini sedang berada di kantin. Naya dan Mira sibuk berdebat membahas masalah geng XTC. Naya yang tak menyukai geng tersebut berbeda dengan Mira yang sangat menyukai geng itu. Hal itu membuat Belva memutar bola matanya malas. Dia sibuk dengan nasi goreng yang ada di hadapan nya dan tidak memperdulikan kedua sahabatnya.

"Gue mau ke kamar mandi dulu. Kalian habisin tuh makanan jangan debat mulu"ledek Belva sambil bangkit dari duduknya kemudian melangkahkan kakinya ke toilet.

Brakk

"Santai dong!"sewot Naya saat ada yang menggebrak meja kantin mereka.

"Adit? Dimas?"gumam Mita pelan.

Naya menatap kedua cowok itu dengan malas, lalu segera kembali memakan makanan nya tidak perduli dengan kedua cowok itu.

"Eh hai! Lo temennya Belva kan? Belva nya mana?"tanya Adit gusar.

"Iya... Belva lagi ke toilet"ucap Mira gugup.

Adit dan Dimas segera berlari menjauhi kantin setelah mengucapkan terima kasih kepada Mira.

"Kenapa Lo kasih tahu, mir"Naya menggeram kesal.

"Mereka ganteng banget Anjay.."gumam Mira sambil mengulum senyum.

Naya melongo dan menggelengkan kepalanya, apa yang ganteng dari mereka berdua? Menurutnya muka mereka tadi mirip seperti pantat kuali.

"Udah cabut, kita susul Belva"Naya menarik Mira paksa, lalu segera keluar dari kantin setelah membayar pesanan mereka.

Setelah membetulkan seragamnya yang sedikit berantakan. Belva segera keluar dari kamar mandi, dia memegangi dadanya terkejut saat melihat dua cowok tiba-tiba berada di hadapannya.

Belva mengerutkan keningnya."Lo dimas kan?"tanyanya ragu.

Dimas tersenyum senang saat Belva ternyata masih mengingat nya walaupun dia kemarin sempat di tolak. Dimas mengangguk, sedangkan Adit yang berdiri di samping Dimas hanya diam memandangi Belva kagum. Ternyata benar, kata sahabat nya itu bahwa Belva sangat cantik dan manis.

"Kenapa?"suara Belva membuyarkan lamunan kedua cowok itu. Mereka serempak menepuk kening mereka masing-masing.

"Ehh!"kaget Belva saat kedua cowok itu tiba-tiba menarik lengannya.

Belva memberontak mencoba melepaskan lengannya, tapi percuma saja tenaganya jelas-jelas kalah. Jadi dia hanya pasrah saja.

"Kalian kenapa bawa gue ke lapangan? Terus ini kenapa rame banget?"tanya Belva binggung.

"Erlan"ucap Adit cepat.

Belva menatap Adit tidak mengerti. Dia sedikit memiringkan kepalanya dan itu membuat Adit dan Dimas gemas melihatnya.

"Kenapa dengan Erlan?"Adit dan Dimas tak menjawab. Mereka kembali menarik Belva untuk menerobos kerumunan.

Belva membelalakkan matanya saat melihat Erlan berada di tengah lapangan tengah memukuli seseorang.

Belva yang ingin berlari, namun lengannya ditarik kembali oleh Adit dan Dimas.

"Ihhhh! Lepasin, gue mau pergi. Ngapain sih Lo berdua bawa gue kesini?"Belva terus berontak dari cekalan Adit dan Dimas.

"Kita bawa Lo kesini biar Lo misahin Erlan"

Belva kemudian menghempaskan tangan nya. Dia menatap Adit kesal."Kenapa nggak kalian aja? Kenapa harus gue? Isshhh! Lagian gue nggak suka ngeliat orang berantem"

"Kalo kita yang pisahin bisa-bisa kita yang di pukul sama Erlan"sahut Adit cepat.

"Terus! Kalian nyuruh gue yang misahin mereka. Biar gue gitu yang di pukul sama Erlan?"sewot Belva.

Belva&ErlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang