12.Dua belas

46 2 0
                                    

Belva dan kedua sahabatnya masih di dalam kelas mengerjakan tugas kelompok yang harus di kumpulkan besok lusa, padahal jam sudah menunjukan pukul setengah empat sore dan seluruh siswa pun sudah pulang sedari tadi.

"Balik yok, udah sore. Besok masih bisa dikerjain"ucap Mira sambil menyandarkan tubuhnya di kursi.

"Ayo, gue juga capek"sahut Naya.

"Gue mau ke toilet dulu, udah kebelet banget"ucap Belva."kalian tunggu di parkiran aja, gue cuma sebentar" lanjutnya sambil berlari keluar dari kelas.

Sudah hampir dua puluh lima menit Mira dan Naya menunggu Belva di parkiran namun gadis itu belum juga kembali.

"Belva lama banget sih, nay..."sedari tadi Mira terus saja menatap gedung sekolah, berharap Belva akan cepat keluar.

Naya mengangkat bahunya."Gue takut dia kenapa-napa dah mir"

"Yaudah cek aja, gue juga khawatir"

Naya mengangguk menyetujui. Mereka pun kembali masuk kedalam gedung sekolah dan langsung menuju ke toilet wanita.

"Ke kunci, nay"ucap Mira saat dia hendak membuka pintu kamar mandi namun tidak bisa.

"Serius Lo?"tanya Naya tak percaya. Dia pun langsung mencoba untuk membuka pintunya namun memang benar pintunya terkunci.

Naya menatap Mira dengan tatapan yang tidak bisa diartikan."Kenapa Lo?"tanya Mira merasa risih karna diperhatikan.

"Lepas jepit rambut Lo"ucap Naya sambil menunjuk jepit rambut yang dikenakan oleh Mira.

"Buat apa?"

"Buat bakar sekolah, udah cepetan lepas aja"ucap Naya kesal, Mira pun langsung melepaskan jepit rambut nya.

Mira menatap takjub kepintaran sahabatnya yang menjadikan jepit rambut miliknya untuk membuka pintu kamar mandi.

"Kebuka"seru Mira, namun detik berikutnya gadis itu terdiam karna di dalam begitu gelap.

"Nyalain lampunya, nay.."Naya segera meraba tembok mencari saklar lampu.

"Belva!!"teriak mereka berdua bersamaan saat melihat Belva tergeletak di lantai tidak sadarkan diri, mereka berdua pun segera berlari mendekati Belva.

"Va..Vaa"Naya dan Mira menepuk pipi Belva bersamaan mencoba membangunkan gadis itu.

"Lo telpon Erlan"suruh Naya. Dia memindahkan kepala Belva ke pahanya.

"Gue nggak punya nomornya hiks..." Mira mulai menangis, dia tidak tega melihat sahabatnya itu pingsan seperti ini.

"Dimas! Lo punya kan? Lo jangan nangis dong mir... Gue jadi panik"

Tanpa menjawab ucapan Naya. Mira segera mengeluarkan ponselnya dan menelpon Dimas.

Di lain tempat.

Sedari tadi Erlan terus saja memperhatikan Dimas yang tengah bertelepon dengan seseorang. Dia mengernyitkan keningnya saat Dimas menyebutkan nama Belva.

"Lan, cewek Lo pingsan di sekolah"

Tanpa berucap apapun. Erlan segera bangkit dari duduknya, lalu keluar dari markas XTC di ikuti oleh Adit dan Dimas di belakangnya.

Tak butuh waktu sampai lima belas menit. kini Erlan dan kedua sahabatnya sudah berada di parkiran sekolah.

Saat di perjalanan Adit dan Dimas dengan susah payah menyusul Erlan karna cowok itu mengendarai motornya seperti orang kesetanan.

"Dimana?"tanya Erlan seraya turun dari motor.

"Gue nggak tahu"ucap Dimas jujur, karna memang Mira hanya mengatakan jika Belva pingsan di sekolah.

Belva&ErlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang