1.Satu

172 10 2
                                    

Belva dan kedua sahabatnya baru keluar dari kelasnya padahal bel istirahat sudah berbunyi lima belas menit yang lalu. Mereka berjalan menuju ke kantin, setelah sampai mereka mendaratkan bokongnya di meja kantin.

"Sumpah ya tuh guru PKN kalo ngasih catatan nggak kira-kira, pegel nih tangan gue"cerocos Mira.

"Bisa diem nggak sih mulut Lo, mir. Ngomel mulu"ketus naya. Memang dia pikir cuma dia saja yang merasa capek, murid sekelas pun juga pasti capek.

"Idih pms"cibir Mira sedangkan Naya hanya diam tak merespon.

Suasana di kantin yang tadinya tidak terlalu bising kini berubah menjadi seperti pasar. Teriakan-teriakan dari gadis-gadis alay begitu terdengar di telinga mereka bertiga.

Belva memutar bola matanya malas saat melihat beberapa siswa laki-laki yang baru saja masuk kedalam kantin dengan jaket dan ikat kepala yang sama.

"Aduh gila ganteng-ganteng banget mereka tuh sumpah"ucap Mira sambil tersenyum-senyum sendiri.

"Cowok biang onar gitu Lo bilang ganteng"ucap Naya.

"Heh! Mereka bukan biang onar ya, nay"sewot Mira tak terima.

"Serah Lo ya, mir. Mereka tuh suka kebut-kebutan di jalan, merokok, main di club. Apa bagusnya coba?"Naya mengangkat dagunya bermaksud menantang sahabatnya itu.

Mira terdiam. Dia tidak bisa berkata-kata lagi, dia menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Apa yang dibilang Naya barusan memang benar adanya mungkin kelakuan mereka lebih dari yang diucapkan oleh Naya tadi.

"Bodo amat yang penting mereka ganteng"sahut Mira.

"Ganteng mulu otak Lo"

"Ya suk-"

"Berhentiii!! Berisik banget sih Lo berdua, gue mau makan aja susah banget"sewot Belva dengan suara yang begitu nyaring sehingga membuatnya menjadi pusat perhatian seisi kantin termasuk geng XTC.

"Lo kenapa teriak-teriak sih, va malu tahu"tanya Mira.

"Salah kalian lah malah ribut, gue tuh paling males ya kalo dengerin kalian ngomongin geng nggak guna itu"ucap Belva.

"Ya tapikan jangan teriak juga, kalo mereka denger gimana?"

"Bodo amat"cuek Belva sambil menyantap kembali makanan nya.

Dilain tempat. Geng XTC kini tengah berada di kantin sambil bercanda ria sedangkan Erlan hanya diam sambil menikmati rokok di tangannya, semua penghuni kantin mengalihkan pandangannya ke arah anggota geng XTC yang jumlah nya kurang lebih dua puluh lima itu, bukan karna suara bising yang mereka ciptakan tapi karna ketampanan dari seluruh anggota yang di atas rata-rata.

Seluruh penghuni kantin termasuk geng XTC dan Erlan mengalihkan fokus mereka saat mendengar suara yang begitu nyaring, tatapan semuanya tertuju pada gadis itu.

"Cantik bener anjir"puji Dimas saat melihat wajah gadis tersebut.

"Cantik dikit langsung embat"Adit menoyor kepada sahabatnya itu, sementara Dimas tersenyum lebar.

Dimas juga termasuk sahabat dekat Erlan. Mereka berada dalam satu kelas yang sama, cowok itu juga termasuk anggota dari XTC. Dimas dikenal sebagai playboy di SMA merah putih, cowok itu selalu saja mengucapkan kalimat cinta kepada semua siswi cantik di SMA merah putih.

Cowok itu bangkit dari duduknya, menghampiri meja gadis tersebut. Anggota XTC yang sudah paham hanya menggelengkan kepalanya masing-masing.

"Sikat mas!!!"seru ojan salah satu anggota.

"Siyap!"Dimas mengangguk semangat.

Dimas berdiri disamping gadis itu, lalu berdehem pelan bermaksud untuk mengalihkan perhatian ketiga gadis yang tengah asik dengan makanannya.

"Gue Dimas, nama Lo siapa?"ucap Dimas memperkenalkan diri, sementara Belva menatap nya dengan muka datar.

"Gue lagi ngomong sama lo, Lo malah ngacangin gue"kesel Dimas.

Belva berdiri dari duduknya."Lo nggak usah kegantengan jadi orang, muka pas-pasan aja belagu Lo. Sok mau jadi playboy lagi"setelah mengucapkan itu Belva langsung pergi meninggalkan kantin dan diikuti oleh kedua sahabatnya.

Erlan yang melihat keberanian gadis itu melawan geng XTC hanya tersenyum miring.

~~~~~~°°°~~~~~~

"Yuuuhhhuuu, Belva yang cantik sudah pulang"teriak Belva saat memasuki rumahnya.

"Sayang kebiasaan deh, kalo masuk tuh salam bukan malah teriak-teriak kayak gitu. Kamu pikir ini hutan"omel Sulis.

Belva cenggegesan."assalamualaikum bunda cantik"ulangnya sambil mencium punggung bundanya.

"Waalaikumsalam"jawab Sulis."Kamu ganti baju dulu sana, habis itu kamu makan"

"Iya bun"Belva langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Setelah sampai di dalam kamar. Belva langsung membersihkan dirinya di kamar mandi, setelah selesai dia keluar dari kamar untuk makan siang seperti yang di perintahkan oleh bundanya itu.

Sesampainya di meja makan, tidak ada orang mungkin bundanya sudah pergi ke butik. Tidak mau ambil pusing Belva langsung duduk dan menyantap makanan itu dengan diam.

Ting tong.

Suara bel membuat Belva beranjak dari meja makan untuk membukakan pintu tersebut.

"Hay Belva"

"Kalian ngapain disini?"kaget Belva melihat sahabatnya ada di rumahnya.

"Kita mau ngajak Lo jalan-jalan, mau ya"ucap Mira.

"Nggak ah males gue"tolak Belva.

"Ya Belva, kita udah jauh-jauh ke rumah lo. Masa Lo nggak mau jalan-jalan sama kita, nggak enak tahu kalo nggak ada Lo tuh"bujuk Mira.

Belva berfikir sebentar."Yaudah deh, gue ganti baju dulu"Belva pun langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Sahabatnya pun masuk kedalam rumah dan menunggu di ruangan tamu. Setelah beberapa menit Belva sudah turun dengan pakaian yang sudah rapi dan menghampiri sahabatnya itu.

"Yuk"ajak Belva sahabatnya mengangguk.

Mereka pun keluar dari rumah menuju bagasi mobil dan pergi meninggalkan pekarangan rumah Belva.

Ditempat lain, anggota XTC kini tengah berkumpul di markas mereka. Erlan duduk di sebuah sofa dengan tenang seraya menghisap rokok miliknya seperti biasa cowok itu hanya memperhatikan anggotanya yang sedang mengoceh dan membuat lelucon.

"Rio ngajakin Lo balapan lagi?"ucap Adit setelah mendaratkan bokongnya di sofa yang di duduki oleh Erlan.

Rio adalah leader dari geng Brigez. Geng tersebut merupakan musuh bebuyutan dari geng XTC, entah apa yang membuat Rio sangat tidak menyukai Erlan. Dia selalu saja mencari masalah dengan leader XTC.

Erlan hanya mengangguk kecil tidak berniat untuk mengeluarkan suaranya sedikitpun membuat Adit menghela nafas kasar dengan kebiasaan sahabatnya yang satu ini.

"Lo mau?"lagi lagi Erlan hanya mengangguk tanpa memandang kearah Adit.

"Jam berapa?"

Erlan menatap tajam Adit yang sudah menganggu ketenangannya, sementara Adit yang sudah sangat paham dengan ekspresi kekesalan Erlan pun hanya menyengir lebar seraya mengangkat jarinya membentuk huruf 'V'.

"Dua belas"ucapnya ketus. Adit mengangguk mengerti tidak ingin membuat sahabatnya bertambah kesal karna itu sangat berbahaya bagi dirinya sendiri.

"Mau ikut Lo?"tanya Erlan.

"Pastinya"ucap Adit cepat dan Erlan hanya diam tidak menanggapi. Dia kembali sibuk dengan rokok miliknya.

🎀

Gimana sama ceritanya seru nggak!!!!!!!!!!

Jangan lupa vote sebanyak mungkin biar aku semangat up nya 😀😀😀 dan juga komentar di bawah ini 👇👇👇👇

Next?????????????????

Belva&ErlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang