7.Tujuh

125 6 1
                                    

Sekarang adalah hari weekend. Hari yang digunakan Belva dan kedua sahabatnya untuk melaksanakan joging bersama dengan suasana di luar cukup gelap karna matahari belum sepenuhnya muncul.

Belva dan Naya menatap malas kearah Mira yang kembali merebahkan dirinya di kasur.

"Mir.... Ayo buruan"ucap Belva dan Naya bersama.

"Five minutsss"

Naya mencebik, lalu melepaskan bantal tepat di kepala Mira membuat gadis itu meringis.

"Sakit anjir!"sewot Mira.

"Buruan taii!"kesal Naya.

Bulu kuduk Mira terasa berdiri saat Naya menatapnya dengan tajam, tidak ingin membangunkan singa di pagi hari. Dia segera bangkit dan segera memakai sepatunya, sedangkan Belva dan Naya keluar dari kamar.

Mereka berlari keluar dari perumahan karena tujuan mereka adalah taman kota yang tempatnya cukup jauh dari rumah Belva.

Ketiganya mendudukkan bokong mereka di bangku taman dengan nafas yang ngos-ngosan.

"Sum...pah...gue..cape..k...ban...get" ucap Mira.

"Nggak usah ngomong Lo, nafas udah seperempat gitu"tukas naya.

"Gue mau beli minum dulu, kalian mau ikut atau nitip?"Belva bangkit dari duduknya.

"Titip!"ucap Naya dan Mira cepat.

Belva memutar bola matanya malas dan segera menjauh dari kedua sahabatnya.

"Duitnya va!"teriak Naya kencang.

"Duit gue"sahut Belva tak kalah kencang.

"Baiknya....."ucap Naya dan Mira.

Belva berjalan menuju minimarket yang berada di sebrang jalan. Dia mengernyit saat melihat beberapa motor berwarna senada terparkir dengan rapi di area tempat parkir minimarket tersebut, matanya memicing untuk melihat salah satu stiker di motor tersebut dan stiker tersebut bergambar sekumpulan lebah yang membawa sebuah pedang.

"XTC"gumam Belva pelan, gadis itu kembali mengedarkan pandangannya untuk mencari motor seseorang namun hasilnya nihil.

Belva mengangkat bahu acuh dan segera masuk ke dalam minimarket itu. Dia mengambil 3 botol Aqua dan menuju ke rak yang berisi Snack.

"Sama siapa?"suara berat dari belakang tubuhnya membuat Belva terlonjak kaget dan langsung membalikkan tubuhnya.

Sedetik kemudian matanya membulat sempurna saat melihat Erlan berdiri tepat di belakangnya."Lo ngapain di sini?"tanya balik Belva.

Seperti biasa Erlan tidak menjawab, tetapi dia langsung menarik tangan Belva agar segera masuk kedalam mobilnya.

Saat ini Belva sedang berada di dalam mobil sport hitam milik Erlan. Gadis itu mengerucutkan bibirnya sebal, sementara cowok di sebelahnya menyetir dengan tenang tanpa memperdulikan gadis di sampingnya.

"Kita mau kemana?"entah sudah berapa kali dia menanyakan itu kepada Erlan, namun cowok itu hanya diam.

"Lan! Gue ke taman sama temen gue loh"ucap Belva saat mengingat nasib kedua sahabatnya.

Erlan menengok menatap raut wajah Belva yang cemberut."Chat"gumam nya.

"Hah?"Belva mengangkat alisnya karna tidak mendengar begitu jelas apa yang Erlan ucapkan.

Erlan kembali bungkam tidak ingin mengulang apa yang baru saja di ucapkan nya, sementara Belva yang tidak kunjung mendapat jawaban hanya bisa menghela nafasnya dan menyandarkan punggungnya.

"Lan, kita mau kemana sih? Lo nggak ada niatan mau nyulik gue kan?"tanya Belva dia mulai takut karna sedari tadi Erlan belum juga memberhentikan mobilnya.

Erlan menengok menatap wajah gadis di sampingnya yang sudah ketakutan. tanpa sepengetahuan Belva, Erlan tersenyum sangat tipis lalu kembali fokus menyetir.

Karna lelah terus saja berbicara dan tak kunjung mendapat jawaban juga akhirnya Belva pasrah. Dia tidak perduli cowok di sampingnya ini akan membawanya kemana.

~~~~~~°°°~~~~~~

"Turun"ucap Erlan.

Belva menatap ke luar dan menyadari bahwa kini mobilnya telah berhenti. Dia segera melepaskan seatbelt nya dan menyusul Erlan yang sudah keluar dari mobil.

"Hutan?"gumam Belva pelan, matanya menelusuri lingkungan yang hanya ada pohon-pohon yang menjulang tinggi.

Erlan berjalan terlebih dahulu, sementara Belva langsung menarik baju belakang Erlan membuat cowok itu menengok menatapnya dengan alis terangkat satu.

Mengerti dengan tatapan yang Erlan berikan. Dia hanya menggeleng pelan, pertanda bahwa dia tak ingin masuk kedalam.

Erlan menghela nafasnya kasar, lalu dia menggenggam tangan Belva. Dia membawa gadis itu masuk kedalam hutan sementara Belva yang merasa takut pun hanya menggenggam erat tangan kekar milik Erlan.

Setelah jalan beberapa menit. Langkah kaki Erlan berhenti membuat Belva juga ikut memberhentikan langkahnya. Dia menatap takut kearah sekitarnya, namun beberapa detik matanya menatap takjub pemandangan di depannya ini.

"Waww"gumamnya dan langsung melepaskan genggaman tangan Erlan. Dihadapannya kini terdapat sebuah air terjun yang menjulang tinggi.

"Lan"Belva berbalik dan dilihatnya Erlan kini sedang menidurkan dirinya di rerumputan seraya memejamkan matanya dengan satu tangan nya sendiri menjadi bantalan untuk kepalanya.

Erlan membuka matanya menatap Belva yang kini juga tengah menatapnya."Kenapa?"tanyanya.

Belva tersenyum, lalu duduk di samping Erlan."Gue suka! Bagus banget"

Erlan hanya bergumam, lalu dia kembali memejamkan matanya sementara Belva hanya tersenyum tipis. Dia memaklumi sikap cowok di sebelahnya itu.

"Lan, gue pinjem hp Lo dong"

"Buat?"Erlan kembali membuka matanya.

"Gue mau Selfi"ucapnya sambil menyengir lebar dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Erlan tidak menjawab. Dia langsung memberikan ponselnya dan diterima dengan bahagia oleh Belva.

Belva yang sibuk berselfi dengan pemandangan air terjun, sementara Erlan sibuk memperhatikan gadis yang ada dihadapannya itu yang mungkin akan dia sakiti hatinya.

Sadar diperhatikan, Belva langsung berjalan kearah Erlan dan ikut membaringkan tubuhnya.

"Ayo balik"ajak Erlan yang langsung mendapat sahutan helaan nafas kecewa dari Belva.

"Sebentar banget"keluh Belva, namun gadis itu tetap bangkit dari posisi berbaring nya.

"Nanti kesini lagi ya, Lan?"Belva menatap Erlan dengan penuh harap, sementara cowok itu hanya mengangguk.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil dengan Erlan yang fokus dengan jalanan, sedangkan Belva fokus melihat-lihat hasil fotonya.

"Makasih"ucap Belva setelah mobil Erlan berhenti di depan rumahnya.

Erlan mengangguk.

Saat hendak keluar dari mobil, tiba-tiba Erlan menarik lengannya membuatnya mengurungkan niatnya yang ingin keluar.

"Kenapa?"tanya Belva.

Erlan memberikan ponselnya kepada Belva, sedangkan gadis itu menatap binggung kearah Erlan.

"Wa Lo"ucap Erlan, seolah mengerti Belva langsung mengetikkan nomor Wa nya di handphone Erlan.

"Hati-hati, Lan"Belva berdiri di samping mobil Erlan dan langsung masuk kedalam rumahnya tanpa menunggu mobil Erlan melaju.

🎀

Jangan lupa vote sebanyak mungkin biar aku semangat up nya 😀😀 karna kalo kalian nggak vote aku merasa ceritaku ini jelek 😟😟

Next???????????????

Belva&ErlanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang