"Aku, Lissa, dan Lana emang akrab. Tapi kami gak terlalu akrab sama Lana. Karena, dari kecil ia udah punya perasaan negatif. Aku ama Lissa ketemu Lana pas Lana lagi kesusahan di sekolah. Lana belum ngerjain PR, terus aku ngajak Lissa buat bantuin Lana. Lana heboh banget pas itu, mukanya cerriaaa banget. Langsung ngajak aku ama Lissa buat jadi temenya. Tapi itu pas SD saja. Aku udah pisah ama Lissa pas mau naik SMP. Katanya Lissa ia bakal pindah sekolah bareng Papinya. Dan sampe sekarang ia hilang.. Padahal aku pengen ketemu," Kata Cilla panjang lebar sambil menahan isak tangisnya.
* * *
Jam sudah menunjukan pukul tiga sore. Syukurlah demam Cilla mulai lebih baik. Orang tua Cilla tidak bisa pulang untuk malam itu, begitulah kata Bik Sum. Ruangan kamar milik Cilla sangat hijau seperti hutan dalam rumah.Cilla sangat menggemari warna hijau, baginya itu seperti menenangkan buat segala masalahnya. Cantika mendekati Cilla yang masih tertidur di balik selimut hijau mudanya. Cantika memeriksa apakah demamnya sudah turun atau belum
"Hmm... Bagus, demam Cilla turun." Ucap Cantika sambil beranjak berdiri. Tiba-tiba ada tangan halus yang memegang pergelangan tangan Cantika. Hangat rasanya.
"Mau kemana..?" Kata Cilla dengan muka bantalnya.
"Ehmm.. Mau pulang. Eh iya, kata bik Sum orang tuamu belum bisa pulang malam ini." Tambah Cantika.
"Bukanya ditemenin malah ninggalin. Nginep kek, apa kek!" Ucap Cilla sambil cemberut. Cantika kadang senang menggoda Cilla karena wajah manyunnya.
"Hahah.. Kupikir kamu ngak bakalan minta!" Teriak Cantika sambil mengeluarkan kopernya. Cilla agak terkejut.
"Udah, sono gih mandi. Air anget ato air dingin?" Tanya Cantika.
"Aer garem! Ya air hangatlah." Balas Cilla sambil berusaha berdiri.
Sesudah mandi dengan air hangatnya, Cilla mengenakan piyama hijau bergambar dedaunan dengan ujungnya berwarna putih suci. Cilla pergi keruang makan untuk makan malamnya. Bik Sum segera memberikanya satu piring dengan lauk sayur bayam dan beberapa tahu serta tempe. Tidak enak rasanya kalau makan tanpa kerupuk, begitulah pikiran Cilla.
"Dimakan ya Non," Kata Bik Sum sambil memberikan dua potong tahu di piring Cilla.
"Iyaa.. Terima kasih.. Jadi ngrepotin," Balas Cilla sambil malu-malu.
"Non Cilla ngak pernah ngerepotin kok,"
BUKK.. BUK... BUKK...!!
Terdengar suara kaki yang sengaja dihentakkan hingga hampir menyerupai raksasa. Getarannya kuat hingga membuat gelas air Cilla bergoyang."Makan enggak ajak ajak!" Gerutu Cantika.
"Yaudah sini, repot amat."
"Ehehe.. Siyap!" Dengan cepat Cantika sudah duduk di depan Cilla yang tengah makan.
Makan malam selesai, jam mulai menunjukkan pukul tujuh malam. Cilla kembali tidur dengan Cantika yang asik menonton televisi, entah apa yang sedang ditontonnya.
Ditengah nyamannya tidur, Cilla malah mendapat mimpi buruk hingga mengigau membuat khawatir Cantika. Sudah dua kali ia bangun dari tidurnya. Cantika menyuruh Cilla berdoa sebelum tidur kali ini. Bukanya mendapat mimpi indah, ia malah mendapat mimpi seram.
"Cillaaa..." Panggil seseorang merdu.
"Siapa itu?!!" Tanya Cilla sambil meningkatkan kewaspadaan.
"Cillaaa..." Panggil orang itu lagi sambil menunjukan dirinya.
"Lana?!.." Kejut Cilla.
"Iyup, tepat sekali. Aku mau nanya.." Terdengar suara halus dari mulutnya, tapi terkesan seram bagi Cilla.
"Apa maumu?!!" Ancam Cilla sambil membawa sapu entah darimana ia mendapatkannya.
"Aku cuman mau... KEMBALIKAN RAHMAT PADAKU..!!-" Suara keras Lana menyerupai petir yang siap membuat korban.
Lana mendekat dengan pisau ditangannya, Cilla tak menyangka bila Lana sampai berbuat seperti ini. Cilla terus mundur secara asal untuk melindungi dirinya dari Lana.
"Lana.. Denger!! Aku ngak ada maksud ngambil dia! Aku berusaha menjauh, tapi Rahmatnya sendiri yang deketin aku.. Plis dengerin aku kali ini!" Ucap Cilla memohon. Tapi itu tak digubris oleh Lana yang menambah kecepatan.
Dengan gesit, Lana mengayunkan pisaunya untuk menusuk Cilla. Kejadian ini sangat cepat.
"Tidak sakit." Batin Cilla sambil membuka matanya perlahan. Betapa terkejutnya Cilla bahwa ada seorang cowo yang melindunginya. Wajahnya gelap, tapi ia berkulit putih, mancung, agak berisi, dan berani. Bukan, itu bukan Rahmat!
Lana tak kalah terkejutnya, melihat ada orang lain selain Rahmat menyelamatkan Cilla. Perlahan wajahnya terlihat, bibir tipis, mata sipit, dan pipi tembem adalah ciri cowo tersebut. Kira-kira seusia dengan Cilla. Cowo itu mendekat pada Cilla dan berbisik.
"Tenang saja. Aku akan nyelamatin kamu-" Itulah kata terakhir sebelum bangun dari tidurnya.
Cilla mengeluarkan keringat dingin dan terbangun dari tidurnya. Cilla berharap bisa bertemu dengan orang yang tadi menyelamatkanya. Maka dari itu Cilla mengembangkan sedikit senyumnya. Bila dilihat, cowok itu manis juga..
"Kalau aku bertemu denganmu, akan kuucapkan terima kasih padamu.." Batin Cilla sambil tersenyum.
Cantika yang melihatnya tampak khawatir dan buru-buru mendekati Cilla.
"Kamu.. Mimpi buruk lagi?" Tanya Cantika pelan.
"Iya, aku mimpi buruk lagi, Lana pengen bunuh aku.. Tapi-" Perkataan Cilla terputus.
"Apa maksudmu dengan 'tapi'?"
"Tapi, ada orang yang nyelametin aku. Cowo-" Lagi lagi perkataan Cilla terputus dengan tatapan dari Cantika.
"Bentar.. Cowo?! Siapa? Rahmat? Revando? Ato siapa?"
"Mphh.. Aku nga tau, tapi aku cukup inget ko ama cirinya, berkulit putih, mancung, badannya kek Rahmat, matanya sipit, bibirnya tipis yang saat tersenyum terlihat sempurna, dan paling penting pipinya tembem jadi kek ada kesan humorisnya," Cilla mengatakan ciri-cirinya. Cilla sangat ingat dengan rupanya yang terkesan ceria. Cantika menganggukan kepalanya pertanda mengerti.
Jam menunjukan pukul empat pagi, Cilla tak melanjutkan tidurnya. Badanya serasa segar, Cilla dengan semangat belajar sedikit menunggu jam pukul setengah enam pagi.
Cantika yang merasa bosan terus melihat Cilla menulis dibukunya langsung membuka handphonenya. Banyak notifikasi, dan rata rata itu dari Revando yang menanyakan keadaan Cilla. Sok Care, begitulah batin Cantika.
Cantika membayangkan mimpi Cilla barusan, tapi daya imajinasinya kecil membuatnya tak bisa membayangkan apapun.
Cilla terus melamun tentang cowo yang terus menganggu pikirannya. Kesal juga rasanya, tapi wajahnya lumayan juga. Cilla berharap bisa bertemu dan pindah sekolah tempat ia bersekolah.
"Nanti, aku yakin banyak yang deketin dia. Aku juga tau posisi aku ngak secantik mereka. Mungkin cowo itu ngak milih aku. Haha.." Batin Cilla sambil tersenyum kecut.
Cilla mulai mandi dan bersiap-siap sekolah dan disusul dengan Cantika yang berbuat sama sepertinya. Setelah sarapan, Cantika pergi kegarasi sambil menyalakan mobil sedannya. Cilla yakin bahwa Cantika adalah orang berada..
"Berangkat..?"
* * *
Tadaa... Gimana? Cukup mengotak-atik emosi kalian? :v. Kurang ya? Hoho, apanya yang kurang?Saya pakai nama nama karakter disini dengan nama di dunia nyata saya. Ada yang pakai nama belakang, ada yang pake nama mantan, ada yang pake nama gebetan, dan ada yang pake nama sahabat. Tapi ada juga yang namanya ngasal#Plakk
Dan sifat karakternya ada yang kayak temen saya, atau bahkan saya sendiri, dan mungkin ada yang sama dengan kalian, wkwk
Beneran loh, saya butuh komentar yang serius :'v
Seperti biasa, sekali update lima chapter terlalui :v
Apalagi yak? Udah sii keknya.
Sincerely,
Fris Tyty
KAMU SEDANG MEMBACA
Hanya Dia (Slow Update)
Truyện NgắnBuset dah, sering bat gonta-ganti cover XD. Priscilla Maia adalah gadis Pelita High School yang jadi bocah bullyan. Selama 2 bulan bersekolah, Ia jarang tertawa akibat luka yang diterima. Dia hanya bisa tersenyum hampa dengan tatapan kosong. Dan itu...