| |3. Worry| |

857 132 12
                                    


"Ya, apa kau tidak merasa ada yang aneh pada Sana?" Jungyeon mengawali acara makan siang mereka dengan bergosip.

"Aneh bagaimana?" Nayeon berbicara sambil mengunyah makanannya.

"Sudah dua hari dia tidak makan siang bersama kita. Terus, kau ingat saat Sana pertama kali masuk lagi setelah ia mengambil cuti karena sakit? Kupikir ia tidak akan selemas itu saat masuk kerja karena pasti ia sudah baik-baik saja."

Nayeon meletakan sumpitnya saat menyadari kalau perbincangan kali ini menarik. "Iya juga, ya? Kenapa aku baru terpikir sekarang?"

Jungyeon menjitak kepala Nayeon. "Aigoo, kau sih, terus memikirkan Jin sunbae sampai tidak memperhatikan sahabatnya sendiri."

Nayeon meringis sambil mengusap bagian yang dijitak Jungyeon. "Lalu bagaimana denganmu? Bukannya kau juga ingin dekat dengan Direktur Namjoon?" balas Nayeon tak mau kalah.

"Mwo? Ya! Kapan aku mengatakannya?"

"Oh, jadi itu benar? Kau menyukai Direktur manis itu? Woah daebak," pekik Nayeon heboh. Bahkan beberapa karyawan lain kini menatap meja mereka dengan tatapan aneh.

"Ya! Kau mau membuatku dipecat, eoh? Pelankan suaramu."

"Memangnya kalian sedang membicarakan apa?"

Kedua gadis itu kompak menoleh sambil meringis, membuat Direktur muda itu mengangkat sebelah alisnya bingung dengan tingkah mereka.

"Tidak ada, Pak. Kami hanya sedang membicarakan hal yang tidak penting," ucap Nayeon. Ia menyikut lengan Jungyeon untuk ikut melakukan pembelaan.

"Benar, Pak. Kami hanya sedang bercanda. Sebaiknya anda tak usah memikirkan kami dan makan sianglah dengan tenang."

"Oh baguslah. Kalau begitu-" Namjoon menarik kursi di sebelah Jungyeon dan mendudukinya. "Aku akan makan siang disini. Apa kalian keberatan?"

"Apa? Tapi-"

"Ah ... tentu saja tidak," Nayeon menyela ucapan Jungyeon.

Mendadak Jungyeon merasa gugup. Rasanya ada yang membuncah di dalam dirinya sejak direktur muda itu memutuskan untuk duduk di sebelahnya. Maklum, posisi seperti ini sangat jarang sekali ia rasakan.

"Jungyeon-ssi, sepertinya kau tidak nyaman ya, berada di dekatku? Apa aku sebaiknya pindah saja?" ucapan Namjoon itu membuat Jungyeon tersadar dari lamunannya.

Jungyeon menggeleng heboh. "Tidak! Tentu saja tidak! Aku-hanya merasa canggung saja." Jungyeon menggaruk belakang kepalanya malu.

Sementara Nayeon sudah mengulum senyumnya. Rasanya seru saja melihat wajah Jungyeon yang gugup karena satu meja dengan orang yang disukainya. Sebuah ide tiba-tiba terlintas dibenaknya.

"Auh-perutku." Nayeon menekan perutnya dengan tangannya, berlagak kesakitan.

"Ya! Kau kenapa?"

"Kau baik-baik saja Nayeon-ssi?"

"Aku tidak apa-apa tapi-ahh-sepertinya aku harus ke toilet. Kalau begitu, saya permisi dulu sebentar." Begitu pamit, Nayeon langsung pergi ke toilet dengan secepat kilat. Tak membiarkan Jungyeon menahannya atau menjadikannya alibi supaya bisa lepas dari direktur muda itu.

Sementara kegugupan Jungyeon semakin bertambah saja. Apalagi saat ini banyak dari karyawan lain yang curi-curi pandang ke meja mereka sambil berbisik. Tamat sudah riwayatnya, hidup tenangnya di kantor ini pasti terganggu.

Without You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang