| |15. Clear| |

656 97 18
                                    

Taehyung sudah agak sadar saat Jungkook telah menepikan mobilnya di sebuah mini market dua puluh empat jam di pesisir laut. Jungkook melemparkan minuman pereda mabuk yang langsung ditangkap oleh Taehyung. “Kenapa aku bisa ada di sini? Dimana Sana?” tanya Taehyung setelah ia menghabiskan minuman itu.

Jungkook menghela napas seraya menatap hamparan laut luas di hadapan mereka. Ia meneguk bir kalengnya, lalu menyahut. “Sana masih ada di kedai bersama Nayeon dan Jungyeon. Aku sengaja menawarkan diri untuk mengantarkanmu karena ada sesuatu yang ingin kubicarakan denganmu.”

Taehyung mengangkat alisnya bingung, tangannya refleks mengambil sekaleng bir tapi langsung ditepis tegas oleh Jungkook. “Hyung jangan minum lagi! Kau baru saja sadar.”

Taehyung berdecak kesal lalu melipat kedua tangannya. “Cepatlah bicara! Aku tidak punya waktu banyak!”

“Kau pasti kesal, kan. Saat aku mengatakan kalau aku dan Sana sudah berciuman?”

Ya, apa maksud pertanyaanmu itu?”

“Katakan, hyung kesal atau tidak?” Taehyung langsung mencengkram kerah kemeja Jungkook dengan wajah memerah menahan emosi. “Brengsek! Apa maksud perkataanmu itu? tentu saja aku sangat kesal dan marah!”

Jungkook mendecih, “Bukannya dulu kau yang menitipkannya padaku? kupikir kau tidak sebodoh itu untuk melupakan apa yang telah kau katakan padaku.” Taehyung semakin mengeraskan cengkramannya. Rahang tegasnya menggambarkan kekesalannya yang telah memuncak. “Dengar, kalau kau masih membahas hal bodoh itu, sebaiknya kau siap-siap saja, karena kau tidak akan segan menghabisimu jika masih ingin merebut Sana dariku,” peringatnya.

Dalam sekali sentak, Taehyung melepaskan cengkramannya. Taehyung berbalik, hendak meninggalkan Jungkook jika saja lelaki itu tidak kembali menyahut. “Kau jangan khawatir hyung, sejak awal kau lah pemenangnya.”

Taehyung menghentikan langkahnya, ia menatap Jungkook dengan pandangan bertanya sedangkan Jungkook kembali melangkah mendekatinya. “Sejak awal Sana hanya memikirkanmu, bahkan di saat aku menciumnya, dia sama sekali tak membalas—aahh ani, sejak awal aku tahu kalau Sana pasti akan menolakku.”

“Jadi—apa ini sebuah pengakuan kalau kau tidak akan mengganggu kehidupan kami lagi?”

“Tunggu, aku belum selesai.” Saat ini mereka saling berhadapan. “Selama ini aku hanya dapat melihat Sana yang kesepian dan merindu, ini kali petamaku bisa melihatnya tertawa bahagia saat bersamamu. Jadi—aku harap kau bisa menjaganya dengan baik karena hanya kau yang ia harapkan.”

Taehyung tersenyum remeh, entah pujian atau bualan yang baru saja Jungkook katakan, yang jelas ia paling tidak suka jika ada yang mengatur hidupnya. “Dengar, itu urusanku. Kau sama sekali tidak berhak mengaturku atau Sana. Tanpa kau mengatakannya pun, pasti aku akan menjaga Sana. Kau mungkin baru mengenalnya selama beberapa bulan, sedangkan aku sudah bertahun-tahun. Orang asing sepertimu tidak pantas untuk menceramahiku.”

“Baiklah, aku hanya ingin mengatakan itu saja supaya aku bisa tenang.” Jungkook menepuk bahu Taehyung guna mencairkan suasana. “Ayo, aku akan mengantarmu pulang sebelum aku berangkat.”

Taehyung mendengus. “Memangnya kau akan kemana?”

“Aku akan melanjutkan studiku ke Jepang. Oh ya, jangan lupa untuk mengundangku saat kalian menikah nanti.”

Taehyung menyusul Jungkook dan memasuki mobil di samping kemudi. “Tentu saja, ibuku akan marah jika kau tidak datang.”

Jungkook tertawa, disusul dengan kekehan kecil Taehyung. Pada akhirnya, mereka telah meruntuhkan bongkahan es yang sudah sejak tadi pagi dibangun.

Without You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang