| |1. Still Love?| |

1K 145 19
                                    

     "Are you okay? mukamu kelihatan kurang tidur," celetuk Mark saat Sana menempati meja kerjanya.

     Sana memijat pelipisnya, mukanya terlihat agak pucat dengan bibir yang kering. Akhir-akhir ini, ia memang kurang tidur. Selain karena banyak pekerjaan yang belum ia selesaikan sehingga ia harus menyelesaikannya semalaman suntuk di rumah, keadaan Taehyung juga menjadi faktor utama. Mengapa Sana bisa menjadi seperti ini sekarang.

     Taehyung tidak pernah menganggapnya ada. Bahkan tidak pernah ada percakapan lagi diantara mereka semenjak hari itu. Mereka seolah tinggal di dunia yang berbeda walaupun tinggal di atap yang sama.

     Sana tidak ingin dipedulikan olehnya, sungguh. Tapi rasanya aneh saja, ketika melihat Pemuda itu bahkan tidak pernah mengucapkan sepatah katapun padanya—padahal biasanya, pemuda itu yang paling cerewet.

    "I'm okay, hanya ada sedikit masalah." Sana baru menjawabnya setelah beberapa saat.

     "Kali ini soal apa? tagihan listrik? air? rumah berantakan? sewa menunggak? Ya! sudah kubilang kalau hidup bersama itu ide buruk." sahut Nayeon yang barusaja kembali dari toilet yang langsung diangguki oleh Mark. Gadis itu sudah cukup hapal dengan masalah hidup Sana, karena selain rekan kerja, mereka juga cukup dekat sebagai sahabat.

     "Aku dan Taehyung sudah putus."

     "Lagi?!" pekik Nayeon hingga membuat rekannya yang lain menatap bingung ke arahnya. Nayeon mengucapkan maaf tanpa suara kepada mereka.

     "Halah, palingan nanti juga balikan lagi," celetuk Mark yang langsung diangguki oleh Jungyeon yang entah datang dari mana.

     Bukan tanpa alasan mereka berpendapat seperti itu. Karena memang, hubungan Sana dan Taehyung sering putus-nyambung. Seburuk-buruknya kebiasaan Taehyung, Sana pasti akan memaafkannya—begitu pun sebaliknya.

     Namun, lain dari perkiraan mereka. Sana malah menggeleng tegas. "Kali ini tidak akan. Aku sudah benar-benar tidak bisa memaafkannya."

     "Memangnya dia bertingkah seperti apa lagi?" Nayeon memangku wajahnya dengan tangan diatas meja kerja Sana, diikuti Jungyeon yang duduk di samping Sana dan Mark yang berdiri di depannya. Membuat gadis Minatozaki itu merasa sedang diinterogasi.

     Sana menarik dan membuang napasnya perlahan, berusaha menenagkan dirinya sembari mengingat kejadian yang sangat ingin dia hapus dari memorinya. Sana menatap ketiga sahabatnya bergantian. "Kalau aku mengatakan Taehyung bermain di belakangku. Apa kalian percaya?"

     "Apa? hey—mana mungkin?" Nayeon langsung membantah. "Taehyung mungkin memang populer. Tapi aku tahu betul kalau ia hanya menyukaimu."

     "Sebenarnya aku benci membahasnya, tapi itu benar. Taehyung tidak akan mengajakmu untuk tinggal bersama jika ia tidak sungguh-sungguh padamu." Mark menambahkan.

     "Benar, kan? kalian pasti tidak percaya." Sana mendesah frustasi.

     Jungyeon mengulurkan tangannya, menepuk pundak Sana sembari bertanya. "Memangnya ada apa? ceritakan saja. Siapa tahu kami bisa membantu."

     "Ani. Aku tidak bisa menceritakannya."

     "Ah—Wae?!!" protes Nayeon.

     "Itu sudah tidak penting lagi. Lagipula aku sudah tidak mau mengingatnya lagi." Sana menunduk, memainkan kedua tangannya dengan pandangan menerawang. Ingatan mengenai malam saat Taehyung pulang dalam keadaan mabuk dan bersama wanita kembali menghantamnya. Ia benci mengakuinya, tapi hatinya selalu terasa tersayat jika mengingatnya.

Without You ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang