Pt.20

706 70 3
                                    

Bingung, apakah hanya perasaan saja, mata si penari beberapa kali mencuri pandang pada Jennie, ia seperti mengenal penari itu, tapi, tidak ada yang tau siapa si penari, sampai si bapak tua kembali, menawarkan makanan pada mereka.

Hanbin yang mungkin lapar, melahap habis mulai dari lemper sampai apem di hadapanya, sembari bercakap-cakap sama si bapak tua, namun Jennie lebih suka melihat si penari, ia mampu membuat semua orang tertuju melihatnya, menatapnya dengan tatapan yang menghipnotis.

"Enak Jen." Ujar Hanbin yang mengunjah jajanan yang disediakan.

"Enak Jen."

"Hmm enak Jen."

"Enak Jen."

"Ena Jen, ena."

"Bisa diem ga sih lo." Bisik Jennie kesal, pasalnya sedari tadi Hanbin mengatakan kata kata yang sama.

"Hm kok wajah mereka kayak triplek semua ya." Hanbin menyadari sedari tadi ia memandangi warga didepannya, tidak mengeluarkan ekspresi sedikitpun.

Setelah si penari turun dari panggung, si bapak mengatakan, motor mereka sudah selesai, bisa di naikin lagi, benar saja.

"Nak, motornya sudah selesai diperbaiki."

Motor mereka sudah bisa di pakai lagi, sebelum pergi, Hanbin dan Jennie berpamitan, mereka berterimakasih sudah mau menolong mereka yang kesusahan.

"Terima kasih banyak pak atas bantuannya." Ujar Hanbin yang mengambil alih motornya.

Si bapak mengangguk, mengatakan mereka harus hati-hati, tidak lupa si bapak memberi bingkisan, menunjukkan isinya pada Hanbin dan Jennie, itu adalah jajanan yang di hidangkan tadi, membungkusnya dengan koran, Jennie menerimanya, mengucap terimakasih lagi, lalu lanjut pergi.

Tidak ada yang seheboh Hanbin, yang terus berbicara tentang cantiknya paras si penari, kisaran usianya mungkin lebih tua dari mereka, namun, cara dia berdandan, bisa menutupi usianya sehingga dari jauh, kecantikanya terlihat begitu sulit di gambarkan.

Jennie, lebih tertarik dengan kampung itu. demi apapun, sewaktu perjalanan, tidak di temui satu kampung pun, jangankan kampung, warung saja tidak ada sama sekali.

Namun, motor Hanbin benar-benar mereka betulkan, dan mereka tulus membantu tanpa meminta apapun,

jadi, apa mungkin, hantu bisa membetulkan motor.

Satu yang coba Jennie yakini, mungkin, mereka tidak melihat kampung tadi saja, yang terpenting, di jalan setapak ini, Desa KKN mereka sudah semakin dekat.

Sesampainya di kampung, Hanbin pergi mengembalikan motor, sedangkan Jennie sudah di tunggu oleh semua anak, mereka khawatir, berdiri menunggu di teras rumah.

✔✔✔


Setelah sampai di rumah, Jisoo meminta June dan Rose berkumpul di belakang rumah, sementara Bobby menyesap rokok di teras, sedangkan Hanbin dan Jennie, belum juga pulang, mereka tidak tahu masalah ini, karena Jisoo merasa hal ini memang tidak seharusnya di ketahui semua orang.

"Sekarang ceritakan, gue mau denger, kok bisa ya, teman KKN di hajar seperti ini." kata Jisoo, Rose masih diam, ia memikirkan ucapan Jisoo yang tadi, June mulai berbicara.

"Khilaf aku Jis" kata June, seakan apa yang di ucapkan dari mulutnya terdengar sepele.

"Nggak bisa kayak gitu, laki-laki harus berani bertanggung jawab atas perbuatanya."

Rose yang sedari tadi diam, kemudian bicara. "Jis, tolong, jangan di buat ramai dulu, gimana coba reaksi semua orang." ucap Rose.

"Gue akan tanggung jawab, Rose bakal gue nikahi habis pulang dari sini."

KKN✔ [Ikon×Blackpink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang