Pt.22

668 67 0
                                    

Malam itu, Jennie baru selesai melihat prokernya yang di bantu beberapa warga desa dan juga June, ketika langit sudah gelap gulita, Jennie menyusuri jalan setapak desa, seperti biasa, suara binatang malam mulai terdengar, ia terus berjalan sampai melihat rumah tempat mereka menginap.

Seharusnya yang lain sudah ada di rumah, entah mencicil laporan proker atau mungkin sejenak beristirahat, namun anehnya, lampu petromax yang seharusnya menyala di depan rumah, mati. Membuat rumah itu terlihat lebih sunyi, kelam, dan mengerikan. Seolah rumah itu memanggil namanya.

"Udah biasa." batin Jennie, memantapkan hatinya. Rumah ini memang masih terbilang baru bagi Jennie dan yang lainya, namun, tempo hari, mendengar bahwa ada penunggu di belakang rumah, membuat Jennie kadang tidak tenang, dan beberapa kejadian ganjil hampir pernah Jennie alami, hanya saja apa yang Jennie alami, apakah juga mereka alami, hanya saja mereka menutupi dan lebih memilih diam.

Kini, Jennie sudah ada di depan pintu, mengetuknya, mengucap salam, dan kemudian melangkah masuk, dilihatnya ruang tengah, tempat biasa Rose ada disana, menulis laporan, sayangnya tidak ada Rose disana. Hanya ruangan kosong.

Di teras rumah pun sama, seharusnya Hanbin dan Bobby ada disana, sedang bercanda seputar apa yang mereka lakukan hari ini di temani asap rokok dari mulut mereka, atau suara Jisoo yang sedang mengaji, dan June yang entah apa yang ia lakukan selama tinggal di rumah ini. Hanya June, yang masih terasa asing bagi Jennie.

Sayangnya, malam itu, tak di temui satupun penghuni rumah ini, apakah Jennie terlalu sore untuk pulang, sedangkan yang lain masih sibuk mengurus proker mereka masing-masing bersama warga.

Entahlah. Jennie bersiap masuk ke kamar, saat, sekelebat perasaan tak nyaman itu muncul.

Perasaan seolah ada yang mengawasi entah darimana, dan menimbulkan rasa berdebar di dada, ketika, suara tawa ringkik terdengar dari  dapur rumah, saat itulah, Jennie yakin, sesuatu ada disana.

Sesuatu yang bukan lagi hal baru, ia harus memeriksanya.

Ketika Jennie menyibak tirai, ia melihat Jisoo, duduk di sebuah kursi kayu, matanya menatap lurus tempat Jennie berdiri, ia masih mengenakan mukenah putihnya seolah-olah, ia baru menunaikan sholat dan belum menanggalkan mukenahnya, hanya saja, kenapa ia duduk diam seperti itu.

"Jis."

"Ngapain?" kata Jennie.

Jisoo masih diam, matanya seperti mata orang yang kosong.

Saat itulah, Jennie melihat Jisoo menundukkan kepalanya dengan posisi duduk itu, seakan-akan ia tertidur di atas kursi kayunya. Membuat Jennie panik, mendekatinya.


Jennie menggoyang badanya, namun Jisoo tidak bergeming, saat Jennie mencoba menyentuh kulit wajahnya yang dingin, Jisoo terbangun dan melotot melihat Jennie, tatapanya, seperti orang yang sangat marah.

"Anak cantik." hal itulah yang pertama Jennie dengar dari Jisoo, hanya saja, suaranya, itu bukan suara Jisoo. suaranya menyerupai wanita uzur, melengking, membuat bulukuduk Jennie seketika berdiri.

Namun, saat Jennie mencoba pergi, tanganya sudah di cengkram sangat kuat.

"Betah tinggal disini?"

Jennie tidak menjawab sepatah katapun, suaranya mengingatkanya pada neneknya sendiri, benar-benar melengking.

"Gimana anak cantik, sudah kenal sama penunggu disini."

KKN✔ [Ikon×Blackpink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang