Pt.10

735 67 0
                                    

Yang pertama Jisoo lihat saat ia menginjak penginapan adalah, Jennie. ia seperti sudah menunggunya, dan benar saja, Jennie mengajukan pertanyaan aneh-, seperti darimana, kenapa tidak minta di temenin, namun, Jisoo tidak ingin menceritakanya, ia takut bila Jennie dan yang lain terlibat.

Jisoo langsung pergi ke kamar, beristirahat, meski pikiranya masih menerawang jauh, ia tidak tahu harus melakukan apa selain menyimpanya sendiri.

🌙🌙🌙

Listrik di desa ini menggunakan tenaga Genset, jadi ketika jam menunjukkan pukul 9, lampu sudah mati, di ganti dengan petromak, Jisoo sudah pergi tidur, hanya tinggal Jennie dan Rose yang masih menyelesaikan progres untuk Proker esok hari.

Jennie masih teringat kejadian sore tadi.

Sebenarnya Jennie mau cerita, namun bila melihat respon Rose kemarin, sepertinya ia bakal di semprot dan berujung pada pidato tengah malam.

Di tengah keheningan mereka menggarap progres, tiba-tiba Rose mengatakan sesuatu yang membuat Jennie tertarik.

"Tadi gue sama June, ngecek progres untuk pembuangan, ketika memutari desa, ingat gak sama Tapak Tilas, ternyata, gak jauh darisana, ada sebuah bangunan tua menyerupai sanggar."

Jennie terdiam beberapa saat, memproses kalimat Rose.

"Loh, bukanya lo udah ngerti dilarang ke sana."

"Bukan gue." Bela Rose. "Jadi yang ngajak awalnya si June, katanya ada perempuan cantik, pas di ikuti ternyata gak ada."

"Lah terus lu tetap kesana?"

"Kan gue ngejar June, nanti kalo June ilang gimana?"

Perdebadan mereka berhenti sampai disana.

🐉🐉🐉

Jisoo langsung pergi ke kamar, beristirahat, meski pikiranya masih menerawang jauh, ia tidak tahu harus melakukan apa selain menyimpanya sendiri.

Berharap mendapatkan ketenangan dalam tidurnya, Jisoo malah mendapat mimpi, tak terlupakan, sepeti sebuah pesan untuknya.

Di mimpi itu, Jisoo melihat sebuah tempat, banyak pepohonan yang tumbuh, salah satu yang tidak akan pernah Jisoo lupakan adalah  pohon jati belanda yang tumbuh di sepanjang mata memandang, bukan hanya itu, ada rimbun tumbuh tanaman beluntas.

Aroma dedaunan beluntas yang wangi, membuat Jisoo mengingat kembali saat ia masih tinggal di pesantren, namun, Jisoo sadar, bahwa ia saat ini, berdiri di tengah hutan belantara, sendirian, dengan kegelapan malam yang menyiutkan nyalinya. Jisoo, mulai berjalan, menyusuri tanah lapang.

Sejauh mata memandang, Jisoo hanya melihat pepohonan yang besar diselimuti kabut keputihan, tepat ketika Jisoo tengah berjalan, ia mendengar riuh sorai dari kejauhan, dari suara itu, terdengar ramai orang, entah ada apa, sehingga keramaian itu, membuat Jisoo penasaran, ia pun mendekati.

Semakin mendekati sumber suara, Jisoo merasa janggal, entah apakah dari balik pepohonan atau semak belukar, ada yang tengah mengasinya, Jisoo hanya mengucap kalimat yang bisa menguatkan batinya, bahwa ia, disini, bukan berniat menganggu.

"Mbah, mohon maaf, cucu'mu hanya ingin lewat, tidak ada keinginan mengganggu, mohon maaf ya mbah."

Kalimat itu, terus Jisoo, ucapkan. Dan, sampailah, ia, di keramaian itu.

KKN✔ [Ikon×Blackpink]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang