Cemas mengalahkan akal sehat.Di Halte 10, aku turun,
berlari balik ke Halte 7.
Semuanya berawal di Halte 7.
Bayangan Hiresa mulai muncul,
lokasi rumahnya dulu,
juga klinik milik mamanya,
di sekitar halte itu.
Mungkin mereka sudah kembali dari Amerika,
dan sesuatu terjadi pada Hiresa.
Aku berlari lebih cepat.
Seragam basah keringat.
Sampai di klinik, aku tertegun.
Hanya setahun aku jalani terapi.
Terakhir berkunjung, dua tahun lalu,
saat meminta surat rekomendasi masuk SMA.
Namun seorang suster mengenaliku.
Isyarat tangan berhamburan gembira.
"Sudah kuduga, begitu Hiresa muncul,
kamu pasti datang.
Ya, ampun, Aran! Kamu cantik sekali!"Ia memelukku erat.
"K-kak E-Esa ke sini?" Aku terbata.
"Kalian belum ketemu?
Tapi kamu datang. Telepati, ya?"
Suster Yanti namanya, tertawa.
"Kemarin pagi, ia muncul bikin kejutan.Keluarganya masih di Amerika.
Dia mau penelitian di sini.
Katanya, mau ajak kamu.""Kak Esa baik-baik saja?"
Itu yang penting.
Terluka, berdarah, patah kaki.
Memudar, menghilang.
Betapa absurdnya sekarang."Tentu. Tambah ganteng malah."
Suster Yanti menunjukkan ponselnya.
"Lihat, semua orang pengin wefie bareng dia kemarin."
Mataku melebar.
Lelaki yang sama dengan di bus.
Sehat ceria bersih.
Kuminta foto dan nomor ponselnya.Kupanggil ia untuk video call.
Kukirim pesan teks,
Kak Esa, ini Coconut, apa kabar?
Tak dijawab.
"Tujuannya cuma dua.
Ketemu kamu dan komunitas JBI,"
kata Suster. "Coba kutelepon hotelnya."
Hiresa tidak ada di sana.
Suster hendak menelepon JBI,
ketika pesannya masuk,
nyaris menjatuhkan ponselku.
"Maaf sibuk. Nanti aku telp."
Berarti, ia baik-baik saja.
Hanya sibuk,
yang membuatku kecewa.
Tapi ia baik-baik saja.
"Hiresa pasti menemuimu," kata Suster.
"Tunggu saja."
Kutinggalkan klinik,
terlalu resah
untuk ke sekolah.
Duduk di halte
menunggu Hiresa menghubungiku.
Atau kutelepon lagi saja?
Masa bodoh kalau ia terganggu.
Ia tahu, aku keras kepala,
Coconut, sebutanku darinya,
bukan tanpa makna.Video calls,
pesan-pesan,
kukirim selang 5 menit.
Tanpa balasan.
__________________
JBI = Juru Bahasa Isyarat
Biasanya menjadi penerjemah antara kalangan Tuli dan Dengar,
menjembatani komunikasi di antara keduanya. Profesionalnya sering digunakan di televisi
untuk siaran berita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar
Teen FictionAranza tuli dan Hiresa bisu-tuli. Sebuah kejadian mempertemukan mereka 10 tahun lalu, menjadi akrab walau hanya dua bulan, karena Hiresa melanjutkan sekolah di Amerika. Aranza sudah kelas 11 sekarang. Hiresa berusia 25 tahun dan kembali ke Bandung. ...