28. The True Freedom

740 218 37
                                    

Hiresa membangunkan aku,
"Rudy memanggilku.
Mau ikut?"

Pendaran peraknya
suaranya,
aku tahu,
jiwa kami bertaut
dalam mimpiku.

Hiresa tertawa,
"Bukan. Ini mimpiku.
Mimpimu menjadikan aku selimut,
terlalu melenakan."

Aku menjerit kecil
kabutku memudar
kabur dari hadapannya,
tangannya meraihku.
"Hei, aku cuma menggodamu, Coconut.
Paling dekat, aku jadi bantal,
yang kamu tendang jatuh dari kasur.
Lasak benar tidurmu."

Dia pikir itu lebih mudah kudengar?
Tunggu balasanku!
Aku berdeham.
"Ada apa dengan Rudy?"

"Minta dibebaskan.
Aku sudah memaafkan,
tapi ia belum bisa pergi.
Ada hal lain."

Hiresa membawaku ke
tengah jembatan,
Rudy muncul dari sisi gelap.
Menolak mendekat.
"Kalian sudah memaafkan aku.
Ibu sudah kutemui dalam mimpinya,
ia memaafkan dan merelakan aku.
Darlina, aku sudah mencegahnya melakukan kebodohan terhadapmu di rumah sakit.
Aku sudah meminta maafnya,
karena memutuskan hubungan.
Kehamilannya gugur alami,
kupikir, aku tidak harus menikahinya...."

"Kamu brengsek!" tukasku geram.
Hiresa menahan tanganku,
memintaku mendengarkan dulu.

Rudy mengangguk.
"Ya. Sudah kutebus itu dengan nyawa.
Apa lagi yang manahanku di sini?"

"Kamu sendiri sudah memaafkan Darlina?" tanyaku.
Konflik mereka dua arah.

Rudy menggeleng.
"Tidak ada yang perlu dimaafkan.
Darlina beralasan
memukulku roboh.
Untuk mencegahku melukai Hiresa.
Kalau aku tidak mengelak,
pisaunya juga tidak akan menusuk Hiresa.
Kuminta Darlina bilang saja pada polisi,
aku yang melakukannya.
Semua salahku.
Tidak masalah lagi."

"Tapi itu kebohongan," kata Hiresa.
"Aku saksi korban yang tidak melihat banyak.
Darlina tahu kebenarannya.
Dan kamu memintanya berbohong,
itu akan jadi beban
seumur hidup.
Kamu tahu, kamu tidak tega,
karena itu, kamu masih di sini."

Rudy terduduk,
memegangi kepala.
"Haruskah aku memintanya
mengaku telah membunuhku,
menusukmu pula?
Darlina akan dipenjara sangat lama."

Hiresa mendekati Rudy,
cahayanya
mengusir gelap di sekeliling.

"Dari sisiku, kalau Darlina tidak bertindak, akulah yang mati di tanganmu.
Sisanya adalah ketidaksengajaan
dan kebodohan.
Biarkan hukum berbicara.
Hanya saat keadilan ditegakkan,
kita bisa tenang."

"Termasuk aku?"

"Terutama kamu." Hiresa tersenyum.

Dan aku jatuh cinta lagi.

Dan aku jatuh cinta lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang