"Kak Esa!" teriakku.
Bodoh dan sia-sia.
Langkahnya pelan,
tapi jarak kami tak juga berkurang.Kusadari ia hanya bayangan,
saat tubuhnya memudar,
muncul
dalam versi Hiresa 15 tahun.
Berlari, tertawa,
bersembunyi di balik semak,
mengagetkan
seseorang tak kasatmata.Aku terbelalak.
Ini putaran ulang
kenangan saat ia mengajariku
bahasa isyarat
di hutan ini,
tempat favoritnya.Sosok Hiresa dewasa kembali,
aku mengadangnya."Kak Esa di mana?
Apa yang terjadi denganmu?"Namun kehadiranku tidak disadarinya.
Kusentuh dadanya,
menembusnya hingga ke punggung.
Ia seperti hologram
di film fiksi-ilmiah."Kak Esa...."
Aku mulai menangis.
"Tolong jawab aku."Pemandangan sekelilingku berubah,
sebuah gazebo penuh bunga,
Hiresa memakai jas,
mengembangkan tangan,
memeluk
seorang gadis
bergaun pengantin.Aku menjerit.
Itu aku....
Perasaanku meluap.
Apakah ini mimpi?
Tapi bisa kurasakan
tekstur pohon,
sengat matahari dari sela dedaunan.Pemandangan berubah lagi.
Hiresa 15 tahun
duduk dan berkomunikasi,
tidak denganku."Mama saja yang ke Amerika.
Aku tetap di sini.
Aranza membutuhkanku."Apakah
ia berbicara dengan Dokter Anna?
Tentang aku?"Belajar di Amerika memang impianku.
Sebelum ada Aranza.
Mama sudah tahu,
telinganya tidak akan pernah pulih.
Jangan memberinya harapan, Ma.
Beri dia cara bertahan.
Aku mau mengajarinya."Ya Tuhan,
apakah ini juga percakapan
dari masa lalu?"Kalau begitu, aku minta dua bulan saja.
Boleh, ya?"
Hiresa melonjak gembira.
"Mama janji, terus kontak
dengan keluarganya?
Kita pantau Aranza dari jauh."Hiresa memudar.
15 atau 25
tidak kembali lagi.Kutelusuri segala pelosok hutan,
tempat kami mengeja nama-nama,
menyegarkan ingatanku,
betapa ia peduli
pada detail ekspresi,
gerak jemari
dan bahasa tubuhku.Dua bulan yang padat
dengan pelajaran,
keriangan dan godaannya,
lalu senyap,
saat ia pergi,
setelah memintaku melanjutkan sendiri.
"Aranza, kamu istimewa.
Bisa jadi apa saja yang kamu mau."Aku terduduk di rumput.
Bertahun-tahun aku sengaja melupakannya.
Karena aku tetap Aranza
tanpa embel-embel istimewa.
Bahkan kini mulai berhalusinasi,
melihat
dan berpikir
yang tidak-tidak.
Hiresa pasti kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pudar
أدب المراهقينAranza tuli dan Hiresa bisu-tuli. Sebuah kejadian mempertemukan mereka 10 tahun lalu, menjadi akrab walau hanya dua bulan, karena Hiresa melanjutkan sekolah di Amerika. Aranza sudah kelas 11 sekarang. Hiresa berusia 25 tahun dan kembali ke Bandung. ...