26. When He Is Sleeping

754 213 23
                                    


Pada jaket
bagian depan
kutulisi,
"Aku TULI
Bicaralah lambat-lambat
agar kubaca bibirmu."
bagian belakang
kutulisi,
"Aku TULI
Bicaralah di depanku."

Memakai jaket itu,
kupatut diri di depan cermin
senyumku merekah.
Angkat dagu,
jangan asal mengangguk
atau menggeleng,
jika tidak paham benar
apa yang dikatakan orang.

Kuselipkan ponsel
di saku rok seragam,
tanpa earphones,
benda itu sudah menemaniku bertahun-tahun,
waktunya masuk kotak,
bagian dari masa lalu.

Kuselipkan notebook
dan bolpen di saku jaket,
alat komunikasi darurat
dengan mereka yang tidak paham isyarat.

Aku siap,
berangkat ke sekolah.
Kak Fatah menunggu dengan sepeda motornya.
Aku tertawa,
"Mau naik bus saja, Kak.
Seperti biasa."

Kak Fatah mengacungkan jempol.
"Tapi ada yang tidak biasa denganmu.
Apa ya?
Aha, semangat pengin cepat lulus, dan...."

Kucubiti ia sampai harus turun dan lari.
Kukejar.
Di depan rumah Darlina,
kami tertegun.

Rapat terkunci,
sepi
terbekukan,
dalam ketidakpastian
apa yang akan terjadi
dengan tiga penghuninya,
saat kesalahan
keputusan
pilihan
tindakan
di masa lalu
mengejar
mengadang
mengubur
masa depan.

Kak Fatah meraih bahuku,
"Mereka ditahan polisi
untuk proses
penyelidikan.
Kesaksian Hiresa menentukan nasib."

"Kak Esa perlu waktu untuk pulih.
Dokter Anna melarang polisi menanyai Kak Esa
sampai ia bisa duduk."

Kak Fatah menarik tanganku.
"Kamu ingin menjenguknya?
Masih banyak waktu,
untuk dimanfaatkan.
Ayo, aku antar."

Ekspresi Kak Fatah biasa saja,
tapi mukaku jadi panas.
Dia tergelak-gelak.
"Semalam, Esa kangen berat sama kamu."

Aku pura-pura tidak memahami isyarat Kak Fatah.
hobi barunya
menggodaku
Fakta yang sering dijadikan ledekan,
aku tidak diberi jatah menunggui Hiresa di rumah sakit.
malam, Bapak dan Kak Fatah
bergantian.
pagi, Dokter Anna dan Ibu
bergantian.

Semua sepakat
tugasku hanya sekolah,
menjenguknya
sebentar-sebentar.
Hiresa masih banyak tidur juga
seminggu ini.
Dan selagi ia tidur
aku keluar dari kubah kaca.

Aranza dulu takut bersuara,
kini
tertawa bebas
tak peduli
bagaimanapun
kedengarannya
di telinga orang.

Aku berbeda,
itu saja sudah istimewa.

Aku berbeda,itu saja sudah istimewa

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PudarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang